Susah Payah Senopati Penguasa Mataram Berperang Lawan Kediri

Rabu, 26 April 2023 - 07:22 WIB
loading...
Susah Payah Senopati...
Momen peperangan tak selamanya mudah dihadapi oleh Panembahan Senopati penguasa Kerajaan Mataram. Salah satu peperangan yang cukup menguras Mataram adalah ketika melakukan ekspansi ke Kediri. Foto ilustrasi
A A A
Momen peperangan tak selamanya mudah dihadapi oleh Panembahan Senopati penguasa Kerajaan Mataram. Salah satu peperangan yang cukup menguras Mataram adalah ketika melakukan ekspansi ke Kediri, pasca keberhasilan di Madiun.

Di peperangan perebutan kekuasaan itu Panembahan Senopati mengalami ketidakberuntungan dan menurunnya hegemoni sehingga tak lagi meraih kesuksesan mencolok.

Bahkan di luar negeri Kerajaan Mataram mulai mengalami kemunduran dan hegemoninya mulai memudar. H.J. De Graaf pada "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung" mengisahkan bagaimana putusnya kerjasama Mataram dengan Pati juga mempengaruhinya.

Terputusnya kerja sama ini karena Adipati Pati kecewa dengan perkawinan Senopati dengan putri Madiun bernama Retna Jumilah atau di sumber lain disebut Retno Dumilah.

Meski demikian awalnya sang penguasa Mataram ini sempat mendapat dukungan penting dari Kediri, kendati hanya dalam kualitas daripada kuantitas jumlah pasukan atau unsur yang mendukungnya.

Babad Tanah Djawi bercerita kebanyakan di antara mereka yang dikalahkan Senopati melarikan diri ke Surabaya, misalnya putra Panembahan Madiun, Mas Calontang. Di sana ia menjadi menantu Pangeran Surabaya dan dijadikan Bupati Japan (Mojokerto).

Sementara di Wirasaba diangkat seorang bupati bernama Rangga Premana. Bupati Kediri, Pangeran Mas, mempunyai empat saudara Senopati Kediri, Saradipa, Kentol Jejanggu, dan Kartimasa. Setelah Pangeran Mas wafat, keempat saudara itu tersingkir, dan diangkatlah oleh Pangeran Surabaya seorang bernama Ratu Jalu atas Kediri.

Keempat saudara itu merasa tersinggung dan menyurati Senopati, mereka ingin mengabdi padanya. Utusan mereka bernama Jakarti. Senopati yang merasa sangat gembira tentang berita ini, memerintahkan Pangeran Wiramenggala pergi ke Kediri, menemui para pembelot itu.

Ia disertai oleh para mantri pamajegan, Bupati Pajang, Bupati Demak, dan Bupati Jagaraga bersama pasukan mereka, dan Tumenggung Alapalap sebagai penasihat, juga utusan itu harus turut serta. Setelah Senopati Kediri bergabung, Wiramenggala harus kembali, sedangkan yang lain melanjutkan perjalanan ke Rawa.

Pasukan Mataram selanjutnya berkemah di Pakuncen, sebelah barat Kediri. Ratu Jalu pun bersiap-siap. Pada malam hari para pembesar yang membelot, seluruhnya lebih kurang 200 orang secara diam-diam meninggalkan kota. Ketika Ratu Jalu mengetahuinya, ia mengejar ke Krakal.

Terjadilah pertempuran, dan pasukan Mataram datang membantu. Setelah terjadi pertempuran seru. Ratu Jalu melarikan diri masuk ke dalam benteng dan menutup pintu-pintu gerbang benteng.

Bala tentara Mataram tidak mengejarnya. