53 Kali Gempa Susulan Guncang Yogyakarta, BMKG Sebut Semakin Melemah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 53 kali gempa susulan mengguncang wilayah Yogyakarta, usai terjadinya gempa besar pada Jumat (30/6/2023) malam. BMKG menyebut, kekuatan gempa susulan usai gempa dengan kekuatan magnitudo (M) 6,4 terus melemah dan tidak dirasakan.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, hingga Minggu (2/7/2023) tercatat sudah terjadi sebanyak 53 kali gempa susulan. "Gempa susulan terbesar berkekuatan M4,2, dan terkecil M2,7," ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memastikan gempa yang berpusat di Kabupaten Bantul, Yogyakarta tersebut telah melemah. "Kekuatan gempa sudah makin melemah, dan tidak dirasakan," katanya.
Pemicu gempa bumi di Kabupaten Bantul dan getarannya dirasakan hingga ke wilayah di Jawa Timur ini, karena adanya tumbukan lempeng Samudra Indo-Australia atau Samudra Hindia, di bawah lempeng eurasia atau di bawah Pulau Jawa.
Gempa bumi di wilayah tersebut, berpotensi bakal terus terjadi karena lempeng masih aktif. "Aada energi yang terlepas akibat tumbukan lempeng tadi, dipicu oleh adanya bagian yang patah dari proses tumbukan tadi," kata Dwikorita.
Dwikorita mengatakan, karena batuannya yang cukup terjal maka gempa-gempa susulan ini relatif jumlahnya. Saat ini, gempa susulan sudah tidak banyak, semakin jarang dan kekuatannya semakin melemah.
Tren gempa susulan, kata Dwikorita, pasca gempa utama M6,4 terus mengalami penurunan dan semakin jarang. Di mana selang waktunya semakin jarang, dan kekuatannya semakin melemah sampai terendah M2,7. Gempa itu tidak dirasakan oleh manusia, hanya dirasakan oleh alat saja.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, hingga Minggu (2/7/2023) tercatat sudah terjadi sebanyak 53 kali gempa susulan. "Gempa susulan terbesar berkekuatan M4,2, dan terkecil M2,7," ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memastikan gempa yang berpusat di Kabupaten Bantul, Yogyakarta tersebut telah melemah. "Kekuatan gempa sudah makin melemah, dan tidak dirasakan," katanya.
Pemicu gempa bumi di Kabupaten Bantul dan getarannya dirasakan hingga ke wilayah di Jawa Timur ini, karena adanya tumbukan lempeng Samudra Indo-Australia atau Samudra Hindia, di bawah lempeng eurasia atau di bawah Pulau Jawa.
Gempa bumi di wilayah tersebut, berpotensi bakal terus terjadi karena lempeng masih aktif. "Aada energi yang terlepas akibat tumbukan lempeng tadi, dipicu oleh adanya bagian yang patah dari proses tumbukan tadi," kata Dwikorita.
Dwikorita mengatakan, karena batuannya yang cukup terjal maka gempa-gempa susulan ini relatif jumlahnya. Saat ini, gempa susulan sudah tidak banyak, semakin jarang dan kekuatannya semakin melemah.
Tren gempa susulan, kata Dwikorita, pasca gempa utama M6,4 terus mengalami penurunan dan semakin jarang. Di mana selang waktunya semakin jarang, dan kekuatannya semakin melemah sampai terendah M2,7. Gempa itu tidak dirasakan oleh manusia, hanya dirasakan oleh alat saja.
(eyt)