Lakon Sarip Tambak Oso, Panggil Jiwa Generasi Muda

Rabu, 05 Desember 2018 - 22:40 WIB
Lakon Sarip Tambak Oso, Panggil Jiwa Generasi Muda
Pementasan ludruk berjudul Sarip Tambak Oso, di Tobong Ludruk komplek Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (05/12/2018). Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - "Utang duit nyaur duit, utang beras nyaur beras, utang pati nyaur pati," tegas Sarip, sambil dengan cepat menusukkan sebilah pisau pada Paidi hingga tewas.

Sarip melampiaskan kemarahanya kepada Paidi, karena ternyata Paidi memihak pada Belanda, yang selama ini dilawan Sarip.

Sarip Tambak Oso, pemuda jagoan wetan kali dari Desa Tambak Oso, yang berhati keras, mudah marah, tapi sangat menyayangi kaum miskin, terutama kepada ibunya.

Hidup di tengah kemiskinan dan kebodohan, Sarip bertindak layaknya ‘Robin Hood’. Dia mencuri harta dari rumah-rumah orang Belanda, saudagar kikir, dan para lintah darat, untuk dibagi-bagikan kepada warga miskin.

Lakon Sarip Tambak Oso, Panggil Jiwa Generasi Muda


Sarip yang bersenjata sebilah pisau dapur, selalu menjadi Target Operasi Government Belanda, karena perbuatannya yang dianggap membuat keonaran dan memprovokasi masyarakat untuk menentang kebijakan Belanda.

Itulah sepenggal cerita yang dipentaskan oleh seniman ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara berjudul ‘Sarip Tambak Oso’. Pementasan heroik kepahlawanan Sarif ini cukup memukau ratusan pelajar SMP Negeri 28 Surabaya.

Gelak tawa dan ketegangan pun mewarnai interaksi antara aktor dan penonton pertunjukan di Tobong Ludruk Tamah Hiburan Rakyat (THR) Kota Surabaya, Rabu (05/12/2018).

Programer pertunjukan ludruk, Meimura, mengatakan dipilihnya lakon Sarip Tambak Oso dalam apresiasi seni Ludruk untuk pelajar ini karena memiliki nilai patriotisme, filosofis magis antara ibu dan anak.

Lakon Sarip Tambak Oso, Panggil Jiwa Generasi Muda


Ketokohan Sarip, sebagai pemuda di zamannya yang tetap setia pada keluarga, terutama ibunya dan tetap mondok serta mengaji. Di sisi lain, Sarip juga selalu waspada dan melakukan perlawanan seorang diri, terhadap perilaku kolonial yang memaksakan pajak terhadap kaum pribumi.

"Keteladanan sarip inilah yang ingin kita sampaikan pada pelajar SMP. Ini sebagai wacana bela bangsa dan negara," tutur Meimura.

Kepala SMPN 28 Surabaya, Triworo Parnoningrum menuturkan, jiwa generasi muda sudah waktunya dipanggil untuk peduli dan melestarikan seni tradisi. Salah satunya adalah dengan berinteraksi langsung dengan pelaku-pelaku kesenian seperti ludruk.

"Alhamdulillah tadi anak-anak antusias. Mereka ikut tertawa, ikut teriak, ikut interaktif sehingga sepertinya jiwa mereka sudah menyatu dengan cerita Sarip Tambak Oso," tuturnya bangga.

Menurut dia, cerita patriotik Sarip ini perlu diserap ilmunya. Bagaimana sarip mampu membela rakyat kecil, meskipun bukan dari lulusan sekolah tinggi. "Kami berharap ini bisa menginspirasi anak-anak," kata dia.

Lakon Sarip Tambak Oso, Panggil Jiwa Generasi Muda


Kedepan orang nomor satu di SMPN 28 Surabaya ini akan mengusung seni Ludruk ke sekolahnya. Ia akan mengajak langsung seniman ludruk untuk membangun seni ludruk di sekolahnya.

"saat ini beberapa sekolah memang sudah ada yang mengengok. Tapi masih banyak yang belum menengok," tandas arnoningrum.

Lakon Sarip Tambak oso yang disutradarai oleh Pakde Puruadi, dan Cak Hengky kusuma ini, disuguhkan selama dua hari berturut-turut, yaitu Rabu-Kamis (5-6/11/2018) pukul 13.00 WIB.

Sejumlah aktor yang terlibat diantaranya Cak Solly sebagai sosok Sarip Tambak Oso, Sriwahyuni SSN menjadi ibunya Sarip. Selain itu, juga didukung Cak Sutris sebagai Paidi, Cak Hengky Kusuma (Ndoro Mantri), dan Cak Kusnadi sebagai Lurah Gedangan.

Untuk peran Pak Kacung dibawakan oleh Pakde Puriadi, Arie Setiawan menjadi Sarinten dan Ning Sari sebagai Saropah. Lawak dibawakan Cak Sabil, Cak Kempit, dan Cak Sapari.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3993 seconds (0.1#10.140)