Kisah Sarip Tambak Oso, Pendekar Besi Kuning Berjuluk Robin Hood asal Sidoarjo

Minggu, 10 Desember 2023 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Sarip Tambak Oso, Pendekar Besi Kuning Berjuluk Robin Hood asal Sidoarjo
Kisah Sarip Tambak Oso, pendekar besi kuning yang memiliki julukan Robin Hood asal Sidoarjo. Foto/Dok. SIDNOnews
A A A
Sungai Sedati tiba-tiba airnya berubah menjadi merah darah. Kondisi ini membuat Mboke Sarip (Ibu Sarip) yang tengah mencuci baju, kaget terperajat. Dia langsung teringat pada putranya, Sarip.

Baca Juga: Lakon Sarip Tambak Oso, Panggil Jiwa Generasi Muda

Bayangan buruk tentang kondisi Sarip saat melihat aliran sungai berubah menjadi berwarna merah darah, membuat Mboke Sarip dilanda kegelisahan. Seketika dia menghentikan kegiatannya mencuci baju, dan mencari sumber warna merah darah itu.



Mboke Sarip berjalan menyusuri aliran sungai ke arah hulu, dan firasat buruk yang ada dalam pikirannya terbukti benar. Dilihatnya sosok tubuh Sarip telah terbujur kaku, dengan luka menganga bersimbah darah.



"Sarip durung wayahe le (Sarip belum waktunya nak," teriak Mboke Sarip, sambil memegang jenazah putra kesayangannya tersebut. Sungguh aneh, seketika itu juga Sarip kembali bergerak dan hidup lagi.

Ikatan batin yang sangat kuat antara ibu dan anak ini, berawal saat Sarip masih berada dalam kandungan ibunya. Kala itu, ayah Sarip bertapa di dalam goa. Sepulang bertapa, ayah Sarip membawa pulang gumpalan lemah abang (tanah merah).

Sesampainya di rumah, gumpalan tanah berwana merah itu dibelah menjadi dua. Satu bagian diberikan kepada Mboke Sarip, dan satu bagian lagi diberikan kepada Sarip. Ayah Sarip mengatakan, Sarip tidak akan mati meskipun 1.000 kali dibunuh, selama Mboke Sarip masih hidup.

Sepenggal kisah hubungan Sarip dan ibunya ini, acap kali dipentaskan di panggung-panggung kesenian Ludruk. Dalam cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, Sarip merupakan pemuda asal Pulau Madura, dan hidup tumbuh besar di Dusun Tambak Oso, yang masuk wilayah Kabupaten Sidoarjo.

Dalam kisah lain yang berkembang di tengah masyarakat, Dusun Tambak Oso terbelah menjadi dua bagian, dan dipisahkan oleh aliran sungai. Dua wilayah dusun tersebut, masing-masing memiliki pendekar yang sangat sakti, yakni Sarip, dan Paidi di sisi seberang sungai.

Kisah Sarip Tambak Oso, Pendekar Besi Kuning Berjuluk Robin Hood asal Sidoarjo


Sarip yang dikemudian hari dikenal sebagai Sarip Tambak Oso, dikenal sebagia jagoan yang mudah tersulut emosinya dan memiliki hati yang keras. Tetapi, dia juga dikenal sangat menyayangi rakyat miskin.

Sosok legenda yang tumbuh di era kolonial Belanda tersebut, dikenal sebagai maling budiman. Dia sering mencuri di rumah-rumah orang kaya Belanda, serta orang kaya pribumi yang suka menindas rakyat. Hasil curiannya, tidak dinikmati sendiri oleh Sarip Tambak Oso, melainkan dibagikan kepada rakyat miskin di sekitarnya.

Kisah Sarip Tambak Oso sebagai maling dermawan, layaknya Robin Hood yang melawan kebengisan para bangsawan kaya di Kerajaan Inggris tersebut, juga diungkap dalam buku berjudul "Peran Ibu dalam Cerita Tambak Oso" yang merupakan hasil penelitian dari Mashuri, dan Naila Nilofar.

Dalam buku yang diterbitkan Balai Bahasa Surabaya tersebut, disebutkan, secara personal Sarip memang berkarakter kurang terpuji. Ia digambarkan sebagai seorang berandal dan pemuda nakal. Namun kenakalannya digunakan untuk membantu orang miskin, semacam Robin Hood. Dia juga berani melawan Kompeni Belanda.

Bahkan, dalam cerita-cerita yang ditampilkan dalam pertunjukan Ludruk, Sarip Tambak Oso selalu membuat Kompeni Belanda marah dan menjadi sasaran perburuan hidup atau mati. Sarip Tambak Oso juga tak segan untuk membuat kegaduhan, dan melakukan perlawanan kepada Kompeni Belanda.



Dalam kisah di pertunjukan Ludruk, Sarip Tambak Oso juga pernah dikisahkan membunuh Lurah Gedangan yang merupakan kepanjangan tangan dari Kompeni Belanda. Pembunuhan ini, dilakukan Sarip Tambak Oso menggunakan pisau dapur yang menjadi senjata andalannya.

Sarip Tambak Oso murka dan membunuh Lurah Gedangan, karena melihat ibunya dianiaya oleh Lurah Gedangan hanya gara-gara tidak membayar pajak tanah yang dijadikan tambak kepada Pemerintah Kolonial Belanda.

Kisah kebrandalan Sarip Tambak Oso tersebut, juga diungkap dalam buku "Jejak Sidoarjo Dari Jenggala Ke Suriname" yang ditulis oleh Tim Penelusuran Sejarah Sidoarjo. Disebutkan, Sarip Tambak Oso yang dikenal sebagai brandal dan pencuri, namun dilindungi oleh masyarakat karena berhati budiman.

Sosok Sarip Tambak Oso menjadi oase di tengah kejamnya penindasan massa kolonial Belanda, dan feodal pribumi. Namanya melegenda sebagai pahlawan rakyat, yang berani melawan kesewenang-wenangan para penguasa di masa itu.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3058 seconds (0.1#10.140)