Cium Aroma Kecurangan Pemilu 2024, Warga Yogyakarta Bakar Ogoh-ogoh di KPU

Kamis, 07 Desember 2023 - 17:44 WIB
loading...
Cium Aroma Kecurangan Pemilu 2024, Warga Yogyakarta Bakar Ogoh-ogoh di KPU
Warga Yogyakarta, yang tergabung dalam Patembayan Nusantara, menggelar aksi bakar ogoh-ogoh di depan kantor KPU DIY, sebagai bentruk protes adanya indikasi kecurangan Pemilu 2024. Foto/MPI/Erfan Erlin
A A A
YOGYAKARTA - Warga Yogyakarta, yang tergabung dalam Patembayan Nusantara, menggelar aksi bakar ogoh-ogoh di depan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Aksi ini dilakukan, sebagai bentuk protes adanya aroma kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.



Aroma kecurangan Pemilu 2024 tersebut, dirasakan warga yang tergabung dalam Patembayan Nusantara, melalui aturan yang diterbitkan pemangku kebijakan. Mereka kawatir, proses demokrasi akan tercederai.



Massa yang terdiri dari para seniman tari ini, mengarak ogoh-ogoh atau patung Bhuta Kala ke depan pintu masuk KPU DIY. Usai menggelar orasi dan juga menari, ogoh-ogoh setinggi 1,5 meter tersebut kemudian dibakar di depan kantor KPU DIY.



Dengan mengenakan kostum Anoman Obong, massa tiba di kantor KPU DIY sekitar pukul 13.00 WIB. mereka kemudian menari mengitari ogoh-ogoh tersebut, sembari mengucapkan sejumlah tetembangan. Mereka kemudiam membakar ogoh-ogoh tersebut bersama pimpinan KPU DIY.

Massa menyentil KPU yang saat ini, karena diduga melakukan kecurangan. Hal tersebut terlihat dari kebijakan yang diterbitkan oleh KPU hanya menguntungkan salah satu calon presiden dan calon wakil presiden (capres/cawapres).

Juru bicara Patembayan Nusantara, Agus Becak mengatakan, pihaknya datang ke KPU DIY melakukan aksi budaya dengan menyimbolkan anoman obong sebagai rakyat yang mengingatkan pada Bhuta Kala dengan membakarnya.



Butha yang menjadi lambang atau simbol keangkaramurkaan, kejahatan dan hitam sehingga harus diusir dari bumi Indonesia ini. "Tadi para penari melakukan simbolisasi pembakaran ogoh-ogoh, yang bermakna sebagai keangkaramurkaan dan kejahatan," papar Sunandar.

Sebagai lembaga penyelenggara Pemilu, KPU seharusnya bersikap netral. Dia menilai KPU seharusnya tidak melakukan intervensi politik, demi kepentingan salah satu pasangan calon (paslon), dan semestinya harus bersikap independen serta tidak berat sebelah.

Dengan dinamika aturan yang diterbitkan pemangku kebijakan belakangan ini, masyarakat mencium adanya indikasi kecurangan Pemilu 2024 yang dilakukan lembaga penyelenggara Pemilu 2024 ini. "KPU telah menghilangkan debat cawapres. Selain itu melarang adanya Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang diselenggarakan di ruang publik di Hongkong," tambahnya.



Padahal lanjutnya, tahun 2014 dan 2019, mereka menyelenggarakan seperti biasanya. Tiba-tiba pada Pemilu 2024 ditiadakan, sehingga hal ini menjadi kecurigaan bagi warga. Patut diduga ada intervensi dari penguasa untuk memenangkan salah satu pasangan calon. Itu yang menjadi kekhawatiran rakyat saat ini.

Oleh karena itu mereka menuntut KPU untuk bersikap independen tanpa kepentingan apapun. Pembakaran ogoh-ogoh itu merupakan aksi budaya warga Yogyakarta sebagai simbolisasi para pemangku kebijakan untuk bersikap netral. "KPU harus netral. Aksi budaya untuk memberikan peringatan ke KPU, agar KPU menyelenggarakan Pemilu dengan baik," imbuhnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1472 seconds (0.1#10.140)