Kisah Pertemuan Rahasia Gajah Mada dan Gayatri usai Sumpah Palapa yang Berujung Pertikaian
loading...
A
A
A
Gajah Mada membuat kegaduhan pasca pidato pelantikannya sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit. Bahkan pidato pelantikan ini membuat internal pejabat istana terlibat pertikaian, yang mengakibatkan menteri keamanan terbunuh kala itu.
Gayatri yang menjadi dewan penasihat raja ketika Tribhuwana Tunggadewi berkuasa pun turun gunung. Istri dari pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya, yang sudah menjadi pendeta terpaksa kembali masuk ke istana untuk memediasi persoalan pelik ini.
Gajah Mada sang Mahapatih Majapahit itu pun dipanggil oleh Gayatri untuk dimintai keterangan dan diajak berdiskusi. Sosok Gayatri yang masih begitu dihormati di istana Kerajaan Majapahit, membuat Gajah Mada yang terkenal keras, konon segan dan hormat kepadanya.
Earl Drake pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit" mengisahkan, bagaimana kekhawatiran Gayatri kepada Gajah Mada. Sebab Gajah Mada disebut Gayatri mengemukakan rencana dan siasatnya itu dengan tiba-tiba. Pasalnya itu berakibat munculnya reaksi negatif di majelis yang muncul setelah presentasi tersebut.
Di sisi lain, Gayatri pun memberi selamat kepada Gajah Mada yang setia mendukung kebijakan lama Kertanagara untuk menyatukan seluruh negeri di nusantara di bawah Majapahit. Tetapi setelah itu ia meminta dengan selembut dan sesantun mungkin, agar Gajah Mada menjelaskan mengapa ia terlalu lugas dan keras dalam presentasi pertamanya sebagai mahapatih.
Apa tujuan taktis yang hendak dicapainya? apakah menurutnya rencana itu akan berhasil? Sejenak Gajah Mada membisu diam seraya menyatukan kepingan - kepingan gagasan dalam kepalanya. Ia ingin Gayatri memahami apa yang telah ia lakukan. Kemudian dengan runtut dan fasihnya ia angkat bicara menjawab pertanyaan Gayatri.
Gajah Mada menjelaskan bertahun-tahun selama penantiannya menduduki kursi mahapatih Majapahit. Ia punya banyak waktu untuk memikirkan tujuan - tujuan yang diraihnya kelak saat menjabat. Ia yakin takdir telah menyerunya untuk memenuhi impian - impian kuno para leluhur, yakni menyatukan seluruh kawasan di bawah bendera Majapahit.
Sebagian besar ancaman dari luar dan pemberontakan dari dalam yang dulu sempat menjadi rintangan telah berhasil dilumpuhkan, sehingga menurut Gajah Mada sekarang adalah waktu tepat untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut.
Gajah Mada hanya memikirkan apakah Majapahit harus menggunakan cara penguasaan secara bertahap dan halus, atau mengumumkannya secara langsung dan tegas ke seluruh wilayah. Mengingat pendahulunya Arya Tadah memilih pendekatan berhati-hati dan waspada.
Hal yang diakui Gajah Mada ke Gayatri berbeda dengan pribadi dirinya. Ia sosok tak sabaran, baginya yang utama adalah hasil. Meski ia mengakui pentingnya bergerak secara bertahap dan halus, bagi Gajah Mada tindakan dan pernyataan lugas tetap dibutuhkan pada waktu yang tepat.
Inilah yang mendorong dirinya secara gamblang dan jelas membeberkan arah kebijakan dalam rapat perdana majelis. Ia ingin tahu siapa saja yang sejak awal mendukungnya.
