Sejarah Kadipaten Pakualaman: Wilayah, Pembentukan, dan Daftar Penguasa

Senin, 02 Oktober 2023 - 16:50 WIB
loading...
A A A
Pada tahun 1811, Inggris merebut kekuasaan kolonial Belanda-Perancis di Pulau Jawa dan mengutus Sir Thomas Stamford Raffles untuk memimpin koloni ini sebagai Letnan Gubernur Jenderal.



Raffles mencoba mendapat dukungan dari penguasa lokal, termasuk Sultan Hamengku Buwono II, untuk mengembalikan HB II ke tahtanya.

Pada 10 Desember 1811, RM Suryo (HB III) diangkat kembali menjadi putra mahkota dengan gelar Kanjeng Pangeran Adipati Anom.

Sejauh ini ada dua perspektif yang berbeda mengenai peran Pangeran Notokusumo di Kasultanan Yogyakarta. Penjelasan mengenai kedua perspektif ini akan diuraikan di bawah ini.

Versi I


BPH Notokusumo bertemu dengan HB II untuk membahas proposal dari pemerintah kolonial Inggris, yang mengusulkan penyerahan tahta kepada Adipati Anom sebagai ganti permintaan maaf atas insiden pembunuhan Danurejo II.

Sultan menyambut Raffles dan mengadakan jamuan kenegaraan. Konflik berdarah terus berlanjut, melibatkan Adipati Anom, Kasunanan Surakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran.

Adipati Anom bekerja sama dengan Kapten Tan Jin Sing untuk bertemu dengan John Crawford, residen Inggris, yang mengusulkan Adipati Anom diangkat sebagai sultan.



Kemudian, BPH Notokusumo diusulkan menjadi Pangeran Merdika, dan Raffles direncanakan datang ke Yogyakarta dengan pasukan untuk berperang.

Versi II


Setelah kekuasaan Belanda-Perancis diserahkan kepada Inggris, HB II kembali menduduki takhta yang sebelumnya dipegang oleh putranya.

Sultan mengajukan beberapa tuntutan kepada pemerintah Inggris, termasuk pembayaran kembali uang ganti rugi untuk wilayah pesisir yang direbut oleh Belanda, pengembalian makam-makam leluhur, dan pembebasan Pangeran Natakusuma dan putra Natadiningrat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1109 seconds (0.1#10.140)