BNPB Minta Warga Tidak Mendekati Zona Bahaya Gunung Agung

Rabu, 04 Oktober 2017 - 10:42 WIB
BNPB Minta Warga Tidak Mendekati Zona Bahaya Gunung Agung
BNPB Minta Warga Tidak Mendekati Zona Bahaya Gunung Agung
A A A
DENPASAR - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meminta warga Bali tidak mendekati zona bahaya di Gunung Agung.

Dari video kawah Gunung Agung, memang kondisinya sudah ada rekahan dan asap keluar dari kawah hingga ketinggian 50-100 meter dengan tekanan rendah.

"Meski sudah dilarang untuk melakukan segala aktivitas di radius berbahaya. Namun masih ada sebagian masyarakat yang melanggar larangan tersebut. Memang berbahaya jika tiba-tiba terjadi letusan. Berbahaya bagi orang tersebut mau pun bagi tim SAR jika terjadi letusan dan diketahui ada yang menjadi korban," ujarnya, Rabu (4/10/2017).

Seperti diketahui saat ini banyak beredar warga Karangasem naik ke puncak Gunung Agung, dan menggungahnya ke media sosial.

Sutopo menyatakan, sebagian masyarakat yang nekat ke kawah Gunung Agung menggunakan logika spiritual. Juga ingin mendoakan agar gunung tidak meletus.

"Di Bali sudah tercipta kompromi. Tri hita karana yaitu komunikasi antara manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan alam (gunung), dan antar manusia dengan manusia. Ini juga terjadi di tempat lain,"ujarnya.

Dia menjelaskan, pada tahun 2007 saat Gunung Kelud status Awas, tokoh masyarakat nekat masuk ke radius berbahaya dan membawa sesaji melakukan spiritual dengan maksud berkompromi dengan arwah Lembu Suro yang diyakini bersemayam di dalam kawah Gunung Kelud.

"Dan saat itu Gunung Kelud tidak jadi meletus. Hanya terbentuk kubah lava. Nah itulah, menangani bencana akibat letusan gunungapi bukan hanya sebatas teknis saja. Tetapi ada hal-hal lain yang menyangkut sosial budaya, kepercayaan, dan lainnya di masyarakat," terangnya.

Menurutnya, mengambil gambar dan video lalu disebarluaskan ke medsos yang akhirnya menciptakan kebingungan masyarakat.

"Seolah-olah masyarakat dibenturkan logikanya antara pemerintah yang menggunakan metodologi ilmiah yang sudah diakui kebenarannya, dengan pengamatan visual dari pihak yang nekat ke kawah. Padahal mereka tidak tahu bagaimana kondisi di dalam gunung itu," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7124 seconds (0.1#10.140)