Lestarikan Budaya Leluhur, Hajat Lembur Kampung Babakan Jawa Digelar di Bandung
loading...
A
A
A
BANDUNG - Budaya leluhur perlu dilestarikan mulai dari tingkat desa dan terus bergerak hingga seluruh Indonesia. Hal itu karena desa mempunyai banyak aspek sehingga peninggalan nenek moyang tetap terjaga.
Namun, anak-anak muda Gen Z saat ini lebih condong mengadopsi budaya luar dibandingkan budaya Nusantara. Kondisi ini tentu sebuah tantangan besar bagi pemerintah yang akan menatap Indonesia Emas 2045.
"Berawal dari desa, maka budaya itu harus dilestarikan. Saya masih ingat pernyataan Presiden Jokowi, DNA kita ada seni dan budaya. Sebanyak 714 suku dengan ciri khas masing-masing. Dan ini akan menjadi sebuah energi," kata Koordinator Nawasena, Wulandari Sawitri Candra Wila saat acara Hajat Lembur Kampung Babakan Jawa di Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (29/8/2023).
Pelaksanaan Hajat Lembur mulai tanggal 27-29 Juli 2024 di kampung Babakan Jawa Barat cukup membuktikan jika Gen Z perlu diberikan edukasi terkait budaya leluhur.
Di sini, Gen Z hanya diberikan kesempatan melakukan mainan tradisional atau dolanan dan tidak diperkenankan menggunakan telepon selular.
"Ini terobosan (Hajat Lembur), dalam acara tersebut diselipkan juga budaya sungkem pada orang tua yang dilakukan oleh Gen Z. Luar biasa, antara ibu dan anak akhirnya ada komunikasi batin. Sedangkan kalau melihat data, anak-anak Gen Z lebih sibuk main HP daripada lihat wayang, dolanan, atau bahkan ikut melestarikannya budaya," ujar Wulandari.
Dia menyatakan, membuat Gen Z tidak meninggalkan budaya leluhur dibutuhkan kerjasama semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, budayawan dan pemangku kebijakan baik daerah maupun pusat.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menyebut, budaya Nusantara harus menjadi pondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah mempunyai program untuk merangkai dan penguat agar kebudayaan tidak hilang di kalangan anak muda.
"Di kami sering menyebut dengan olah rasa. Pelestarian budaya leluhur dengan melibatkan semua kalangan hingga tingkat warga, RT, RW dan desa akan bisa saling menguatkan dan generasi muda harus ikut nimbrung," terangnya.
Dia menambahkan, jika mencintai dan melestarikan kebudayaan ini luntur di generasi muda, tentu akan menjadi persoalan besar menuju Indonesia Emas 2045.
Sedangkan tokoh muda Jabar Ipang Gajayana mengatakan, Hajat Lembur dengan kolaborasi seni budaya peninggalan leluhur diharapkan bisa mampu diterima dan dilestarikan oleh Gen Z terlebih di Jawa Barat.
"Ada mainan tradisional, kesenian khas Sunda seperti Karinding, Calung Sungkeman, dan Ruwat Jagat. Dan diluar ekspektasi kami, ternyata peminatnya membludak," kata Ipang.
Sementara Asisten Kesra Jawa Barat, Dedi Supandi menyebut, langkah melestarikan budaya Nusantara kalangan Gen Z di kampung babakan diharapkan mampu menjadi virus bagi generasi muda di seluruh Indonesia.
Namun, anak-anak muda Gen Z saat ini lebih condong mengadopsi budaya luar dibandingkan budaya Nusantara. Kondisi ini tentu sebuah tantangan besar bagi pemerintah yang akan menatap Indonesia Emas 2045.
"Berawal dari desa, maka budaya itu harus dilestarikan. Saya masih ingat pernyataan Presiden Jokowi, DNA kita ada seni dan budaya. Sebanyak 714 suku dengan ciri khas masing-masing. Dan ini akan menjadi sebuah energi," kata Koordinator Nawasena, Wulandari Sawitri Candra Wila saat acara Hajat Lembur Kampung Babakan Jawa di Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (29/8/2023).
Pelaksanaan Hajat Lembur mulai tanggal 27-29 Juli 2024 di kampung Babakan Jawa Barat cukup membuktikan jika Gen Z perlu diberikan edukasi terkait budaya leluhur.
Di sini, Gen Z hanya diberikan kesempatan melakukan mainan tradisional atau dolanan dan tidak diperkenankan menggunakan telepon selular.
"Ini terobosan (Hajat Lembur), dalam acara tersebut diselipkan juga budaya sungkem pada orang tua yang dilakukan oleh Gen Z. Luar biasa, antara ibu dan anak akhirnya ada komunikasi batin. Sedangkan kalau melihat data, anak-anak Gen Z lebih sibuk main HP daripada lihat wayang, dolanan, atau bahkan ikut melestarikannya budaya," ujar Wulandari.
Dia menyatakan, membuat Gen Z tidak meninggalkan budaya leluhur dibutuhkan kerjasama semua pihak, baik pemerintah, tokoh masyarakat, budayawan dan pemangku kebijakan baik daerah maupun pusat.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menyebut, budaya Nusantara harus menjadi pondasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemerintah mempunyai program untuk merangkai dan penguat agar kebudayaan tidak hilang di kalangan anak muda.
"Di kami sering menyebut dengan olah rasa. Pelestarian budaya leluhur dengan melibatkan semua kalangan hingga tingkat warga, RT, RW dan desa akan bisa saling menguatkan dan generasi muda harus ikut nimbrung," terangnya.
Dia menambahkan, jika mencintai dan melestarikan kebudayaan ini luntur di generasi muda, tentu akan menjadi persoalan besar menuju Indonesia Emas 2045.
Sedangkan tokoh muda Jabar Ipang Gajayana mengatakan, Hajat Lembur dengan kolaborasi seni budaya peninggalan leluhur diharapkan bisa mampu diterima dan dilestarikan oleh Gen Z terlebih di Jawa Barat.
"Ada mainan tradisional, kesenian khas Sunda seperti Karinding, Calung Sungkeman, dan Ruwat Jagat. Dan diluar ekspektasi kami, ternyata peminatnya membludak," kata Ipang.
Sementara Asisten Kesra Jawa Barat, Dedi Supandi menyebut, langkah melestarikan budaya Nusantara kalangan Gen Z di kampung babakan diharapkan mampu menjadi virus bagi generasi muda di seluruh Indonesia.
(shf)