Hidup Menumpang, Korban Longsor Palopo Butuh Bantuan Pemerintah
loading...
A
A
A
PALOPO - Warga korban longsor di kilometer 24 poros Palopo-Toraja, Kelurahan Battang Barat, Kecamatan Wara Barat, membutuhkan bantuan pemerintah. Hingga saat ini, mereka masih hidup menumpang dan belum memiliki rumah sendiri. Baca :9 Rumah Rusak Berat Terseret Tanah Longsor di Kota Palopo
"Rumah Kaka saya hancur terbawa longsor, mereka sekeluarga numpang di rumah saya sambil membantu saya berjualan. Kami berharap pemerintah ikut membantu membangunkan rumah bagi warga utamanya mereka yang rumahnya rusak atau yang terancam longsor," ungkap warga bernama Hamda kepada SINDOnews, Selasa (04/08/2020).
Hamda mengatakan, sejumlah warga berharap, pemerintah ikut memberikan bantuan swadaya atau stimulan, membantu membuatkan pemukiman yang baru untum warga di wilayah mereka.
"Masih banyak yang mengungsi, menumpang ke rumah keluarganya karena belum memiliki rumah, beberapa juga sudah mendirikan rumah baru di lokasi lain, tapi masih di sekitar sini," lanjut perempuan yang tinggal sekitar 500 meter dari lokasi longsor ini.
Terpisah, Lurah Kelurahan Battang Barat, Muhammad Ikhwan, mengakui hingga saat ini masih ada warga korban dan terdampak longsor yang hidup menumpang di rumah keluarganya, sebagian juga telah membangun rumah baru di lokasi yang jauh dari titik longsor.
"Warga sudah menyampaikan ke saya agar dibantu pembangunan rumah baru, ini juga telah kami sampaikan ke kecamatan dan dinas sosial," ujarnya. Baca Juga : Jalan Poros Palopo-Toraja Lumpuh Total Akibat Tanah Longsor
Ia menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo tidak tinggal diam melihat kondisi jalur poros yang longsor utamanya kondisi warga Battang Barat saat ini.
"Soal pemukiman, Pak Wali memberikan perhatian serius, bahkan Pak Wali menawarkan kepada warga untuk pindah di perumahan nelayan di Balandai atau di rumah susun di Songka," ujarnya.
Hanya saja kata Ikhwan, warganya menolak dengan berbagai alasan, pertama tidak ada kejelasan kepemilikan atas rumah tersebut dan kedua, alasan ekonomi.
"Mereka tidak bersedia direlokasi karena alasan ekonomi, alasan mata pencaharian. Pak Wali tawarkan warga untuk direlokasi ke rumah nelayan di Balandai dan rumah susun di Songka, ini kepada ,9 KK dan yang terkena longsor," jelasnya.
Data SINDOnews, pasca longsor Jumat 26 Juni bulan lalu, warga yang menjadi korban sebanyak 9 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 32 jiwa. Sementara warga sekitar yang terdampak di RW 3 sebanyak 58 KK dan RW 2 sebanyak 92 KK. Baca Lagi : Banjir Bandang, 238 Gardu Listrik di Luwu Utara Masih Padam
"Rumah Kaka saya hancur terbawa longsor, mereka sekeluarga numpang di rumah saya sambil membantu saya berjualan. Kami berharap pemerintah ikut membantu membangunkan rumah bagi warga utamanya mereka yang rumahnya rusak atau yang terancam longsor," ungkap warga bernama Hamda kepada SINDOnews, Selasa (04/08/2020).
Hamda mengatakan, sejumlah warga berharap, pemerintah ikut memberikan bantuan swadaya atau stimulan, membantu membuatkan pemukiman yang baru untum warga di wilayah mereka.
"Masih banyak yang mengungsi, menumpang ke rumah keluarganya karena belum memiliki rumah, beberapa juga sudah mendirikan rumah baru di lokasi lain, tapi masih di sekitar sini," lanjut perempuan yang tinggal sekitar 500 meter dari lokasi longsor ini.
Terpisah, Lurah Kelurahan Battang Barat, Muhammad Ikhwan, mengakui hingga saat ini masih ada warga korban dan terdampak longsor yang hidup menumpang di rumah keluarganya, sebagian juga telah membangun rumah baru di lokasi yang jauh dari titik longsor.
"Warga sudah menyampaikan ke saya agar dibantu pembangunan rumah baru, ini juga telah kami sampaikan ke kecamatan dan dinas sosial," ujarnya. Baca Juga : Jalan Poros Palopo-Toraja Lumpuh Total Akibat Tanah Longsor
Ia menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Palopo tidak tinggal diam melihat kondisi jalur poros yang longsor utamanya kondisi warga Battang Barat saat ini.
"Soal pemukiman, Pak Wali memberikan perhatian serius, bahkan Pak Wali menawarkan kepada warga untuk pindah di perumahan nelayan di Balandai atau di rumah susun di Songka," ujarnya.
Hanya saja kata Ikhwan, warganya menolak dengan berbagai alasan, pertama tidak ada kejelasan kepemilikan atas rumah tersebut dan kedua, alasan ekonomi.
"Mereka tidak bersedia direlokasi karena alasan ekonomi, alasan mata pencaharian. Pak Wali tawarkan warga untuk direlokasi ke rumah nelayan di Balandai dan rumah susun di Songka, ini kepada ,9 KK dan yang terkena longsor," jelasnya.
Data SINDOnews, pasca longsor Jumat 26 Juni bulan lalu, warga yang menjadi korban sebanyak 9 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 32 jiwa. Sementara warga sekitar yang terdampak di RW 3 sebanyak 58 KK dan RW 2 sebanyak 92 KK. Baca Lagi : Banjir Bandang, 238 Gardu Listrik di Luwu Utara Masih Padam
(sri)