Ketahanan Pangan Nasional Pasca Covid-19 Jadi Tantangan Besar
loading...
A
A
A
Mengambil data sampel di daerah Jawa Timur, proporsi Unit Kecil dan Menengah (UKM) di bidang agro mencapai 58,8 persen. “Besarnya proporsi mereka menunjukkan pentingnya peranan mereka,” katanya.
Dengan jumlah sebanyak itu, lanjutnya, mereka dapat memengaruhi ketersediaan bahan dan harga pangan pantas di perkotaan.
Selain kondisi SDM, masalah yang paling menonjol adalah tentang penggunaan teknologi mesin mekanis di sektor pertanian. Ketertinggalan di sektor ini membawa imbas pada bengkaknya biaya produksi.
Makanya, Arman menyarankan pengalihan subsidi pemerintah agar tidak sekadar memberikan subsidi untuk keperluan bibit, tetapi melakukan subsidi teknologi berbasis 4.0.
Setelah membangun sistemik subsidi secara presisi, petani sebagai sumber daya utama pelaku sektor pertanian, juga harus diberikan pencerdasan. “Sehingga, output-nya petani menjadi SDM yang cerdas dan adaptif terhadap kemajuan teknologi,” sambungnya.
Dalam rangka membangun terciptanya petani cerdas berbasis pengetahuan, menurut Arman, setidaknya terdapat tiga fokus program yang bisa dilakukan. “Kami menamainya SDM Fokus Program,” sebutnya.
Tiga fokusan tersebut terletak pada tangan-tangan pemerintah di Departemen Pertanian (Kementerian Pertanian), BUMN-BUMDES, serta Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Program ini juga dirancang seiring dengan turunnya minat generasi muda di sektor pertanian, serta ketimpangan teknologi di sektor tersebut. Langkah yang kemudian diambil untuk menjalankan SDM Fokus Program, perlu dikonsep agar dapat serta menyasar kaum muda milenial.
Rekomendasi ITS tersebut merupakan hasil perumusan dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Ketahanan Pangan Pasca Covid-19 yang telah diselenggarakan oleh PKKPBI ITS secara daring.
“Kita akan sampaikan (rekomendasi) ini ke level nasional, minggu depan ke Kemenko Perekonomian dan Kemenko PMK via vicon (video conference),” katanya
Dengan jumlah sebanyak itu, lanjutnya, mereka dapat memengaruhi ketersediaan bahan dan harga pangan pantas di perkotaan.
Selain kondisi SDM, masalah yang paling menonjol adalah tentang penggunaan teknologi mesin mekanis di sektor pertanian. Ketertinggalan di sektor ini membawa imbas pada bengkaknya biaya produksi.
Makanya, Arman menyarankan pengalihan subsidi pemerintah agar tidak sekadar memberikan subsidi untuk keperluan bibit, tetapi melakukan subsidi teknologi berbasis 4.0.
Setelah membangun sistemik subsidi secara presisi, petani sebagai sumber daya utama pelaku sektor pertanian, juga harus diberikan pencerdasan. “Sehingga, output-nya petani menjadi SDM yang cerdas dan adaptif terhadap kemajuan teknologi,” sambungnya.
Dalam rangka membangun terciptanya petani cerdas berbasis pengetahuan, menurut Arman, setidaknya terdapat tiga fokus program yang bisa dilakukan. “Kami menamainya SDM Fokus Program,” sebutnya.
Tiga fokusan tersebut terletak pada tangan-tangan pemerintah di Departemen Pertanian (Kementerian Pertanian), BUMN-BUMDES, serta Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Program ini juga dirancang seiring dengan turunnya minat generasi muda di sektor pertanian, serta ketimpangan teknologi di sektor tersebut. Langkah yang kemudian diambil untuk menjalankan SDM Fokus Program, perlu dikonsep agar dapat serta menyasar kaum muda milenial.
Rekomendasi ITS tersebut merupakan hasil perumusan dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Ketahanan Pangan Pasca Covid-19 yang telah diselenggarakan oleh PKKPBI ITS secara daring.
“Kita akan sampaikan (rekomendasi) ini ke level nasional, minggu depan ke Kemenko Perekonomian dan Kemenko PMK via vicon (video conference),” katanya