Wagub Emil Sebut Kesejahteraan Petani Ada di Maksimalisasi dan Optimalisasi Hulu Hilir Pertanian
loading...
A
A
A
SURABAYA - Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Emil Elestianto Dardak menyebut, upaya menyejahterakan petani tidak bisa dari satu sisi saja hulu atau hilir saja. Melainkan harus ada maksimalisasi dan optimalisasi di dua sisi tersebut.
"Jadi memang hilirisasi harus melihat skala juga. Jadi begini kalau kita dituntut untuk menyejahterakan petani dan pertanyaannya lewat mana? Kalau lewat hulunya, hulunya ini kan tanaman kita beras dan jagung dan tebu dan mungkin tembakau misalnya, ini ada ruang tidak?," sebut Emil usai menghadiri Jatim Talk II di Surabaya, Selasa (16/5/2023).
Emil menjelaskan, tidak cukup dengan optimalisasi dan maksimalisasi di tatanan hilir di sektor pertanian saja. Pasalnya ia menilai hilirisasi dari tanaman mayoritas yang ditanam di Jatim sudah maksimal.
Baca juga: 7 Fakta Kecelakaan Maut 6 Kendaraan, Nomor 2 Korban Pasutri Pengantin Baru
Misalnya, hilirisasi padi menjadi beras, hilirisasi jagung bisa langsung dikonsumsi atau dijadikan makanan ternak. Kemudian hilirisasi tebu adalah gula dan terbaru adalah untuk etanol. "Jadi kita tidak bisa menjawab masalah hilir kalau belum mikir di hulunya," jelasnya.
Mantan Bupati Trenggalek ini mengatakan, swasembada pangan menjadi hal yang saat ini tengah diupayakan untuk diwujudkan. Namun di sisi lain, adanya swasembada pangan juga menuntut petani-petani lebih optimal dalam meningkatkan produktivitasnya pada jenis-jenis tanaman yang menjadi makanan pokok di negeri ini.
"Berani nggak kita nanam tanaman lain yang mungkin sebenarnya bisa hilirisasinya lebih banyak lagi, 1 pohon bisa yang menghasilkan banyak sekali lapangan kerja, ini kan nggak sesederhana itu?" tanyanya.
Sementara hilirisasi untuk tanaman padi pasti dalam bentuk beras yang nanti menjadi konsumsi utama masyarakat. Emil menyebut, keberanian untuk menanam jenis tanaman lain yang kemudian diproduksi dalam jumlah besar dan mampu dihilirisasi menjadi berbagai produk menjadi tantangan tersendiri.
Pasalnya hal tersebut pasti akan menimbulkan banyak perspektif ditengah upaya mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Sementara Jatim sendiri merupakan provinsi dengan produktivitas padi tertinggi secara nasional.
Tak hanya itu, lanjutnya, sektor pertanian juga menyumbang 10,76% terhadap PDRB Jatim. Lalu sepertiga dari total angkatan kerja yang ada di Jatim bekerja di sektor pertanian."Setelah kita telah seperti itu kita menemukan bahwa sebenarnya sudah optimal, bisa dibilang apa yang sudah dilakukan oleh para petani sudah cukup maksimal," sebutnya.
Di sisi lain luas Jatim yang mencapai 48.000 km2 dengan jumlah penduduknya 40.000.000 jiwa. Artinya ini Jatim padat sekali dengan lahan yang sangat terbatas. "Oleh sebab itu optimalisasi dan maksimalalisasi hulu hilir di sektor ini menjadi hal penting untuk bisa memberikan kesejahteraan bagi para petani," pungkas Emil.
"Jadi memang hilirisasi harus melihat skala juga. Jadi begini kalau kita dituntut untuk menyejahterakan petani dan pertanyaannya lewat mana? Kalau lewat hulunya, hulunya ini kan tanaman kita beras dan jagung dan tebu dan mungkin tembakau misalnya, ini ada ruang tidak?," sebut Emil usai menghadiri Jatim Talk II di Surabaya, Selasa (16/5/2023).
Emil menjelaskan, tidak cukup dengan optimalisasi dan maksimalisasi di tatanan hilir di sektor pertanian saja. Pasalnya ia menilai hilirisasi dari tanaman mayoritas yang ditanam di Jatim sudah maksimal.
Baca juga: 7 Fakta Kecelakaan Maut 6 Kendaraan, Nomor 2 Korban Pasutri Pengantin Baru
Misalnya, hilirisasi padi menjadi beras, hilirisasi jagung bisa langsung dikonsumsi atau dijadikan makanan ternak. Kemudian hilirisasi tebu adalah gula dan terbaru adalah untuk etanol. "Jadi kita tidak bisa menjawab masalah hilir kalau belum mikir di hulunya," jelasnya.
Mantan Bupati Trenggalek ini mengatakan, swasembada pangan menjadi hal yang saat ini tengah diupayakan untuk diwujudkan. Namun di sisi lain, adanya swasembada pangan juga menuntut petani-petani lebih optimal dalam meningkatkan produktivitasnya pada jenis-jenis tanaman yang menjadi makanan pokok di negeri ini.
"Berani nggak kita nanam tanaman lain yang mungkin sebenarnya bisa hilirisasinya lebih banyak lagi, 1 pohon bisa yang menghasilkan banyak sekali lapangan kerja, ini kan nggak sesederhana itu?" tanyanya.
Sementara hilirisasi untuk tanaman padi pasti dalam bentuk beras yang nanti menjadi konsumsi utama masyarakat. Emil menyebut, keberanian untuk menanam jenis tanaman lain yang kemudian diproduksi dalam jumlah besar dan mampu dihilirisasi menjadi berbagai produk menjadi tantangan tersendiri.
Pasalnya hal tersebut pasti akan menimbulkan banyak perspektif ditengah upaya mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Sementara Jatim sendiri merupakan provinsi dengan produktivitas padi tertinggi secara nasional.
Tak hanya itu, lanjutnya, sektor pertanian juga menyumbang 10,76% terhadap PDRB Jatim. Lalu sepertiga dari total angkatan kerja yang ada di Jatim bekerja di sektor pertanian."Setelah kita telah seperti itu kita menemukan bahwa sebenarnya sudah optimal, bisa dibilang apa yang sudah dilakukan oleh para petani sudah cukup maksimal," sebutnya.
Di sisi lain luas Jatim yang mencapai 48.000 km2 dengan jumlah penduduknya 40.000.000 jiwa. Artinya ini Jatim padat sekali dengan lahan yang sangat terbatas. "Oleh sebab itu optimalisasi dan maksimalalisasi hulu hilir di sektor ini menjadi hal penting untuk bisa memberikan kesejahteraan bagi para petani," pungkas Emil.
(msd)