Buka Rakernas IAI 2023, Ganjar Ajak Apoteker Riset dan Kolaborasi untuk Antisipasi Penyakit
loading...
A
A
A
SOLO - Gubernur Jawa Tengah
PIT dan Rakernas IAI 2023 sendiri diikuti oleh sekitar 2.000-an apoteker dari seluruh Indonesia. Mengangkat tema 'Synergizing Global Innovation: Empowering Pharmacy for Sustainable Global Health Solutions' kegiatan ini diadakan mulai 22-26 Agustus 2022.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat IAI, Noffrendi menjelaskan, pihaknya tengah mensinergikan apotek bukan hanya dalam aspek pelayanan tetapi dimulai dari produksi obat dan distribusi obat. Tujuannya untuk membuat inovasi sesuai tuntutan global.
"Harapan kami apoteker perannya untuk inovasi pembuatan sediaan farmasi semakin mendapat dukungan pemerintah. Karena Salah satu keinginan pemerintah supaya kita bisa memproduksi obat sendiri," katanya.
Noffrendi menjelaskan, obat-obat tradisional seperti jamu menjadi salah satu tulang punggung dalam penyediaan obat. Semestinya, para dokter dan rumah sakit bisa mengandalkan jamu sebagai salah satu komponen ketahanan kefarmasian dan tidak harus bergantung pada obat-obat kimia.
"Kami kan kaya obat dengan bahan alam, semestinya itu harus menjadi poin strategis untuk ketahanan kefarmasian di Indonesia dengan obat alam ini," beber dia.
Noffrendi menyebut bahwa tantangan berat dalam melakukan inovasi adalah penguasaan teknologi. Sehingga, kolaborasi wajib dilakukan bukan hanya dari apoteker tetapi juga butuh kolaborasi dengan tenaga yang menguasai teknologi.
"Penguasaan teknologi menjadi bagian penting di samping ketersediaan bahan alam yang cukup di Indonesia," tutupnya.
PIT dan Rakernas IAI 2023 sendiri diikuti oleh sekitar 2.000-an apoteker dari seluruh Indonesia. Mengangkat tema 'Synergizing Global Innovation: Empowering Pharmacy for Sustainable Global Health Solutions' kegiatan ini diadakan mulai 22-26 Agustus 2022.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat IAI, Noffrendi menjelaskan, pihaknya tengah mensinergikan apotek bukan hanya dalam aspek pelayanan tetapi dimulai dari produksi obat dan distribusi obat. Tujuannya untuk membuat inovasi sesuai tuntutan global.
"Harapan kami apoteker perannya untuk inovasi pembuatan sediaan farmasi semakin mendapat dukungan pemerintah. Karena Salah satu keinginan pemerintah supaya kita bisa memproduksi obat sendiri," katanya.
Noffrendi menjelaskan, obat-obat tradisional seperti jamu menjadi salah satu tulang punggung dalam penyediaan obat. Semestinya, para dokter dan rumah sakit bisa mengandalkan jamu sebagai salah satu komponen ketahanan kefarmasian dan tidak harus bergantung pada obat-obat kimia.
"Kami kan kaya obat dengan bahan alam, semestinya itu harus menjadi poin strategis untuk ketahanan kefarmasian di Indonesia dengan obat alam ini," beber dia.
Noffrendi menyebut bahwa tantangan berat dalam melakukan inovasi adalah penguasaan teknologi. Sehingga, kolaborasi wajib dilakukan bukan hanya dari apoteker tetapi juga butuh kolaborasi dengan tenaga yang menguasai teknologi.
"Penguasaan teknologi menjadi bagian penting di samping ketersediaan bahan alam yang cukup di Indonesia," tutupnya.
(hri)