Kisah Jaka Budug Sembuhkan Penyakit Putri Kemuning dengan Daun yang Dijaga Naga Sakti
loading...
A
A
A
Kisah Jaka Budug yang menyembuhkan penyakit bau badan Putri Kemuning menarik untuk dikulik. Konon, ia berhasil menyembuhkannya dengan daun sirna ganda yang dijaga naga sakti.
Kisah tersebut terjadi di masa Kerajaan Ringin Anom, salah satu kerajaan di masa lampau yang terletak di Ngawi, Jawa Timur. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Aryo Seto.
Prabu Aryo Seto mempunyai anak perempuan bernama Putri Kemuning. Kala itu, sang putri terkena penyakit langka bernama keringat berbau tidak sedap.
Selaku sang ayah yang mencintai putrinya, Prabu Aryo Seto berusaha keras untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Kemudian Prabu Aryo Seto bersemedi, dirinya mendapat bisikan yang mengatakan untuk mengadakan sayembara demi menyembuhkan sang putri.
"Barangsiapa yang dapat memetik daun Sirna Ganda yang tumbuh dalam gua di kaki gunung Arga Dumadi yang dijaga oleh seekor ular naga sakti dan selalu menyemburkan api dari mulutnya. Siapa yang berhasil memetik daun, akan mendapat hadiah sebagai menantu Sang Raja. Dan, daun sirna ganda harus dimakan oleh Putri Kemuning !" isi dari sayembara itu.
Sayembara tersebut rupanya menarik perhatian banyak orang. Mereka ternyata tergiur akan hadiah yang diberikan oleh Prabu Aryo Seto jika berhasil menyelesaikannya.
Di hari ketujuh, seorang pemuda dengan penyakit budug datang untuk mengikuti sayembara itu. Dirinya diberikan julukan Jaka Budug.
Jaka Budug adalah pemuda miskin yang tinggal di sebuah gubuk reyot bersama ibunya di sebuah desa terpencil di dalam wilayah Kerajaan Ringin Anom.
Ia dipanggil Jaka Budug karena mempunyai penyakit langka, yaitu seluruh tubuhnya dipenuhi oleh penyakit budug. Penyakit aneh itu sudah dideritanya sejak masih kecil. Meski demikian, Jaka Budug adalah seorang pemuda yang sakti.
Ia sangat mahir dan gesit memainkan keris pusaka yang diwarisi dari almarhum ayahnya. Dengan kesaktiannya itu, ia ingin sekali menolong sang Putri. Namun, ia merasa malu dengan keadaan dirinya.
Prabu Aryo Seto sejujurnya tidak ingin melihat pria macam Jaka Budug mengikuti sayembara. Terlebih, nantinya dia yang akan menikahi sang putri jika menang.
Namun, akhirnya Prabu Aryo Seto mengizinkan Jaka Budug terlibat dalam sayembara. Sebelum mengikuti sayembara, Jaka Budug meminta sang raja untuk mengizinkannya melihat keadaan Putri Kemuning.
Setelah itu, Jaka Budug bergegas untuk mengambil daun Sirna Ganda di gua kaki Gunung Arga Dumadi. Jaka Budug harus melewati sejumlah rintangan.
Setelah berjalan cukup jauh, sampailah ia di kaki gunung Arga Dumadi. Dari kejauhan, ia melihat semburan-semburan api yang keluar dari mulut naga sakti penghuni gua. Ia sudah tidak sabar ingin membinasakan naga itu dengan keris pusakanya.
Jaka Budug melangkah perlahan mendekati naga itu dengan sangat hati-hati. Begitu ia mendekat, tiba-tiba naga itu menyerangnya dengan semburan api. Jaka Budug pun segera melompat mundur untuk menghindari serangan itu.
Naga itu terus bertubi-tubi menyerang sehingga Jaka Budug terlihat sedikit kewalahan. Lama-kelamaan, kesabaran Jaka Budug pun habis. Ketika naga itu lengah, Jaka Budug segera menghujamkan kerisnya ke perut naga itu. Darah segar pun memancar dari tubuh naga itu dan mengenai tangan Jaka Budug.
Sungguh ajaib, tangan Jaka Budug yang terkena darah sang naga itu seketika menjadi halus dan bersih dari penyakit budug. Melihat keajaiban itu, Jaka Budug semakin bersemangat ingin membinasakan naga itu. Dengan gesitnya, ia kembali menusukkan kerisnya ke leher naga itu hingga darah memancar dengan derasnya. Naga sakti itu pun tewas seketika.
Jaka Budug segera mengambil darah naga itu lalu mengusapkan ke seluruh badannya yang terkena penyakit budug. Seketika itu pula seluruh badannya menjadi bersih dan halus. Tak sedikit pun bintik-bintik merah yang tersisa.
Kini, Jaka Budug berubah menjadi pemuda yang sangat tampan. dengan perasaan gembira. Setibanya di istana, Prabu Aryo Seto tercengang ketika melihat Jaka Budug yang kini kulitnya menjadi bersih dan wajahnya berseri-seri.
Sang Prabu hampir tidak percaya jika pemuda di hadapannya itu Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug menceritakan semua peristiwa yang dialaminya di kaki Gunung Arga Dumadi, barulah Sang Prabu percaya dan terkagum-kagum.
Jaka Budug kemudian mempersembahkan daun sirna ganda yang diperolehnya kepada Sang Prabu. Sungguh ajaib, Putri Kemuning kembali sehat setelah memakan daun sirna ganda itu. Kini, tubuh Sang Putri kembali berbau harum bagaikan bunga kemuning.
