5 Fakta Menarik Gajah Mada, Kisah Cinta hingga Misteri Keberadaanya
loading...
A
A
A
KISAH cinta Gajah Mada, tokoh legendaris sebagai Mahapatih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit pada tahun 1334 M, memiliki beberapa fakta menarik yang tidak banyak diketahui. Gajah Mada hingga kini menjadi termasyur dengan Sumpah Palapa untuk mempersatukan Nusantara.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan saat Gajah Mada menjadi Mahapatih mendampingi Raja Hayam Wuruk.
Nah, dalam artikel ini kami akan membahas lima fakta menarik tentang kisah cinta Gajah Mada yang jarang terungkap. Yuk, simak lebih lanjut!
Sumpah tersebut memicu kegemparan di seluruh Nusantara dan diabadikan dalam tulisan sejarawan Slamet Muljana dalam "Tafsir Sejarah Nagarakretagama".
Para petinggi seperti Ra Kembar, Ra Banyak, Jabung Tarewes, dan Lembu Peteng menertawakan sumpah Gajah Mada yang membuatnya sangat marah.
Rasa tidak suka dan kedengkian di kalangan para petinggi kerajaan mempengaruhi intrik politik internal Majapahit.
Penaklukkan kerajaan-kerajaan ini dilakukan Gajah Mada ketika Raja Hayam Wuruk memerintah Majapahit.
Meskipun catatan sejarah tentang Gajah Mada sangat terbatas, ada tiga nama wanita yang dikaitkan dengan dirinya. Pertama adalah Puranti, putri Demang Suryanata dari Kerajaan Kahuripan. Kedua adalah Dyah Pitaloka Citaresmi, putri Kerajaan Sunda yang terkenal akan kecantikannya.
Ketiga adalah Ni Luh Ayu Sekarini, putri dari seorang bangsawan di Bali. Kisah cinta Gajah Mada dengan ketiga wanita ini tidak terlalu banyak diketahui, namun mereka dipercaya memiliki peran penting dalam kehidupan pribadi Gajah Mada.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan saat Gajah Mada menjadi Mahapatih mendampingi Raja Hayam Wuruk.
Baca Juga
Nah, dalam artikel ini kami akan membahas lima fakta menarik tentang kisah cinta Gajah Mada yang jarang terungkap. Yuk, simak lebih lanjut!
1. Sumpah Palapa Menggemparkan Nusantara
Sumpah Palapa menjadi bagian penting dalam kisah Gajah Mada. Sumpah tersebut tercatat dalam kitab Pararaton dan diterjemahkan sebagai, "Ia, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa."Sumpah tersebut memicu kegemparan di seluruh Nusantara dan diabadikan dalam tulisan sejarawan Slamet Muljana dalam "Tafsir Sejarah Nagarakretagama".
2. Konflik dengan Para Petinggi Majapahit
Gajah Mada menghadapi tantangan dari para petinggi kerajaan Majapahit yang merespons sumpahnya dengan negatif.Para petinggi seperti Ra Kembar, Ra Banyak, Jabung Tarewes, dan Lembu Peteng menertawakan sumpah Gajah Mada yang membuatnya sangat marah.
Rasa tidak suka dan kedengkian di kalangan para petinggi kerajaan mempengaruhi intrik politik internal Majapahit.
3. Penyatuan Nusantara selama 21 Tahun
Gajah Mada memulai upaya penyatuan Nusantara pada tahun 1336-1357 M. Selama 21 tahun tersebut, Gajah Mada berhasil menundukkan kerajaan-kerajaan di luar kekuasaan Majapahit, seperti Gurun (Lombok), Seram, Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatra Utara), Pahang (Malaya), Dompo, Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya), dan Tumasik (Singapura).Penaklukkan kerajaan-kerajaan ini dilakukan Gajah Mada ketika Raja Hayam Wuruk memerintah Majapahit.
4. Kisah Cinta dengan Tiga Wanita
Meskipun catatan sejarah tentang Gajah Mada sangat terbatas, ada tiga nama wanita yang dikaitkan dengan dirinya. Pertama adalah Puranti, putri Demang Suryanata dari Kerajaan Kahuripan. Kedua adalah Dyah Pitaloka Citaresmi, putri Kerajaan Sunda yang terkenal akan kecantikannya.
Ketiga adalah Ni Luh Ayu Sekarini, putri dari seorang bangsawan di Bali. Kisah cinta Gajah Mada dengan ketiga wanita ini tidak terlalu banyak diketahui, namun mereka dipercaya memiliki peran penting dalam kehidupan pribadi Gajah Mada.