Bantaeng Lolos Top 45 Inovasi Layanan Publik Kemenpan-RB
loading...
A
A
A
BANTAENG - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantaeng kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Bantaeng menjadi satu-satunya kabupaten di Sulsel yang masuk dalam Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020 dan 5 Pemenang Outstanding Achievement Of Public Service Innovation 2020.
Lomba inovasi pelayanan publik ini yang diselenggarakan oleh Kemenpan-RB. Peserta lomba inovasi diikuti oleh sejumlah kementerian, lembaga, provinsi, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.
Bantaeng memperkenalkan inovasi layanan publik Satu Bendera, Satu Sasaran Ibu dan Anak atau yang disingkat dengan nama 'Saskia'. Inovasi ini berasal dari Puskesmas Sinoa yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Kepala Puskesmas Sinoa, Iwan Setiawan, yang merupakan inovator Bendera Saskia mengaku bersyukur karena dapat meraih Top 45 Inovasi Pelayanan Publik dari Kemenpan RB RI.
"Tentunya keberhasilan ini merupakan bentuk sinergitas kami, terutama teman - teman Bidan Dusun yang luar biasa. Teman - teman telah bekerja maksimal kurang lebih tiga tahun," kata Iwan Setiawan, Selasa (28/7/2020).
Sebagai pengabdian tahun ketiga, Puskesmas Sinoa diajak untuk mengikuti lomba inovasi pelayanan. Mulai dari tingkat provinsi, jaringan inovasi pelayanan publik, sampai pada lomba di Kemenpan RB.
"Sinergitas ini juga datang dari teman - teman di kecamatan. Dukungan dari camat, PKK, tokoh - tokoh masyarakat, kepala desa, kader posyandu. Karena mereka inovasi ini bisa berlanjut sampai sekarang. Sebagai buktinya sekarang kita meraih penghargaan," kata dia.
Dukungan penuh kata Iwan juga datang dari Pemkab Bantaeng. Wilayah kerja Puskesmas Sinoa yang menjadi tempat penerapan 'Satu Bendera, Satu Sasaran Ibu dan Anak' menaungi empat desa yang terdiri dari 31 dusun.
Sampai saat ini setiap dusun memiliki satu bidan desa yang kata Iwan berstatus non ASN. Penempatan bidan desa ditetapkan sesuai domisili. 90 persen bidan mengabdi di kampungnya sendiri. Selebihnya diambil dari luar.
Iwan Setiawan memaparkan ada enam warna 'Bendera Saskia'. Bendera ini dipasang di depan rumah warga. Bendera hijau sebagai penanda ibu hamil tiga bulan pertama.
Bendera biru menandakan ibu hamil usia empat sampai lima bulan atau trimester kedua. Bendera pink untuk usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan atau trimester ketiga.
Bendera merah penanda sasaran beresiko tinggi. Warna merah kata Iwan dipasang sejak awal kehamilan sebagai tanda bahwa ibu hamil dalam resiko tinggi.
Bendera kuning menandakan anak bayi yang tidak datang ke posyandu untuk diimunisasi. Sedangkan bendera ungu menjadi tanda bagi bayi maupun balita dengan status gizi kurang dan kurang gizi. "Tujuan dari bendera ini untuk memudahkan petugas kesehatan di lapangan," kata dia.
Bendera ini mendapatkan partisipasi yang cukup bagus dari masyarakat. Utamanya dari Pemerintah Desa dan PKK. Partisipasi itu diberikan kepada ibu hamil beresiko tinggi. Lalu bayi kurang gizi dan gizi kurang mendapatkan makanan tambahan dari Pemerintah Desa.
"Jadi masyarakat bisa tahu kondisi (ibu hamil dan anak) hanya dengan cara melihat bendera itu. Alhamdulillah saat ini semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan," kata dia.
Di masa pandemi covid-19 sendiri, para Bidan dilengkapi APD lengkap dalam melakukan penanganan dan pelayanan. "Alhamdulillah saat ini angka kematian bayi dan ibu berada pada angka nol," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bantaeng, dr Andi Ihsan, berharap inovasi bendera saskia dapat memicu munculnya inovasi-inovasi yang baru.
