Misteri Kendi Sakti Bharada, Kucuran Air yang Lahirkan Kerajaan Kediri

Senin, 13 November 2023 - 05:44 WIB
loading...
A A A
Tiadanya laki-laki yang menyunting Ratna Manggali, membuat Calon Arang murka. Membayangkan anaknya yang cantik jelita menjadi perawan tua, dada Calon Arang seperti terbakar. Sebagai seorang ibu sekaligus seorang janda, Calon Arang merasa terhina. "Alangkah marahnya sang janda. Alangkah malunya sang janda," tulis Toeti Heraty.

Di kuburan, Calon Arang bersama murid-muridnya, terus menjalankan ritual mautnya. Semuanya perempuan. Wersirsa, Mahisawandana, Lendya, Lende, Lendi, Guyang, Larung, dan Gandi. Murid-murid kinasih itu menandak-nandak (menari), mengikuti sang guru yang merapal mantra. Pada lehernya berkalung usus manusia. Pada telinga beranting paru-paru dan mengeramasi rambut dengan darah manusia.

Calon Arang menikmati hasil kerjanya. Ia tertawa-tawa melihat kematian yang terus berjatuhan. Bahagia melihat tangis penduduk Kediri yang meledak karena kehilangan keluarga. Persebaran penyakit tak bisa dicegah. Kian meluas sampai ke puncak-puncak gunung. Para pendeta kerajaan malu bertemu rakyat, karena tidak mampu menolak teluh yang disebar Calon Arang.

Raja Airlangga berduka melihat penderitaan yang ditanggung rakyatnya. "Kewibawaan raja terganggu di tahta," tulis Toeti Heraty dalam Calon Arang Korban Patriarki. Teror pagebluk perempuan penyihir Calon Arang tidak bisa didiamkan. Serbuan tentara kerajaan ke Jirah yang gagal karena mendapat perlawanan sengit Calon Arang, harus diganti dengan taktik lain.

Raja Airlangga memerintahkan patih dan para menteri utama untuk mengundang para pendeta, resi, pujangga dan guru. Semuanya berkumpul dan bersama-sama melakukan ritual pemujaan kepada Sang Hyang Agni, sekaligus meminta petunjuk.



Terbitlah petunjuk dari dewata, yang menyebut nama Sri Munindra Baradah atau Mpu Bharada. Seorang pendeta sempurna yang bertempat di pertapaan Semasana, Lemah Tulis. "Dialah yang dapat meruwat kerajaanmu, yang akan menghilangkan noda di dunia, membuat sejahtera dunia".

Mpu Bharada bagi Raja Airlangga bukan sosok asing. Hasil penelitian Louis Damais, sarjana Perancis (1540) pada naskah kuno, menyebut, Mpu Bharada pernah menyarankan Raja Airlangga membagi tahta kerajaan. Satu tahta di Jawa (Kediri) dan satunya di Bali. Namun sarannya tidak terwujud, karena penolakan Sri Mpu Kuturan di Bali.

Mpu Kuturan yang lebih sakti ingin menempatkan cucunya sendiri di takhta, dan menolak raja dari Jawa. Kelak, atas saran Mpu Mpu Bharada lagi, Raja Airlangga membagi tahta menjadi Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala.

Sementara begitu dititahkan Raja Airlangga mengatasi urusan Calon Arang, Mpu Bharada langsung bersiap mengutus Mpu Kebo Bahula, murid kesayangannya. Mpu Bahula adalah seorang pujangga dari Gangga Citra. Mpu Bharada tahu, murka Calon Arang berakar dari putrinya yang terancam menjadi perawan tua. Ia pun memerintahkan Mpu Bahula untuk meminang Ratna Manggali.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2687 seconds (0.1#10.140)