Kisah Sultan Malaka Salah Strategi Pertahankan Wilayahnya dari Serangan Portugis

Jum'at, 22 Desember 2023 - 06:11 WIB
loading...
Kisah Sultan Malaka...
Portugis di bawah panglima perang Alfonso dAlbuquerque menjadi salah satu penguasa Malaka di kala Sultan Mahmud Syah berkuasa. Foto/Ilustrasi
A A A
Selat Malaka yang menjadi kota pelabuhan terbesar di dunia dan menjadi tulang punggung kesultanan menghadapi persoalan. Kehadiran beberapa pedagang asing menjadikan magnet adanya musuh dari luar kesultanan wilayah.

Portugis di bawah panglima perang Alfonso d'Albuquerque menjadi salah satu penguasa Malaka di kala Sultan Mahmud Syah berkuasa. Kala itu Sultan Malaka ini salah memprediksi arah pikiran orang-orang Portugis.

Dia mengira orang-orang Portugis akan kembali ke wilayah Goa, pesisir barat India, hanya menunggu datangnya angin timur laut. Pembakaran beberapa kapal dagang dikira hanya sebagai penyalur rasa jengkel, segera akan padam.



Tetapi Alfonso d'Albuquerque sebagai ahli strategi dan siasat tak mudah begitu saja diterka. Alhasil ia mengadakan persiapan yang matang untuk menyerang Malaka.

Barulah pada 25 April 1511 sebagaimana dicatatkan oleh sejarawan Prof. Slamet Muljana dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu - Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara", serangan pertama dilancarkan secara mendadak.

Jembatan sungai Malaka berhasil direbut. Karena tersapu malam, tentara Portugis mundur ke laut.

Setelah mematangkan siasat sambil beristirahat selama dua minggu, serangan kedua dilancarkan lagi, tepat mengenai sasarannya. Pertahanan musuh yang dipusatkan di bandar patah.

Bandar Malaka berhasil direbut. Sultan Mahmud dengan para pengikutnya pontang-panting meninggalkan ibu kota. Ia bermaksud mengadakan serangan balasan dari jurusan Muar, tetapi serangan itu menemui kegagalan.

Orang-orang Portugis mempunyai semangat perjuangan yang sangat tinggi, memiliki perlengkapan senjata yang lebih sempurna, dan terlatih dalam peperangan.



Kemenangan mereka peroleh dalam peperangan di pantai barat India melawan orang-orang Gujarat, Kalikut, Persia, dan Mesir mempertebal semangat perjuangan dan keyakinan mereka, bahwa orang-orang Portugis mempunyai kemampuan untuk menghadapi lawan mana pun juga.

Dalam pengembaraan jauh dari tanah airnya. Demi mempertahankan nama bangsa dan demi keselamatan mereka sendiri, mereka mau tidak mau harus bertempur mati-matian. Semangat yang demikian tidak dimiliki oleh tentara Malaka dalam mempertahankan negaranya.

Sikap mundur sambil menunggu saat yang baik untuk mengadakan serangan balasan, pada hakikatnya, langkah yang salah dalam ilmu strategi, karena tindakan itu memberi kesempatan kepada lawan untuk menduduki tempat yang harus me- reka pertahankan.

Untuk merebutnya kembali, tidaklah mudah. Mundurnya memberi kesempatan kepada musuh untuk maju selangkah dan menambah semangat.

Sultan Mahmud Syah menyingkir ke Pahang, kemudian ke Bintan, dan akhirnya ke Kampar, setelah yakin bahwa ia tidak mampu membebaskan kembali Malaka dari kekuasaan orang Portugis.

Malaka sepenuhnya jatuh ke dalam kekuasaan asing ke tangan orang Portugis. Pemerintahan nasional bertukar dengan pemerintahan kolonial. Melalui wilayah Malaka inilah, kekuasaan kolonial Portugis mulai melebarkan sayapnya ke timur menuju wilayah Indonesia.

Malaka dipilih sebagai daerah awal masuk ke gerbang Nusantara, karena lokasinya cukup strategis di Selat Malaka, diapit oleh dua kepulauan besar. Pintu dagang internasional pun berubah menjadi pintu gerbang kekuasaan kolonial.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1503 seconds (0.1#10.140)