Prabu Aryo Seto pun menetapkan Jaka Budug sebagai pemenang sayembara tersebut. Sesuai dengan janjinya, Sang Prabu segera menikahkan Jaka Budug dengan putrinya, Putri Kemuning.
Kisah tersebut terjadi di masa Kerajaan Ringin Anom, salah satu kerajaan di masa lampau yang terletak di Ngawi, Jawa Timur. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Aryo Seto.
Prabu Aryo Seto mempunyai anak perempuan bernama Putri Kemuning. Kala itu, sang putri terkena penyakit langka bernama keringat berbau tidak sedap.
Selaku sang ayah yang mencintai putrinya, Prabu Aryo Seto berusaha keras untuk menyembuhkan penyakitnya itu. Kemudian Prabu Aryo Seto bersemedi, dirinya mendapat bisikan yang mengatakan untuk mengadakan sayembara demi menyembuhkan sang putri.
"Barangsiapa yang dapat memetik daun Sirna Ganda yang tumbuh dalam gua di kaki gunung Arga Dumadi yang dijaga oleh seekor ular naga sakti dan selalu menyemburkan api dari mulutnya. Siapa yang berhasil memetik daun, akan mendapat hadiah sebagai menantu Sang Raja. Dan, daun sirna ganda harus dimakan oleh Putri Kemuning !" isi dari sayembara itu.
Sayembara tersebut rupanya menarik perhatian banyak orang. Mereka ternyata tergiur akan hadiah yang diberikan oleh Prabu Aryo Seto jika berhasil menyelesaikannya.
Di hari ketujuh, seorang pemuda dengan penyakit budug datang untuk mengikuti sayembara itu. Dirinya diberikan julukan Jaka Budug.
Jaka Budug adalah pemuda miskin yang tinggal di sebuah gubuk reyot bersama ibunya di sebuah desa terpencil di dalam wilayah Kerajaan Ringin Anom.
Ia dipanggil Jaka Budug karena mempunyai penyakit langka, yaitu seluruh tubuhnya dipenuhi oleh penyakit budug. Penyakit aneh itu sudah dideritanya sejak masih kecil. Meski demikian, Jaka Budug adalah seorang pemuda yang sakti.
Ia sangat mahir dan gesit memainkan keris pusaka yang diwarisi dari almarhum ayahnya. Dengan kesaktiannya itu, ia ingin sekali menolong sang Putri. Namun, ia merasa malu dengan keadaan dirinya.
Prabu Aryo Seto sejujurnya tidak ingin melihat pria macam Jaka Budug mengikuti sayembara. Terlebih, nantinya dia yang akan menikahi sang putri jika menang.
Namun, akhirnya Prabu Aryo Seto mengizinkan Jaka Budug terlibat dalam sayembara. Sebelum mengikuti sayembara, Jaka Budug meminta sang raja untuk mengizinkannya melihat keadaan Putri Kemuning.
Setelah itu, Jaka Budug bergegas untuk mengambil daun Sirna Ganda di gua kaki Gunung Arga Dumadi. Jaka Budug harus melewati sejumlah rintangan.
Setelah berjalan cukup jauh, sampailah ia di kaki gunung Arga Dumadi. Dari kejauhan, ia melihat semburan-semburan api yang keluar dari mulut naga sakti penghuni gua. Ia sudah tidak sabar ingin membinasakan naga itu dengan keris pusakanya.
Jaka Budug melangkah perlahan mendekati naga itu dengan sangat hati-hati. Begitu ia mendekat, tiba-tiba naga itu menyerangnya dengan semburan api. Jaka Budug pun segera melompat mundur untuk menghindari serangan itu.
Naga itu terus bertubi-tubi menyerang sehingga Jaka Budug terlihat sedikit kewalahan. Lama-kelamaan, kesabaran Jaka Budug pun habis. Ketika naga itu lengah, Jaka Budug segera menghujamkan kerisnya ke perut naga itu. Darah segar pun memancar dari tubuh naga itu dan mengenai tangan Jaka Budug.
Sungguh ajaib, tangan Jaka Budug yang terkena darah sang naga itu seketika menjadi halus dan bersih dari penyakit budug. Melihat keajaiban itu, Jaka Budug semakin bersemangat ingin membinasakan naga itu. Dengan gesitnya, ia kembali menusukkan kerisnya ke leher naga itu hingga darah memancar dengan derasnya. Naga sakti itu pun tewas seketika.
Jaka Budug segera mengambil darah naga itu lalu mengusapkan ke seluruh badannya yang terkena penyakit budug. Seketika itu pula seluruh badannya menjadi bersih dan halus. Tak sedikit pun bintik-bintik merah yang tersisa.
Kini, Jaka Budug berubah menjadi pemuda yang sangat tampan. dengan perasaan gembira. Setibanya di istana, Prabu Aryo Seto tercengang ketika melihat Jaka Budug yang kini kulitnya menjadi bersih dan wajahnya berseri-seri.
Sang Prabu hampir tidak percaya jika pemuda di hadapannya itu Jaka Budug. Namun, setelah Jaka Budug menceritakan semua peristiwa yang dialaminya di kaki Gunung Arga Dumadi, barulah Sang Prabu percaya dan terkagum-kagum.
Jaka Budug kemudian mempersembahkan daun sirna ganda yang diperolehnya kepada Sang Prabu. Sungguh ajaib, Putri Kemuning kembali sehat setelah memakan daun sirna ganda itu. Kini, tubuh Sang Putri kembali berbau harum bagaikan bunga kemuning.
Prabu Aryo Seto pun menetapkan Jaka Budug sebagai pemenang sayembara tersebut. Sesuai dengan janjinya, Sang Prabu segera menikahkan Jaka Budug dengan putrinya, Putri Kemuning.
(hri)