Sejarah Kerajaan Pajajaran: Asal-usul, Letak, Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalannya

Jum'at, 29 September 2023 - 16:08 WIB
loading...
Sejarah Kerajaan Pajajaran:...
Prasasti Batu Tulis merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran. Foto/ Ist/Okezone
A A A
JAKARTA - Kerajaan Pajajaran merupakan salah satu kerajaan Hindu yang pernah berdiri di wilayah barat Pulau Jawa, Indonesia. Kerajaan ini memiliki peran penting dalam perkembangan budaya dan sejarah Nusantara.

Kerajaan Pajajaran juga memiliki beberapa peninggalan sebagai bukti bahwa kerajaan bercorak Hindu ini pernah ada di Jawa Barat.

Berikut sejarah Kerajaan Pajajaran dari masa kejayaan hingga peninggalannya.

Sejarah Kerajaan Pajajaran


Kerajaan Pajajaran adalah salah satu kerajaan terbesar di Pakuan (sekarang Bogor), Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan pada tahun 923 M oleh Sri Jayabhupati dan meliputi sekitar sepertiga hingga seperdelapan wilayah pulau Jawa.

Menurut peta Portugis, pusat pemerintahan Kerajaan Pajajaran terletak di Bogor. Sementara untuk cakupan kekuasaannya meliputi wilayah Jawa Tengah, Jakarta, dan Jawa Barat.



Kerajaan Pajajaran mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi antara tahun 1482 hingga 1521 M.

Pada periode ini, sistem politik yang berlaku adalah sistem feudal, di mana posisi puncak dipegang oleh seorang yang disebut Prabu atau raja.

Agama utama yang dianut adalah Hindu Syiwa, seperti tercatat dalam prasasti Kawali dan Sahyang Tapak.

Di samping itu, terdapat juga penganut agama Hindu Waisnawa dan Budha. Ketiga agama tersebut hidup berdampingan dengan toleransi antar sesamanya.

Kehidupan ekonomi pada masa Kerajaan Pajajaran sangat bergantung pada kegiatan agraris seperti bercocok tanam dan perdagangan.



Pada tahun 1597 M, Kerajaan Pajajaran mengalami kejatuhan akibat serangan dari Kesultanan Banten.

Selain itu, terjadi persaingan untuk mendapatkan batu penobatan antara panglima perang dari Kesultanan Banten, yaitu Maulana Yusuf.

Silsilah Pendiri Kerajaan Pajajaran


Selain Sri Jayabhupati sebagai pendiri, ada enam pemimpin lain yang pernah memerintah di Kerajaan Pajajaran.

1. Raja Sri Baduga Maharaja (1482–1521)


Dikenal sebagai Prabu Siliwangi, ia memerintah di Pakuan selama periode ini. Pemerintahannya ditandai dengan masa keemasan, di mana banyak pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Raja Surawisesa (1521–1535)


Selama masa pemerintahannya, tidak terdapat pencapaian yang signifikan, meskipun tidak terjadi penurunan prestasi juga.

3. Ratu Dewata (1535–1543)


Selama delapan tahun pemerintahan, terjadi banyak kekacauan yang disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam kepemimpinan, yang mengakibatkan pengunduran dirinya dari jabatan.

4. Ratu Sakti (1543–1551)


Seperti para pemimpin sebelumnya, Ratu Sakti hanya menjabat selama delapan tahun. Selama masa pemerintahannya, tidak ada perkembangan signifikan dan dia kurang disukai oleh rakyat karena kecenderungannya untuk boros.

5. Ratu Nilakendra (1551–1567)


Kemunduran awal Kerajaan Pajajaran dimulai selama pemerintahannya. Saat terjadi serangan oleh Hasanuddin dari kerajaan Banten, Ratu Nilakendra melarikan diri dan melepaskan jabatannya.

6. Raga Mulya (1567–1579)


Tidak berbeda jauh dengan kepemimpinan sebelumnya, Raga Mulya juga tidak kompeten dan menyebabkan banyak kemunduran selama masa pemerintahannya selama 12 tahun di Pandeglang.

Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran


Kerajaan Pajajaran Sunda mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi sekitar tahun 1482-1521.



Sri Baduga Maharaja merupakan cucu dari Prabu Wastukencana, seorang Raja Kerajaan Galuh, yang membagi kerajaan kepada kedua putranya, mengatur perbatasan dengan sungai Citarum.

Pada akhir abad ke-15 M, para kerabat kerajaan Majapahit mengungsi ke Galuh karena kelemahan Majapahit akibat perang saudara.

Konflik antara Raja Niskala dan Raja Susuktunggal mereda setelah Jayadewata (Prabu Siliwangi) ditunjuk sebagai pengganti dan mengakibatkan penyatuan kembali kedua kerajaan.

Prabu Siliwangi memindahkan ibu kota ke Pakuan karena kondisi geografisnya yang menguntungkan sebagai benteng alami, dikelilingi oleh sungai-sungai besar dan tebing curam.

Masa Keruntuhan Kerajaan Pajajaran


Kerajaan Pajajaran mengalami kemunduran setelah kematian Sri Baduga Maharaja. Pergantian kekuasaan terjadi, dan pengaruh Islam dari Cirebon dengan dukungan Demak dan Banten mulai mengancam.

Kerajaan lain menyerang Pajajaran, tetapi silsilah kerajaan tetap berlanjut. Raja Surawisesa digantikan oleh Ratu Sakti yang dianggap acuh tak acuh terhadap rakyatnya.

Kehidupan politik Pajajaran semakin buruk dengan tanah tandus, kelaparan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang. Pada 1197, Banten menaklukkan Pajajaran di bawah Raja Maulana Yusuf.

Pajajaran jatuh setelah Pakuan direbut oleh Banten, dan singgasana kerajaan juga dibawa pergi. Maulana Yusuf diangkat sebagai penerus sah dan memiliki hubungan darah dengan kerajaan Pajajaran.

Kerajaan Pajajaran sering mengalami pergantian raja, sehingga Maulana Yusuf menganggap dirinya sebagai pewaris tahta kerajaan.

Peninggalan Kerajaan Pajajaran


Sebagai salah satu kerajaan terbesar di Indonesia, Kerajaan Pajajaran meninggalkan banyak catatan sejarah, diantaranya:

- Prasasti Cikapundung
- Prasasti Batu Tulis
- Prasasti Huludayeuh
- Prasasti Ulubelu
- Prasasti Kebon Kopi II
- Prasasti Perjanjian Sunda - Portugis
- Situs Karangkamulyan

Demikian ulasan mengenai sejarah Kerajaan Pajajaran. Semoga informasi ini bermanfaat.
(okt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)