Namun kepada Gayatri, Gajah Mada tak pernah menduga hasilnya akan seperti itu. Ia mengira hanya Kembar yang akan menentangnya apapun yang ia usulkan. Tetapi justru banyak anggota majelis kerajaan yang menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap rencananya. Yang paling menyakitkan adalah ketika Kembar menghinanya untuk kedua kalinya.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
Gayatri yang menjadi dewan penasihat raja ketika Tribhuwana Tunggadewi berkuasa pun turun gunung. Istri dari pendiri Kerajaan Majapahit Raden Wijaya, yang sudah menjadi pendeta terpaksa kembali masuk ke istana untuk memediasi persoalan pelik ini.
Gajah Mada sang Mahapatih Majapahit itu pun dipanggil oleh Gayatri untuk dimintai keterangan dan diajak berdiskusi. Sosok Gayatri yang masih begitu dihormati di istana Kerajaan Majapahit, membuat Gajah Mada yang terkenal keras, konon segan dan hormat kepadanya.
Earl Drake pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit" mengisahkan, bagaimana kekhawatiran Gayatri kepada Gajah Mada. Sebab Gajah Mada disebut Gayatri mengemukakan rencana dan siasatnya itu dengan tiba-tiba. Pasalnya itu berakibat munculnya reaksi negatif di majelis yang muncul setelah presentasi tersebut.
Di sisi lain, Gayatri pun memberi selamat kepada Gajah Mada yang setia mendukung kebijakan lama Kertanagara untuk menyatukan seluruh negeri di nusantara di bawah Majapahit. Tetapi setelah itu ia meminta dengan selembut dan sesantun mungkin, agar Gajah Mada menjelaskan mengapa ia terlalu lugas dan keras dalam presentasi pertamanya sebagai mahapatih.
Apa tujuan taktis yang hendak dicapainya? apakah menurutnya rencana itu akan berhasil? Sejenak Gajah Mada membisu diam seraya menyatukan kepingan - kepingan gagasan dalam kepalanya. Ia ingin Gayatri memahami apa yang telah ia lakukan. Kemudian dengan runtut dan fasihnya ia angkat bicara menjawab pertanyaan Gayatri.
Gajah Mada menjelaskan bertahun-tahun selama penantiannya menduduki kursi mahapatih Majapahit. Ia punya banyak waktu untuk memikirkan tujuan - tujuan yang diraihnya kelak saat menjabat. Ia yakin takdir telah menyerunya untuk memenuhi impian - impian kuno para leluhur, yakni menyatukan seluruh kawasan di bawah bendera Majapahit.
Sebagian besar ancaman dari luar dan pemberontakan dari dalam yang dulu sempat menjadi rintangan telah berhasil dilumpuhkan, sehingga menurut Gajah Mada sekarang adalah waktu tepat untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut.
Gajah Mada hanya memikirkan apakah Majapahit harus menggunakan cara penguasaan secara bertahap dan halus, atau mengumumkannya secara langsung dan tegas ke seluruh wilayah. Mengingat pendahulunya Arya Tadah memilih pendekatan berhati-hati dan waspada.
Hal yang diakui Gajah Mada ke Gayatri berbeda dengan pribadi dirinya. Ia sosok tak sabaran, baginya yang utama adalah hasil. Meski ia mengakui pentingnya bergerak secara bertahap dan halus, bagi Gajah Mada tindakan dan pernyataan lugas tetap dibutuhkan pada waktu yang tepat.
Inilah yang mendorong dirinya secara gamblang dan jelas membeberkan arah kebijakan dalam rapat perdana majelis. Ia ingin tahu siapa saja yang sejak awal mendukungnya.
Namun kepada Gayatri, Gajah Mada tak pernah menduga hasilnya akan seperti itu. Ia mengira hanya Kembar yang akan menentangnya apapun yang ia usulkan. Tetapi justru banyak anggota majelis kerajaan yang menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap rencananya. Yang paling menyakitkan adalah ketika Kembar menghinanya untuk kedua kalinya.
Lihat Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Marah Besar ke Sultan Muda Keraton Yogyakarta Akibat Hilangnya Tradisi Jawa
(hri)