Keunikan Kampung Bule di Aceh Warganya Punya Mata Biru yang Indah
loading...
A
A
A
KAMPUNG Bule di Aceh yang unik di Desa Lamno, Aceh Jaya tidak hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena warganya yang unik. Desa ini dijuluki sebagai kampung bule karena mayoritas penduduknya berpenampilan seperti orang Eropa.
Desa Lamno terletak sekitar 86 kilometer dari Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh. Di desa ini, kita bisa menemukan pemandangan alam yang indah, mulai dari pantai yang memukau hingga hutan hijau yang menyegarkan mata.
Namun, yang membuat desa ini semakin menarik perhatian adalah keunikan warganya. Mayoritas penduduk Desa Lamno merupakan keturunan campuran bule Eropa dan orang Aceh.
Mereka memiliki penampilan fisik seperti orang Eropa, dengan tubuh tinggi, kulit putih bermata biru, rambut pirang, dan hidung mancung.
Menurut catatan sejarah, keberadaan bule lokal di Aceh berawal dari kedatangan tentara dan pelaut Portugis di wilayah pantai barat Aceh pada abad ke-14 hingga 16. Saat itu, tentara Portugis terdampar di daerah Kerajaan Daya (Aceh) dan mencoba untuk membaur dan merebut hati orang Aceh.
Setelah bertahun-tahun, pembauran kedua etnis terjadi. Para tentara dan pelaut Portugis ini menikahi warga lokal Aceh, dan keturunan mereka menjadi campuran bule dengan lokal Aceh.
Keturunan Portugis tersebar di berbagai wilayah di Aceh, termasuk di Desa Lamno. Mereka kemudian menyebar di wilayah Ujong Muloh, Kuala Daya, Gle Jong, Teumareum, hingga Lambeso.
Kehadiran kampung bule di Aceh tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Desa Lamno menjadi tempat yang ideal untuk melihat secara langsung penduduk dengan penampilan fisik yang unik.
Namun, keunikan warga Desa Lamno tidak hanya terletak pada penampilan fisik mereka. Mereka juga memiliki kebiasaan dan tradisi yang berbeda dengan orang Aceh pada umumnya. Hal ini tentu saja menambah pesona dari kampung bule di Aceh ini.
Meskipun demikian, sejak bencana tsunami melanda Aceh pada tahun 2004, sebagian besar penduduk desa Lamno telah pindah ke tempat yang lebih aman.
Namun, kampung bule di Aceh tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat keunikan warga dengan penampilan fisik Eropa di Aceh.
Desa Lamno terletak sekitar 86 kilometer dari Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh. Di desa ini, kita bisa menemukan pemandangan alam yang indah, mulai dari pantai yang memukau hingga hutan hijau yang menyegarkan mata.
Namun, yang membuat desa ini semakin menarik perhatian adalah keunikan warganya. Mayoritas penduduk Desa Lamno merupakan keturunan campuran bule Eropa dan orang Aceh.
Mereka memiliki penampilan fisik seperti orang Eropa, dengan tubuh tinggi, kulit putih bermata biru, rambut pirang, dan hidung mancung.
Menurut catatan sejarah, keberadaan bule lokal di Aceh berawal dari kedatangan tentara dan pelaut Portugis di wilayah pantai barat Aceh pada abad ke-14 hingga 16. Saat itu, tentara Portugis terdampar di daerah Kerajaan Daya (Aceh) dan mencoba untuk membaur dan merebut hati orang Aceh.
Setelah bertahun-tahun, pembauran kedua etnis terjadi. Para tentara dan pelaut Portugis ini menikahi warga lokal Aceh, dan keturunan mereka menjadi campuran bule dengan lokal Aceh.
Keturunan Portugis tersebar di berbagai wilayah di Aceh, termasuk di Desa Lamno. Mereka kemudian menyebar di wilayah Ujong Muloh, Kuala Daya, Gle Jong, Teumareum, hingga Lambeso.
Kehadiran kampung bule di Aceh tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Desa Lamno menjadi tempat yang ideal untuk melihat secara langsung penduduk dengan penampilan fisik yang unik.
Namun, keunikan warga Desa Lamno tidak hanya terletak pada penampilan fisik mereka. Mereka juga memiliki kebiasaan dan tradisi yang berbeda dengan orang Aceh pada umumnya. Hal ini tentu saja menambah pesona dari kampung bule di Aceh ini.
Meskipun demikian, sejak bencana tsunami melanda Aceh pada tahun 2004, sebagian besar penduduk desa Lamno telah pindah ke tempat yang lebih aman.
Namun, kampung bule di Aceh tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat keunikan warga dengan penampilan fisik Eropa di Aceh.
(shf)