UMKM Pemberi Lapangan Kerja Terbesar di Negara Berpenghasilan Rendah dan Menengah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM ) sejauh ini merupakan pemberi lapangan kerja terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Karena itu, pemerintah diharapkan bisa merumuskan kebijakan yang lebih efektif guna membantu pertumbuhan usaha kecil di Indonesia.
Demikian kesimpulan hasil studi Small Firm Diaries (SFD) Indonesia yang diluncurkan Pusat Penelitian Financial Access Initiative (FAI) dari New York University (NYU) bersama Micro Save Consulting (MSC) Indonesia di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Kamis (22/6/2023).
Jonathan Morduch, Executive Director FAI dari NYU mengatakan, meskipun telah dilakukan penelitian statistik selama puluhan tahun, masih ada pertanyaan mendasar tentang mengapa sebagian UMKM tumbuh dan sebagian lainnya stagnan.
"Tujuan kami dalam penelitian ini adalah untuk mencoba memahami usaha kecil dari bawah ke atas, dengan mendengarkan secara dekat bagaimana para pengusaha dan pekerja membuat pilihan-pilihan dengan cara mereka sendiri,” kata Professor of Public Policy and Economics at New York University itu
Diketahui, Small Firm Diaries adalah proyek penelitian global yang dilakukan antara tahun 2021 hingga 2023 di tujuh negara yaitu Kenya, Nigeria, Uganda, Ethiopia, Indonesia, Fiji, dan Kolombia.
Didukung oleh Mastercard Center for Inclusive Growth (CFIG) dan the Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF), penelitian ini memberikan wawasan tentang kehidupan keuangan usaha kecil di 7 negara di Amerika Latin, Afrika Sub-Sahara, dan Asia.
Studi ini, kata Jonathan, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana usaha kecil dapat mengatasi hambatan yang mereka hadapi untuk berkembang dalam ekonomi modern, dan dengan demikian berkontribusi pada pengurangan kemiskinan.
Di setiap negara, jelasnya, tim peneliti lapangan mengunjungi sekelompok pemilik usaha kecil setiap minggu selama satu tahun. Tim mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif tentang arus keuangan mereka.
"Informasi ini memberikan gambaran tentang pengambilan keputusan ekonomi, strategi, dan keterbatasan usaha kecil saat mereka menghadapi situasi yang tidak pasti," urainya.
Di Indonesia, studi ini mengumpulkan data dari 162 usaha kecil di daerah perkotaan, pinggiran kota, atau pedesaan di empat lokasi: Bandung (Kota Bandung dan Lembang di Kabupaten Bandung Barat), Medan, Yogyakarta (Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Borobudur, Magelang di Jawa Tengah), dan Makassar, antara November 2021 hingga November 2022.
Demikian kesimpulan hasil studi Small Firm Diaries (SFD) Indonesia yang diluncurkan Pusat Penelitian Financial Access Initiative (FAI) dari New York University (NYU) bersama Micro Save Consulting (MSC) Indonesia di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Kamis (22/6/2023).
Jonathan Morduch, Executive Director FAI dari NYU mengatakan, meskipun telah dilakukan penelitian statistik selama puluhan tahun, masih ada pertanyaan mendasar tentang mengapa sebagian UMKM tumbuh dan sebagian lainnya stagnan.
"Tujuan kami dalam penelitian ini adalah untuk mencoba memahami usaha kecil dari bawah ke atas, dengan mendengarkan secara dekat bagaimana para pengusaha dan pekerja membuat pilihan-pilihan dengan cara mereka sendiri,” kata Professor of Public Policy and Economics at New York University itu
Diketahui, Small Firm Diaries adalah proyek penelitian global yang dilakukan antara tahun 2021 hingga 2023 di tujuh negara yaitu Kenya, Nigeria, Uganda, Ethiopia, Indonesia, Fiji, dan Kolombia.
Didukung oleh Mastercard Center for Inclusive Growth (CFIG) dan the Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF), penelitian ini memberikan wawasan tentang kehidupan keuangan usaha kecil di 7 negara di Amerika Latin, Afrika Sub-Sahara, dan Asia.
Studi ini, kata Jonathan, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana usaha kecil dapat mengatasi hambatan yang mereka hadapi untuk berkembang dalam ekonomi modern, dan dengan demikian berkontribusi pada pengurangan kemiskinan.
Di setiap negara, jelasnya, tim peneliti lapangan mengunjungi sekelompok pemilik usaha kecil setiap minggu selama satu tahun. Tim mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif tentang arus keuangan mereka.
"Informasi ini memberikan gambaran tentang pengambilan keputusan ekonomi, strategi, dan keterbatasan usaha kecil saat mereka menghadapi situasi yang tidak pasti," urainya.
Di Indonesia, studi ini mengumpulkan data dari 162 usaha kecil di daerah perkotaan, pinggiran kota, atau pedesaan di empat lokasi: Bandung (Kota Bandung dan Lembang di Kabupaten Bandung Barat), Medan, Yogyakarta (Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Borobudur, Magelang di Jawa Tengah), dan Makassar, antara November 2021 hingga November 2022.