Kisah Raden Wijaya dan Tentara Tartar Lumpuhkan Kerajaan Kediri dalam 20 Hari
loading...
A
A
A
Penaklukkan Kerajaan Kediri di bawah pemerintahan Jayakatwang konon memerlukan waktu sebulan saja. Saat itu tiga gabungan pasukan dari Raden Wijaya, pasukan Arya Wiraraja dari Madura, dan Pasukan Tartar China menjadi kekuatan menakutkan bagi Kediri.
Konon Pada bulan ketiga tahun 1293, setelah seluruh pasukan berkumpul di mulut Sungai Kali Mas, penyerbuan ke Kerajaan Daha bentukan Jayakatwang mulai dilancarkan. Kekuatan Kerajaan Kadiri di sungai tersebut dapat dilumpuhkan.
Di Sungai Kali Mas ini lebih dari 100 kapal berdekorasi kepala raksasa milik Kerajaan Kediri, dapat disita. Sementara seluruh prajurit dan pejabat yang mempertahankannya melarikan diri untuk bergabung dengan pasukan induknya.
Hal itu dikutip dari "Sandyakala di Timur Jawa 1042 - 1527 M : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno hingga Majapahit".
Peperangan besar baru terjadi pada hari ke-15 atau 20 Maret 1293 menurut berita China, bila dihitung semenjak pasukan Mongol mendarat dan membangun kekuatan di muara Kali Mas.
Dimana bala tentara gabungan Mongol dengan Raden Wijaya berhasil mendesak dan mengalahkan pasukan Kadiri atau Kediri yang menyongsong mereka.
Kekalahan ini menyebabkan sisa pasukan kembali melarikan diri untuk berkumpul di Daha, ibu kota Kadiri. Pasukan Ike Mese, Kau Hsing, dan Raden Wijaya melakukan pengejaran dan berhasil memasuki Daha beberapa hari kemudian.
Pada hari ke-19 terjadi peperangan yang sangat menentukan bagi Kerajaan Kadiri.Berkekuatan sekitar 10.000 pasukan Kediri berusaha mempertahankan istana kerajaan di bawah Jayakatwang sang penguasanya.
Usaha pertempuran ini mulai dari pagi hingga siang hari ini tergolong sengit. Peperangan sengit ini diakui sedikit tak seimbang. Dalam peperangan ini dikatakan bahwa pasukan Mongol menggunakan meriam yang masih tergolong langka di dunia pada zaman itu.
Terjadi tiga kali pertempuran besar antara kedua kekuatan yang berseteru ini di keempat arah kota dan dimenangkan oleh pihak para penyerbu.Pasukan Kadiri atau Kediri terpecah dua bagian, sebagian menuju sungai dan tenggelam di sana.
Karena dihadang oleh orang-orang Mongol. Sedangkan sebagian yang lain, yakni sebanyak lebih kurang 5.000 pasukan dalam keadaan panik, dan akhirnya terbunuh setelah bertempur dengan tentara gabungan Mongol-Majapahit.
Ardharaja, pengkhianat Singasari yang juga anak Jayakatwang melarikan diri ke perbukitan di sekitar ibu kota, namun dapat ditangkap dan ditawan oleh pasukan Kau Hsing yang berkekuatan seribu orang.
Di akhir pertempuran, Jayakatwang menyadari kekalahannya dan melihat korban di pihaknya yang sudah terlalu banyak.Dia akhirnya mundur dan bertahan di dalam kota yang dikelilingi benteng.
Pada sore harinya ia memutuskan keluar dan menyerah, karena tidak melihat kemungkinan untuk mampu bertahan. Pertempuran lanjutan hanya akan membuat pasukannya tereliminasi total. Jayakatwang akhirnya menyerah dan ditawan oleh tentara Tartar.
Konon Pada bulan ketiga tahun 1293, setelah seluruh pasukan berkumpul di mulut Sungai Kali Mas, penyerbuan ke Kerajaan Daha bentukan Jayakatwang mulai dilancarkan. Kekuatan Kerajaan Kadiri di sungai tersebut dapat dilumpuhkan.
Di Sungai Kali Mas ini lebih dari 100 kapal berdekorasi kepala raksasa milik Kerajaan Kediri, dapat disita. Sementara seluruh prajurit dan pejabat yang mempertahankannya melarikan diri untuk bergabung dengan pasukan induknya.
Hal itu dikutip dari "Sandyakala di Timur Jawa 1042 - 1527 M : Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Hindu dari Mataram Kuno hingga Majapahit".
Peperangan besar baru terjadi pada hari ke-15 atau 20 Maret 1293 menurut berita China, bila dihitung semenjak pasukan Mongol mendarat dan membangun kekuatan di muara Kali Mas.
Dimana bala tentara gabungan Mongol dengan Raden Wijaya berhasil mendesak dan mengalahkan pasukan Kadiri atau Kediri yang menyongsong mereka.
Kekalahan ini menyebabkan sisa pasukan kembali melarikan diri untuk berkumpul di Daha, ibu kota Kadiri. Pasukan Ike Mese, Kau Hsing, dan Raden Wijaya melakukan pengejaran dan berhasil memasuki Daha beberapa hari kemudian.
Pada hari ke-19 terjadi peperangan yang sangat menentukan bagi Kerajaan Kadiri.Berkekuatan sekitar 10.000 pasukan Kediri berusaha mempertahankan istana kerajaan di bawah Jayakatwang sang penguasanya.
Usaha pertempuran ini mulai dari pagi hingga siang hari ini tergolong sengit. Peperangan sengit ini diakui sedikit tak seimbang. Dalam peperangan ini dikatakan bahwa pasukan Mongol menggunakan meriam yang masih tergolong langka di dunia pada zaman itu.
Terjadi tiga kali pertempuran besar antara kedua kekuatan yang berseteru ini di keempat arah kota dan dimenangkan oleh pihak para penyerbu.Pasukan Kadiri atau Kediri terpecah dua bagian, sebagian menuju sungai dan tenggelam di sana.
Karena dihadang oleh orang-orang Mongol. Sedangkan sebagian yang lain, yakni sebanyak lebih kurang 5.000 pasukan dalam keadaan panik, dan akhirnya terbunuh setelah bertempur dengan tentara gabungan Mongol-Majapahit.
Ardharaja, pengkhianat Singasari yang juga anak Jayakatwang melarikan diri ke perbukitan di sekitar ibu kota, namun dapat ditangkap dan ditawan oleh pasukan Kau Hsing yang berkekuatan seribu orang.
Di akhir pertempuran, Jayakatwang menyadari kekalahannya dan melihat korban di pihaknya yang sudah terlalu banyak.Dia akhirnya mundur dan bertahan di dalam kota yang dikelilingi benteng.
Pada sore harinya ia memutuskan keluar dan menyerah, karena tidak melihat kemungkinan untuk mampu bertahan. Pertempuran lanjutan hanya akan membuat pasukannya tereliminasi total. Jayakatwang akhirnya menyerah dan ditawan oleh tentara Tartar.
(ams)