Nyanyian Tokoh PKI Nyono Buka Tabir Misteri Gerakan 30 September 1965

Sabtu, 23 September 2023 - 07:00 WIB
loading...
Nyanyian Tokoh PKI Nyono Buka Tabir Misteri Gerakan 30 September 1965
Misteri G30S PKI akhirnya terkuak usai tokoh PKI Nyono buka suara. Foto/Ilustrasi
A A A
G30S PKI atau gerakan 30 September 1965 yang dilancarkan Dewan Revolusi dalam waktu cepat berhasil dipadamkan. Dengan gerak cepat pasukan RPKAD yang dipimpin Sarwo Edhie Wibowo berhasil merebut RRI yang sebelumnya dikuasai Dewan Revolusi.

Sejumlah pimpinan PKI, yakni utamanya Ketua PKI DN Aidit, Njoto dan komandan Dewan Revolusi Letkol Untung Sutopo yang sempat melarikan diri, berhasil ditangkap. Ketiganya kemudian dieksekusi mati.

Seiring itu, jenazah sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat yang dituduh Dewan Revolusi sebagai kumpulan Dewan Jenderal yang tidak loyal kepada Bung Karno dan karenanya diculik, ditemukan di sumur lubang buaya.



Lantas, bagaimana mula-mula pengungkapan G30S PKI terjadi? Dilansir dari buku Jenderal Yoga Loyalis di Balik Layar (2018), pengungkapan gerakan 30 September 1965 tidak lepas dari penangkapan salah seorang pimpinan PKI, yakni penangkapan Nyono, tokoh CC PKI.

Nyono merupakan level pimpinan PKI yang pertama kali ditangkap pasca G30S PKI. Untuk mengecoh petugas, ia sempat mengaku bernama Tugimin, namun penangkapnya tidak terkecoh.

Nyono yang menjabat Ketua Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) ditangkap di kompleks percetakan Jakarta Pusat. Ia diringkus pada saat bersama sejumlah anggota Pemuda Rakyat.

“Di depan pemeriksa, Nyono mengaku mengikuti sejumlah diskusi yang diikuti Aidit, Njoto, Lukman, Sanusi, Sudisman, dan Ir Sakirman yang berlangsung beberapa kali menjelang G30S”.



Anggota Politbiro yang kata Nyono tidak terlibat dalam diskusi jelang peristiwa G30S PKI adalah Rewang, yakni karena sedang berada di Jawa Tengah. Kemudian Jusuf Adjitorop yang sedang berada di Beijing.

Di depan pemeriksa, Nyono juga mengatakan CC PKI menugaskan Commite Jakarta Raya untuk melancarkan perebutan kekuasaan dengan konsekuen. Tugas yang sama juga berlaku bagi Commite Daerah lainnya.

Terungkap, CC PKI telah menetapkan tiga tahap gerakan dalam rangkaian Gerakan 30 September 1965. Yakni Gerakan Operasi Ampera I, Ampera II dan Ampera III.

“Gerakan Operasi Ampera I dimaksudkan semata-mata sebagai usaha kudeta yang ditujukan dan dilaksanakan di pemerintah pusat”.



Gerakan Ampera II adalah gerakan pembunuhan besar-besaran terhadap para pemimpin golongan lain. Untuk melaksanakan gerakan ini, PKI di setiap daerah menyusun daftar nama tokoh golongan lain yang akan mereka bunuh.

Mereka juga menyiapkan lubang-lubang penggalian tanah yang selalu diistilahkan sebagai kolam ikan. Sedangkan Gerakan Ampera III merupakan operasi terakhir dengan sasaran membentuk pemerintahan baru yang sepenuhnya berada di bawah kendali PKI.

Nyono mengaku ditunjuk sebagai pelaksana operasi di Jakarta. Adapun panglima tertinggi operasi militer dalam G30S PKI dipegang langsung oleh DN Aidit. Hanya Aidit, kata Nyono yang tahu hari H pelaksanaan gerakan, karena CC PKI telah mempercayakan kepadanya.

Aidit juga yang menyusun Dewan Revolusi, sedangkan tenaga bantuan ditangani Nyono. Sudisman dipercaya menangani urusan pembiayaan dan Njoto ditugasi menggarap orang-orang pemerintah.



Sementara sebagai penanggung jawab tenaga bantuan, Nyono telah menggalang sedikitnya 5.000 tenaga sukarelawan. Ia telah membentuk panitia aksi yang tugasnya mengatur penyaluran tenaga sukarelawan antara lubang buaya ke Commite Daerah dan Commite Sektor.

Sesuai skenario yang disepakati, aksi penculikan dalam G30S PKI akan diikuti gerakan pengacauan di berbagai sektor. Misalnya pemogokan buruh kereta api, perhubungan darat, laut dan udara.

Namun skenario itu kata Nyono gagal, yakni salah satunya disebabkan terjadinya kemacetan pelaksanaan instruksi. Sejarah politik Indonesia mencatat, G30S PKI berakhir dengan penangkapan para pimpinan, kader dan simpatisan PKI.

Pada 12 Maret 1966, PKI secara resmi dibubarkan sekaligus dinyatakan sebagai partai terlarang.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2327 seconds (0.1#10.140)