Sejarah Kesultanan Banten: Asal-usul, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan

Rabu, 27 September 2023 - 10:20 WIB
loading...
Sejarah Kesultanan Banten: Asal-usul, Masa Kejayaan, Keruntuhan, dan Peninggalan
Masjid Agung Banten salah satu peninggalan Kesultanan Banten. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Kesultanan Banten atau Kerajaan Banten merupakan salah satu Kerajaan Islam yang berkembang di Pulau Jawa. Kerajaan ini terletak di bagian barat Pulau Jawa.

Sejarah Kesultanan Banten tidak dapat dilepaskan dengan salah satu tokoh agama terkemuka yakni Sunan Gunung Jati atau Fatahillah. Mereka merupakan pendakwah tersohor di area Jawa Barat.

Asal-usul Kesultanan Banten


Pada abad ke-5, daerah ini merupakan pusat perdagangan rempah-rempah dan komoditas lainnya, serta merupakan bagian dari jaringan perdagangan yang melibatkan berbagai kerajaan di seluruh Nusantara.



Kerajaan Banten secara resmi didirikan pada awal abad ke-16 oleh seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran yang bernama Maulana Hasanuddin.

Akibat serangan Portugis yang menghancurkan kerajaan Pajajaran, membuat Maulana Hasanuddin mendirikan Kerajaan Banten dan memilih Surosowan sebagai ibu kotanya. Dia kemudian mengganti namanya menjadi Sultan Maulana Yusuf.

Masa Kejayaan Kesultanan Banten


Masa kejayaan Kesultanan Banten terjadi pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17, khususnya di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Dia adalah sosok dibalik kesuksesan Kerajaan Banten yang berkuasa dari tahun 1651 sampai 1683.

Selama periode ini, Kerajaan Banten mencapai puncak kemakmuran di wilayah barat Pulau Jawa. Kerajaan ini juga menjadi salah satu pusat perdagangan rempah-rempah yang penting di Asia Tenggara.



Lokasi Banten yang menghadap Selat Sunda dimanfaatkan dengan sangat baik. Ini menjadikan Banten sebagai salah satu pelabuhan terbesar di wilayah tersebut sehingga menghasilkan pendapatan besar dari perdagangan internasional.

Masa kejayaan Kerajaan Banten juga mencerminkan perkembangan seni dan budaya yang kaya. Banten dikenal karena seni keramiknya, khususnya tembikar berglazur yang indah.

Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga menjalin hubungan dagang yang erat dengan negara-negara asing, termasuk Belanda, Inggris, dan Portugal.

Keruntuhan Kesultanan Banten


Salah satu penyebab keruntuhan Kesultanan Banten pada abad ke-18 ini hampir sama seperti kebanyakan kerajaan Nusantara kala itu, yakni akibat kemunculan kolonial Belanda.



Seperti banyak kerajaan di Indonesia, Kesultanan Banten juga menjadi sasaran ekspansi kolonial oleh Belanda. Terlebih kolonial mengamankan basis mereka di Batavia dan berusaha menguasai wilayah-wilayah penting di sekitarnya.

Dari situ muncul Perjanjian Panarukan yang dibuat oleh VOC. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Kesultanan Banten mengakui kedaulatan VOC di wilayah Banten. Hal ini membuat Banten menjadi negara bawahan VOC.

Selain itu, dalam Banten sendiri terdapat perpecahan internal dan perselisihan yang mengakibatkan terbaginya kesultanan menjadi dua bagian, yaitu Kesultanan Banten Lama dan Kesultanan Banten Girang.

Hingga pada akhirnya Belanda berhasil menaklukkan Kesultanan Banten setelah mengalami beberapa pertempuran dan konflik bersama pasukan pemberontak. Sultan Muhammad Syafiuddin, selaku penguasa Kesultanan Banten saat itu, menyerah kepada Belanda pada tanggal 18 November 1832 yang menandai keruntuhan Kerajaan Banten.

Peninggalan Kesultanan Banten


Peninggalan Kesultanan Banten mencakup sejumlah aspek budaya, sejarah, dan arsitektur yang masih dapat ditemukan hingga saat ini di wilayah tersebut, di antaranya sebagai berikut.

- Benteng Speelwijk, benteng ini dibangun pada abad ke-17 oleh pemerintah kolonial Belanda setelah menaklukkan Kesultanan Banten.

- Keraton Kaibon, merupakan istana yang digunakan oleh sultan-sultan Kesultanan Banten.

- Masjid Agung Banten, masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Agung Al-Mukarramah, adalah salah satu masjid bersejarah yang dibangun selama masa Kesultanan Banten.
(okt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1425 seconds (0.1#10.140)