Temuan Puluhan Batu Purbakala Suku Nias di Umbu Idanotae, Begini Sejarahnya

Sabtu, 05 Agustus 2023 - 11:20 WIB
loading...
Temuan Puluhan Batu Purbakala Suku Nias di Umbu Idanotae, Begini Sejarahnya
Puluhan benda purbakala berusia 500 tahun berupa batu megalit di Dusun 3, Desa Umbu Idanotae, Kecamatan Idanotae, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Foto/MPI/Jonirman Tafonao
A A A
NIAS SELATAN - Penemuan puluhan benda purbakala berupa batu megalit di Dusun 3, Desa Umbu Idanotae, Kecamatan Idanotae, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara menyisakan sejarah kehidupan masa lalu suku Nias.

Setiap jenis batu tersebut memiliki fungsi dan makna tersendiri dalam keberlangsungan hidup nenek moyang suku Nias pada umumnya. Batu megalit yang terdiri dari berbagai jenis dan bentuk itu terlihat unik, ada yang menyerupai manusia.

Kemudian hewan (bebek dan rusa), kursi, meja, dan lain sebagainya. Keunikan tersebut bukan hanya sekedar hiasan semata dimasa purbakala itu, tetapi setiap batu mempunyai fungsi dan makna tersendiri.



Puluhan benda purbakala yang ditemukan pada Kamis (3/8/2023) yang diperkirakan berumur 500 tahun, berada di lahan warga milik Alisokhi Bawamenewi dan Talizonekhe Tafonao warga Dusun 3 Desa Umbu Idanotae.

Temuan Puluhan Batu Purbakala Suku Nias di Umbu Idanotae, Begini Sejarahnya


Dari hasil penelusuran sejarah yang berhasil dihimpun iNews, bahwa pada dahulu kala orang Nias melangsungkan kehidupannya secara berkelompok dan berpindah-pindah tempat.

Namun, setiap kelompok yang tidak mau berpindah tempat dan menetap disalah satu tempat dalam jangka waktu yang lama akan ada batu megalit di tempat itu.

Dua lokasi penemuan benda bersejarah ini merupakan tempat hunian kelompok BAWAMENEWI dan ZIRAHALUO pada zaman dahulukala. Kedua nama itu merupakan nama seorang raja atau pimpinan yang diangkat oleh para kelompoknya.



Salah seorang keturunan dari BAWAMENEWI, Alisokhi Bawamenewi mengatakan bahwa setiap batu yang ditemukan itu mempunyai fungsi dan makna tersendiri bagi keberlangsungan hidup nenek moyangnya di masa itu.

“Batu yang menyerupai manusia, hewan dan benda lainnya memiliki fungsi dan makna. Setiap batu yang berhasil selesai diukir/dikerjakan diresmikan dengan acara adat yang berlaku pada waktu itu” kata Alisokhi Bawamenewi, Sabtu (5/8/2023).

Sementara Faiginasokhi Tafonao salah satu anggota keluarga yang saat ini berada dilahan penemuan benda yang serupa milik nenek moyang SIRAHALUO menuturkan, bahwa dari setiap kelompok yang telah gugur dalam peperangan.

Selain peperangan atau yang telah meninggal dunia maka kelompoknya akan membuat patungnya untuk selalu mengenangnya.



“Batu yang menyerupai manusia, itu adalah patung orang yang berpengaruh dari kelompok mereka yang telah tewas oleh musuh dalam peperangan telah meninggal dunia,” ucapnya.

”Makna dari patung itu agar selalu dikenang para keturuannya, dan sebagai sumber kekuatan mereka ketika ada peperangan dengan meminta roh dari yang meninggal itu untuk bersama-sama dengan mereka memenangkan peperangan” tuturnya.

Meja dan kursi merupakan tempat bagi seorang raja disetiap acara ataupun ada pertemuan yang dihadiri rajanya. “Kursi itu tempat duduknya raja, sementara meja tempat persembahan dari kelompoknya,” katanya.

Selain itu, terdapat juga batu yang berbentuk hewan seperti rusa bebek dan lain sebagainya itu merupakan patung yang dipercaya sebagai sumber kekuatan mereka.

Zaman dahulukala yang tidak mengenal yang namanya Tuhan, maka patunglah yang disembah, apapun yang diminta selalu berdoa kepada batu.

“Batu yang berbentuk hewan, baik itu rusa bebek dan lain-lain, itu merupakan patung yang disembah sebagai sumber kekuatan biasanya sebagai guru mereka, ataupun dijadikan sebagai sumber kepercayaan mereka pada zamannya” ucapnya.

Lanjutnya, bahwa demikian dengan bentuk batu lainnya semuanya mempunyai fungsi tersendiri. Ukiran setiap bentuk batu ini dikerjakan oleh budak-budak dikelompok tersebut. Anak yatim piatu diambil serta diurus untuk dijadikan pekerja di kerajaan atau kelompok mereka.

Tempat hunian BAWAMENEWI dan ZIRAHALUO jaraknya tidak terlalu berjauhan dan saling berada di titik geogarafis yang tinggi (puncak).

Bukan tanpa alasan, memilih tempat yang tinggi itu lokasi yang aman, setiap musuh yang masuk menyusup cepat kelihatan dan mencegatnya.

Dengan peradaban orang Nias pada zaman dahulukala yang demikian, sehingga ditemukan beberapa wilayah adanya batu-batu megalit. Seperti di Tundrumbaho yang berada di Desa Lahusa, Nias Selatan yang terdekat dari Desa Umbu Idanotae tersebut.
(ams)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1568 seconds (0.1#10.140)