"Kami berharap, inovasi ini bisa menjadi pemicu lahirnya inovasi - inovasi yang baru demi kebaikan masyarakat Bantaeng. Semoga Bendera Saskia bisa sustainable dan direplikasi oleh puskesmas yang lain di Kabupaten Bantaeng," tandasnya.
Lomba inovasi pelayanan publik ini yang diselenggarakan oleh Kemenpan-RB. Peserta lomba inovasi diikuti oleh sejumlah kementerian, lembaga, provinsi, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.
Bantaeng memperkenalkan inovasi layanan publik Satu Bendera, Satu Sasaran Ibu dan Anak atau yang disingkat dengan nama 'Saskia'. Inovasi ini berasal dari Puskesmas Sinoa yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Kepala Puskesmas Sinoa, Iwan Setiawan, yang merupakan inovator Bendera Saskia mengaku bersyukur karena dapat meraih Top 45 Inovasi Pelayanan Publik dari Kemenpan RB RI.
"Tentunya keberhasilan ini merupakan bentuk sinergitas kami, terutama teman - teman Bidan Dusun yang luar biasa. Teman - teman telah bekerja maksimal kurang lebih tiga tahun," kata Iwan Setiawan, Selasa (28/7/2020).
Sebagai pengabdian tahun ketiga, Puskesmas Sinoa diajak untuk mengikuti lomba inovasi pelayanan. Mulai dari tingkat provinsi, jaringan inovasi pelayanan publik, sampai pada lomba di Kemenpan RB.
"Sinergitas ini juga datang dari teman - teman di kecamatan. Dukungan dari camat, PKK, tokoh - tokoh masyarakat, kepala desa, kader posyandu. Karena mereka inovasi ini bisa berlanjut sampai sekarang. Sebagai buktinya sekarang kita meraih penghargaan," kata dia.
Dukungan penuh kata Iwan juga datang dari Pemkab Bantaeng. Wilayah kerja Puskesmas Sinoa yang menjadi tempat penerapan 'Satu Bendera, Satu Sasaran Ibu dan Anak' menaungi empat desa yang terdiri dari 31 dusun.
Sampai saat ini setiap dusun memiliki satu bidan desa yang kata Iwan berstatus non ASN. Penempatan bidan desa ditetapkan sesuai domisili. 90 persen bidan mengabdi di kampungnya sendiri. Selebihnya diambil dari luar.
Iwan Setiawan memaparkan ada enam warna 'Bendera Saskia'. Bendera ini dipasang di depan rumah warga. Bendera hijau sebagai penanda ibu hamil tiga bulan pertama.
Bendera biru menandakan ibu hamil usia empat sampai lima bulan atau trimester kedua. Bendera pink untuk usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan atau trimester ketiga.
Bendera merah penanda sasaran beresiko tinggi. Warna merah kata Iwan dipasang sejak awal kehamilan sebagai tanda bahwa ibu hamil dalam resiko tinggi.
Bendera kuning menandakan anak bayi yang tidak datang ke posyandu untuk diimunisasi. Sedangkan bendera ungu menjadi tanda bagi bayi maupun balita dengan status gizi kurang dan kurang gizi. "Tujuan dari bendera ini untuk memudahkan petugas kesehatan di lapangan," kata dia.
Bendera ini mendapatkan partisipasi yang cukup bagus dari masyarakat. Utamanya dari Pemerintah Desa dan PKK. Partisipasi itu diberikan kepada ibu hamil beresiko tinggi. Lalu bayi kurang gizi dan gizi kurang mendapatkan makanan tambahan dari Pemerintah Desa.
"Jadi masyarakat bisa tahu kondisi (ibu hamil dan anak) hanya dengan cara melihat bendera itu. Alhamdulillah saat ini semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan," kata dia.
Di masa pandemi covid-19 sendiri, para Bidan dilengkapi APD lengkap dalam melakukan penanganan dan pelayanan. "Alhamdulillah saat ini angka kematian bayi dan ibu berada pada angka nol," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bantaeng, dr Andi Ihsan, berharap inovasi bendera saskia dapat memicu munculnya inovasi-inovasi yang baru.
"Kami berharap, inovasi ini bisa menjadi pemicu lahirnya inovasi - inovasi yang baru demi kebaikan masyarakat Bantaeng. Semoga Bendera Saskia bisa sustainable dan direplikasi oleh puskesmas yang lain di Kabupaten Bantaeng," tandasnya.
(tri)