Perangi Stunting, Ini yang Dilakukan Pemprov Babel
loading...
A
A
A
PANGKALPINANG - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serius dalam upaya penanganan pengentasan stunting di Negeri Serumpun Sebalai. Hal ini sesuai dengan komitmen Pemprov Kep. Babel untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, dan berdaya saing sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs), di mana sektor kesehatan menjadi agenda ke-3 dari 7 agenda pembangunan berkelanjutan Indonesia ke depan.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan melalui Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), menunjukkan angka yang serupa dengan rilis Dinas Kesehatan Bangka Belitung. Dari survei itu, angka prevalensi stunting di Bangka Belitung sejak 2017-2023 menunjukkan tren yang terus menurun dari tahun ke tahun, 2017 (27,3%), 2018 (23,28%), 2019 (19,93%), 2020 (Tidak dihitung karena Pandemi Covid-19), 2021 (18,6), 2022 (18,5). Sementara itu, angka prevalensi per Februari tahun 2023 tercatat pada angka 3,51%.
Meskipunangka tersebut sudah di bawah prevalensi nasional pada angka 21,6 (per 2022), Pemprov Kep. Babel tetap bekerja keras dengan menjadikan Bangka Belitung sebagai daerah bebas stunting melalui program #BabelBebasStunting. Kepala Dinas Kesehatan Bangka Belitung Andri Nurtito menyebutkan bahwa langkah awal yang dilakukan pihaknya dengan upaya pendataan hingga ke pelosok desa melalui tenaga kesehatan. Bahkan hingga ke kader PKK di desa setempat.
“Pendataan juga didukung dengan aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), yang dapat memantau perkembangan gizi anak. Hal itu semakin memudahkan dinas kesehatan memiliki data yang akurat sampai tingkat desa/kelurahan. Ini penting, jadi kami bisa melakukan deteksi dini dan penanganan intervensi by name by address balita yang mempunyai masalah gizi termasuk stunting,” ucapnya.
Andri juga meyakinkan jika dengan adanya pendataan serta pengawasan secara langsung ke masyarakat. Penanganan masalah stunting yang erat kaitannya dengan permasalahan gizi di Negeri Serumpun Sebalai menjadi lebih efektif dengan adanya penanganan yang lebih intensif oleh tenaga Kesehatan yang lebih berkompeten seperti dokter, dan ahli gizi.
"Nantinya, jika ditemukan anak bermasalah gizi di posyandu, selanjutnya akan dirujuk ke puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan, dan tata kelola lebih lanjut berupa intervensi gizi, dan terapi lebih lanjut oleh dokter dan ahli gizi. Jika diperlukan, puskemas akan merujuk anak tersebut ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis anak," katanya.
Angka stunting yang terus menurun dari tahun ke tahun di Kepulauan Bangka Belitung tak luput dari gencarnya pendampingan pemerintah kepada masyarakat tentang pola asuh yang baik. Dinas Kesehatan Kepulauan Babel setidaknya melakukan berbagai pendampingan agar masyarakat mengerti beberapa hal berikut termasuk pola asuh yang baik dilakukan untuk menekan angka stunting:
- Memberikan pelatihan Konselor ASI bagi petugas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas yang selanjutnya akan memberikan bekal dan pendampingan bagi kader dan ibu hamil/ibu nifas di wilayah kerjanya untuk mempersiapkan dan memberikan ASI dengan baik.
- Memberikan pelatihan tentang pemberian makanan bayi dan anak bagi petugas gizi kabupaten/kota dan puskesmas, yang selanjutnya akan memberikan bekal, dan pendampingan bagi kader untuk menyampaikan ke masyarakat tentang penyiapan makanan yang sesuai dengan standar gizi bayi dan anak.
- Melakukan kampanye dan sosialisasi gizi seimbang bagi siswa SMA, sekaligus pentingnya tablet tambah darah.
Tidak hanya itu, penyuluhan, komunikasi informasi, dan edukasi melalui berbagai saluran dan media komunikasi juga berperan serta secara langsung ke masyarakat di antaranya sosialisasi melalui media sosial (Facebook, Instagram) milik Dinas Kesehatan Babel, dan pencetakan flayer yang dibagikan ke posyandu, flayer tentang pentingnya kehadiran di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan, gizi seimbang, dan pencegahan stunting dan flyer tentang menu isi piringku, pentingnya tablet tambah darah.
(Foto: dok Pemprov Babel)
Babel Sehat, Indonesia Hebat, Asean Kuat
Penanganan untuk menjadikan #BabelBebasStunting yang dilakukan Pemprov Kep. Babel ini, Oyon Rio Ricardo selaku Kepala Bidang (Kabid) Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bangka Belitung mengatakan bahwa sesuai dengan perencanaan pembangunan Bangka Belitung sesuai dengan penyelarasan, dan analisis SWOT dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi Kep. Babel selama 2023-2026, di mana salah satunya yaitu terpenuhinya kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Selain itu, #BabelBebasStunting juga menjadi komitmen Pemprov. Kep. Babel guna mendukung visi besar bangsa yakni 'Indonesia Emas 2045', yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan juga penguatan terhadap kapasitas dan efektivitas ASEAN, persatuan ASEAN, dan sentralitas ASEAN, yang dimulai dari arsitektur kesehatan, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan stabilitas keuangan, sesuai dengan tema yang diangkat oleh Indonesia saat ditetapkan menjadi Ketua ASEAN Tahun 2023, yaitu 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth'.
