Jeritan Nelayan Bitung: BBM Subsidi Langka, Ikan Hasil Tangkapan Merosot Akibat Cuaca Panas
loading...
A
A
A
BITUNG - Para nelayan di Kota Bitung, Sulawesi Utara, menjerit. Seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mereka yang kini kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi, harus menghadapi kenyataan tangkapan ikannya merosot tajam akibat cuaca panas.
Kondisi cuaca panas yang terjadi hampir dua bulan ini, membuat ikan bermigrasi. Selama cuaca panas, suhu udara di Kota Bitung bisa mencapai 33 derajat celsius, hingga mengakibatkan suhu air laut juga naik.
Selama ini Kota Bitung, merupakan kota penghasil ikan terbesar di Sulawesi Utara. Hasil tangkapan ikan para nelayan di Kota Bitung, memasok hampir seluruh pasar-pasar tradisional wilayah Sulawesi Utara.
Sayangnya, akibat faktor kelangkaan BBM bersubsidi, dan cuaca panas, membuat para nelayan kesulitan untuk melaut. "Cauaca panas, membuat ikan semakin menjauh dari pantai, akibatnya tangkapan ikan merosot," tutur salah satu nelayan, Suwarno.
Selain itu, menurutnya, nelayan kesulitan untuk melaut karena BBM bersubsidi langka. "Katanya ada pembatasan BBM bersubsidi untuk kapal penangkap ikat berbobot 6-30 gross ton (GT)," ujarnya.
Ketua Aliansi Masyarakat Nelayan Bersatu (AMNB) Kota Bitung, Julius Roly Hengkengbala mengatakan, butuh kebijakan khusus dari pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). "Nelayan di Kota Bitung sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kalau tidak mampu menteri keluatan dan perikanannya diganti saja," tegasnya.
Dia mengharapkan pemerintah khususnya KKP lebih sigap dan tanggap terhadap konsisi kesulitan yang dihadapi nelayan, agar kesejahteraan nelayan dapat terwujud. Sekarang tangkapan ikan sulit akibat cuaca panas, justru BBM bersubsidinya dibatasi dan langka.
Kondisi cuaca panas yang terjadi hampir dua bulan ini, membuat ikan bermigrasi. Selama cuaca panas, suhu udara di Kota Bitung bisa mencapai 33 derajat celsius, hingga mengakibatkan suhu air laut juga naik.
Selama ini Kota Bitung, merupakan kota penghasil ikan terbesar di Sulawesi Utara. Hasil tangkapan ikan para nelayan di Kota Bitung, memasok hampir seluruh pasar-pasar tradisional wilayah Sulawesi Utara.
Sayangnya, akibat faktor kelangkaan BBM bersubsidi, dan cuaca panas, membuat para nelayan kesulitan untuk melaut. "Cauaca panas, membuat ikan semakin menjauh dari pantai, akibatnya tangkapan ikan merosot," tutur salah satu nelayan, Suwarno.
Selain itu, menurutnya, nelayan kesulitan untuk melaut karena BBM bersubsidi langka. "Katanya ada pembatasan BBM bersubsidi untuk kapal penangkap ikat berbobot 6-30 gross ton (GT)," ujarnya.
Ketua Aliansi Masyarakat Nelayan Bersatu (AMNB) Kota Bitung, Julius Roly Hengkengbala mengatakan, butuh kebijakan khusus dari pemerintah khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). "Nelayan di Kota Bitung sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kalau tidak mampu menteri keluatan dan perikanannya diganti saja," tegasnya.
Dia mengharapkan pemerintah khususnya KKP lebih sigap dan tanggap terhadap konsisi kesulitan yang dihadapi nelayan, agar kesejahteraan nelayan dapat terwujud. Sekarang tangkapan ikan sulit akibat cuaca panas, justru BBM bersubsidinya dibatasi dan langka.
(eyt)