Mengenal Sejarah dan Asal-usul Nama Bantul, Kabupaten Berjuluk Kota Geplak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejarah dan asal-usul nama Bantul menjadi pembahasan yang menarik diulas. Pada statusnya, Bantul merupakan sebuah kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pada julukannya, sejumlah istilah tersemat untuk Kabupaten Bantul. Salah satunya adalah ‘Kota Geplak’ yang didasarkan atas kuliner legendaris Bantul bernama Geplak. Selain itu, ada juga julukan lain seperti Sahara van Java dengan objek wisata populer bernama Gumuk Pasir Parangkusumo.
Melihat letaknya, Kabupaten Bantul berbatasan dengan sejumlah daerah lain. Berikut di antaranya:
-Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
-Selatan : Samudera Indonesia
-Timur : Kabupaten Gunung Kidul
-Barat : Kabupaten Kulon Progo
Pada riwayatnya, Bantul memiliki sejarah panjang yang beragam. Bahkan, tak jarang daerah tidak bisa dilepaskan dari kisah kepahlawanan para tokoh di tanah Jawa.
Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Bantul, sejarah awal Bantul bermula dari perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah dengan bermarkas di Selarong sejak 1825-1830.
Ketika Belanda berhasil meredam perjuangan Pangeran Diponegoro, pemerintah Hindia Belanda membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vorstenlanden. Salah satu tugasnya adalah menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul.
Pada 26 dan 31 Maret 1831, Hindia Belanda dan Kasultanan Yogyakarta melakukan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah. Berdasarkan perjanjian dalam kontrak tersebut, Kasultanan Yogyakarta akan dibagi menjadi tiga kabupaten, yakni Bantulkarang, Denggung, dan Kalasan.
Menyikapi pembagian wilayah tersebut, pada 20 Juli 1831 secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya disebut Bantulkarang. Sebagai pimpinan, seorang Nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk menjadi bupati pertama.
Pasca kejadian bersejarah tersebut, setiap tanggal 20 Juli selalu diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Tak hanya itu, 20 Juli juga menjadi simbol kepahlawanan masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro yang berkobar pada 20 Juli 1825.
Di luar kondisi tersebut, Ki Ageng Mangir Wanabaya akan memperistri atau menikahi anak dari Panembahan Senopati, yaitu Putri Pambayun. Sebelum pernikahan, Wanabaya melakukan perjalanan ke wilayah Kotagede sebagai prosesi seserahan kepada Panembahan Senopati.
Saat perjalanan ini, barang seserahan yang dipikul para emban terlihat bergerak naik turun atau mentul mentul dalam bahasa Jawa. Hal inilah yang kemudian membuat daerah yang dilewati oleh Wanabaya tersebut diberi nama Bantul.
Demikian ulasan mengenai sejarah dan asal-usul nama Kabupaten Bantul.
Pada julukannya, sejumlah istilah tersemat untuk Kabupaten Bantul. Salah satunya adalah ‘Kota Geplak’ yang didasarkan atas kuliner legendaris Bantul bernama Geplak. Selain itu, ada juga julukan lain seperti Sahara van Java dengan objek wisata populer bernama Gumuk Pasir Parangkusumo.
Melihat letaknya, Kabupaten Bantul berbatasan dengan sejumlah daerah lain. Berikut di antaranya:
-Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman
-Selatan : Samudera Indonesia
-Timur : Kabupaten Gunung Kidul
-Barat : Kabupaten Kulon Progo
Pada riwayatnya, Bantul memiliki sejarah panjang yang beragam. Bahkan, tak jarang daerah tidak bisa dilepaskan dari kisah kepahlawanan para tokoh di tanah Jawa.
Sejarah Keberadaan Kabupaten Bantul
Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan dari tokoh-tokoh terkenal di Tanah Air. Tak hanya itu, wilayahnya juga menjadi salah satu saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia ketika ingin merebut dan mempertahankan kemerdekaan.Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Bantul, sejarah awal Bantul bermula dari perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajah dengan bermarkas di Selarong sejak 1825-1830.
Ketika Belanda berhasil meredam perjuangan Pangeran Diponegoro, pemerintah Hindia Belanda membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vorstenlanden. Salah satu tugasnya adalah menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul.
Pada 26 dan 31 Maret 1831, Hindia Belanda dan Kasultanan Yogyakarta melakukan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah. Berdasarkan perjanjian dalam kontrak tersebut, Kasultanan Yogyakarta akan dibagi menjadi tiga kabupaten, yakni Bantulkarang, Denggung, dan Kalasan.
Menyikapi pembagian wilayah tersebut, pada 20 Juli 1831 secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya disebut Bantulkarang. Sebagai pimpinan, seorang Nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk menjadi bupati pertama.
Pasca kejadian bersejarah tersebut, setiap tanggal 20 Juli selalu diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Tak hanya itu, 20 Juli juga menjadi simbol kepahlawanan masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro yang berkobar pada 20 Juli 1825.
Asal-usul Nama Bantul
Salah satu versi populer dari asal-usul nama Bantul adalah dari kisah Ki Ageng Mangir Wanabaya dan Panembahan Senopati. Singkatnya, kedua tokoh tersebut dulunya saling bermusuhan.Di luar kondisi tersebut, Ki Ageng Mangir Wanabaya akan memperistri atau menikahi anak dari Panembahan Senopati, yaitu Putri Pambayun. Sebelum pernikahan, Wanabaya melakukan perjalanan ke wilayah Kotagede sebagai prosesi seserahan kepada Panembahan Senopati.
Saat perjalanan ini, barang seserahan yang dipikul para emban terlihat bergerak naik turun atau mentul mentul dalam bahasa Jawa. Hal inilah yang kemudian membuat daerah yang dilewati oleh Wanabaya tersebut diberi nama Bantul.
Demikian ulasan mengenai sejarah dan asal-usul nama Kabupaten Bantul.
(bim)