Harga Kain Seragam di SMA Tulungagung Rp2,3 Juta, Yerry Tawalujan: Tak Wajar dan Rusak Citra Pendidikan

Senin, 24 Juli 2023 - 13:45 WIB
loading...
Harga Kain Seragam di SMA Tulungagung Rp2,3 Juta, Yerry Tawalujan: Tak Wajar dan Rusak Citra Pendidikan
Ketua DPP Partai Perindo Bidang Sosial dan Kesejahteraan Rakyat Yerry Tawalujan menyoroti kasus penjualan seragam sekolah yang harganya tidak masuk akal di Tulungagung. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua DPP Partai Perindo Bidang Sosial dan Kesejahteraan Rakyat Yerry Tawalujan menyoroti kasus penjualan kain seragam sekolah yang harganya tidak masuk akal di salah satu sekolah menengah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Yerry menyayangkan kasus tersebut terjadi.



"Kami menyesalkan kasus yang terjadi di salah satu SMA di Tulungagung, Jawa Timur, di mana harga kain seragam sekolah dijual seharga Rp 2,3 juta. Ini sangat tidak wajar dan tidak masuk akal. Walaupun ada beberapa jenis kain seragam yang dijual dengan paket harga itu, tetapi tetap di luar kewajaran. Sebab, jika dibeli di luar dengan harga pasar, pakaian seragam yang sudah jadi dan siap pakai harganya di bawah Rp200.000," ujar Yerry dalam keterangannya, Senin (24/7/2023).



Yerry mengatakan, kasus seperti ini berpotensi merusak citra pendidikan nasional.

"Kalau dulu ada yang namanya pungli atau pungutan liar. Ini sebenarnya mirip-mirip pungli. Harga kain seragam yang di-markup atau dinaikkan setinggi langit, lalu oleh pihak sekolah dijual ke para murid. Tidak ada bedanya dengan pungli. Ini sangat memalukan dan mencoreng citra pendidikan nasional kita," ungkap Yerry Tawalujan politisi Partai Perindo yang akan maju menjadi Calon Legislatif DPR RI dari Dapil Sulawesi Utara itu.

Yerry meminta pihak Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan pihak Pemerintah Kabupaten Tulungagung untuk segera menertibkan pihak sekolah yang menjual seragam kemahalan tersebut. Pasalnya, kata Yerry, praktik semacam ini, tidak boleh terjadi.

"Pemerintah harus tertibkan hal-hal semacam ini. Kepala sekolah dari sekolah yang dimaksud perlu diberi peringatan bahkan dikenai sanksi, agar menjadi pembelajaran untuk sekolah yang lain," jelasnya.

Yerry juga meminta pihakKementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk memantau dan menertibkan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia agar tidak melakukan praktik seperti ini.


Dia mensinyalir, tidak menutup kemungkinan kasus yang terjadi di Tulungagung itu adalah fenomena puncak gunung es.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1951 seconds (0.1#10.140)