“Jadi, tentunya dokumen RPD disusun sejalan/in line dengan kebijakan nasional yang di dalamnya terkandung empat elemen Epicentrum of Growth. Ada empat elemen penting yang terus didorong. Mulai dari arsitektur kesehatan, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan stabilitas keuangan,” ujar Oyon
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan melalui Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), menunjukkan angka yang serupa dengan rilis Dinas Kesehatan Bangka Belitung. Dari survei itu, angka prevalensi stunting di Bangka Belitung sejak 2017-2023 menunjukkan tren yang terus menurun dari tahun ke tahun, 2017 (27,3%), 2018 (23,28%), 2019 (19,93%), 2020 (Tidak dihitung karena Pandemi Covid-19), 2021 (18,6), 2022 (18,5). Sementara itu, angka prevalensi per Februari tahun 2023 tercatat pada angka 3,51%.
Meskipunangka tersebut sudah di bawah prevalensi nasional pada angka 21,6 (per 2022), Pemprov Kep. Babel tetap bekerja keras dengan menjadikan Bangka Belitung sebagai daerah bebas stunting melalui program #BabelBebasStunting. Kepala Dinas Kesehatan Bangka Belitung Andri Nurtito menyebutkan bahwa langkah awal yang dilakukan pihaknya dengan upaya pendataan hingga ke pelosok desa melalui tenaga kesehatan. Bahkan hingga ke kader PKK di desa setempat.
“Pendataan juga didukung dengan aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), yang dapat memantau perkembangan gizi anak. Hal itu semakin memudahkan dinas kesehatan memiliki data yang akurat sampai tingkat desa/kelurahan. Ini penting, jadi kami bisa melakukan deteksi dini dan penanganan intervensi by name by address balita yang mempunyai masalah gizi termasuk stunting,” ucapnya.
Andri juga meyakinkan jika dengan adanya pendataan serta pengawasan secara langsung ke masyarakat. Penanganan masalah stunting yang erat kaitannya dengan permasalahan gizi di Negeri Serumpun Sebalai menjadi lebih efektif dengan adanya penanganan yang lebih intensif oleh tenaga Kesehatan yang lebih berkompeten seperti dokter, dan ahli gizi.
"Nantinya, jika ditemukan anak bermasalah gizi di posyandu, selanjutnya akan dirujuk ke puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan, dan tata kelola lebih lanjut berupa intervensi gizi, dan terapi lebih lanjut oleh dokter dan ahli gizi. Jika diperlukan, puskemas akan merujuk anak tersebut ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis anak," katanya.
Angka stunting yang terus menurun dari tahun ke tahun di Kepulauan Bangka Belitung tak luput dari gencarnya pendampingan pemerintah kepada masyarakat tentang pola asuh yang baik. Dinas Kesehatan Kepulauan Babel setidaknya melakukan berbagai pendampingan agar masyarakat mengerti beberapa hal berikut termasuk pola asuh yang baik dilakukan untuk menekan angka stunting:
- Memberikan pelatihan Konselor ASI bagi petugas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas yang selanjutnya akan memberikan bekal dan pendampingan bagi kader dan ibu hamil/ibu nifas di wilayah kerjanya untuk mempersiapkan dan memberikan ASI dengan baik.
- Memberikan pelatihan tentang pemberian makanan bayi dan anak bagi petugas gizi kabupaten/kota dan puskesmas, yang selanjutnya akan memberikan bekal, dan pendampingan bagi kader untuk menyampaikan ke masyarakat tentang penyiapan makanan yang sesuai dengan standar gizi bayi dan anak.
- Melakukan kampanye dan sosialisasi gizi seimbang bagi siswa SMA, sekaligus pentingnya tablet tambah darah.
Tidak hanya itu, penyuluhan, komunikasi informasi, dan edukasi melalui berbagai saluran dan media komunikasi juga berperan serta secara langsung ke masyarakat di antaranya sosialisasi melalui media sosial (Facebook, Instagram) milik Dinas Kesehatan Babel, dan pencetakan flayer yang dibagikan ke posyandu, flayer tentang pentingnya kehadiran di posyandu untuk pemantauan pertumbuhan, gizi seimbang, dan pencegahan stunting dan flyer tentang menu isi piringku, pentingnya tablet tambah darah.
(Foto: dok Pemprov Babel)
Babel Sehat, Indonesia Hebat, Asean Kuat
Penanganan untuk menjadikan #BabelBebasStunting yang dilakukan Pemprov Kep. Babel ini, Oyon Rio Ricardo selaku Kepala Bidang (Kabid) Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bangka Belitung mengatakan bahwa sesuai dengan perencanaan pembangunan Bangka Belitung sesuai dengan penyelarasan, dan analisis SWOT dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi Kep. Babel selama 2023-2026, di mana salah satunya yaitu terpenuhinya kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Selain itu, #BabelBebasStunting juga menjadi komitmen Pemprov. Kep. Babel guna mendukung visi besar bangsa yakni 'Indonesia Emas 2045', yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan juga penguatan terhadap kapasitas dan efektivitas ASEAN, persatuan ASEAN, dan sentralitas ASEAN, yang dimulai dari arsitektur kesehatan, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan stabilitas keuangan, sesuai dengan tema yang diangkat oleh Indonesia saat ditetapkan menjadi Ketua ASEAN Tahun 2023, yaitu 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth'.
“Jadi, tentunya dokumen RPD disusun sejalan/in line dengan kebijakan nasional yang di dalamnya terkandung empat elemen Epicentrum of Growth. Ada empat elemen penting yang terus didorong. Mulai dari arsitektur kesehatan, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan stabilitas keuangan,” ujar Oyon
(dsa)