Kisah Tohjaya Anak Kandung Ken Arok yang Membunuh Raja Singasari Kedua

Rabu, 04 Oktober 2023 - 06:04 WIB
loading...
Kisah Tohjaya Anak Kandung Ken Arok yang Membunuh Raja Singasari Kedua
Candi Singasari. Foto/Ilustrasi/dictio
A A A
Tohjaya adalah penguasa atau Raja Singasari yang merupakan anak kandung Ken Arok dari hasil pernikahannya dengan Ken Umang, sang selir. Nama Tohjaya sendiri hanya tertulis pada kitab Pararaton yang ditulis ratusan tahun sesudah zaman Kerajaan Singasari atau Tumapel berkuasa.

Sedangkan pada kitab Negarakretagama yang ditulis tepat pada pertengahan zaman Majapahit, nama Tohjaya tidak disebutkan sama sekali.
Menurut Nagarakretagama, sepeninggal Anusapati yang menjadi raja selanjutnya adalah Wisnuwardhana, alias Ranggawuni, sebagaimana diuraikan pada buku "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan", tulisan Muhammad Syamsuddin.

Nama Tohjaya justru ditemukan dalam Prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan oleh Kertanagara, atas perintah ayahnya yang bernama Maharaja Seminingrat (nama asli Wisnuwardhana versi prasasti) tahun 1255.



Sementara di beberapa sumber sejarah lain disebutkan Tohjaya merupakan penguasa Tumapel atau Singasari ketiga setelah kematian Anusapati. Tohjaya berhasil merebut takhta Anusapati kakak tirinya usai membunuh sang saudara ketika asyik menyabung ayam.

Prasasti ini telah membuktikan kalau Tohjaya merupakan tokoh sejarah yang benar-benar ada, bukan sekadar tokoh fiktif ciptaan Pararaton. Akan tetapi dalam prasasti itu ditulis bahwa Tohjaya bukan raja Tumapel atau Singasari, melainkan raja Kediri yang menggantikan adiknya, bernama Guningbhaya.

Adapun Guningbhaya menjadi raja setelah menggantikan kakaknya yang bernama Bhatara Parameswara. Ketiga raja Kediri tersebut merupakan paman dari Seminingrat. Selain itu tertulis pula bahwa pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang wafat di atas takhta kencana, yaitu kakek dari Seminingrat.

Prasasti Mula Malurung sebagaimana diulas oleh sejarawan Prof. Slamet Muljana, mencoba menafsirkan isi dari prasasti, Kakawin Negarakretagama, dan Pararaton. Dimana ketika Kerajaan Kediri runtuh tahun 1222 akibat pemberontakan Bhatara Siwa (alias Ken Arok).



Ia kemudian mendirikan Kerajaan Tumapel di mana Kediri menjadi negeri bawahan, dan diserahkan kepada putranya yang bernama Bhatara Parameswara. Hal ini membuat cemburu Anusapati, yang merasa sebagai putra tertua. Mungkin ia memang benar membunuh Bhatara Siwa karena menurut prasasti Mula Malurung raja pertama, Tumapel itu wafat di atas takhtanya.

Sementara itu, sepeninggal Bhatara Parameswara di Kediri, tahta jatuh kepada adiknya, bernama Guningbhaya. Kemudian sepeninggal Guningbhaya takhta jatuh kepada kakaknya, yaitu Tohjaya. Dalam Pararaton, tokoh Bhatara Parameswara identik dengan Mahisa Wonga Teleng, putra tertua pasangan Ken Arok dan Ken Dedes.

Sedangkan Guningbhaya identik dengan adik kandung Mahisa Wonga Teleng, yaitu Agnibhaya. Sementara itu, Tohjaya sendiri disebut sebagai kakak Guningbhaya. Berita ini sesuai dengan Pararaton di mana Tohjaya merupakan putra tertua Ken Arok yang lahir dari Ken Umang. Maka, dapat dipastikan kalau Tohjaya lahir lebih dulu daripada Agnibhaya.

Yang berbeda dengan Pararaton adalah, Tohjaya merupakan raja Kadiri bukan raja Tumapel atau Singasari. Jika benar ia melakukan kudeta disertai pembunuhan, mungkin ia melakukannya terhadap Guningbhaya, bukan terhadap Anusapati. Kiranya, Tohjaya yang hanya putra selir membunuh Guningbhaya untuk merebut takhta Kadiri.

Sebagaimana dijelaskan dalam Pararaton bahwa pengganti Tohjaya sebagai raja Tumapel sejak tahun 1250 adalah Ranggawuni bergelar Wisnuwardhana. Namun berbeda dengan Negarakretagama yang memberitakan, bahwa Wisnuwardhana naik takhta sejak 1248 menggantikan Anusapati. Lagi pula prasasti Mula Malurung telah membuktikan kalau Tohjaya adalah raja Kediri.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1059 seconds (0.1#10.140)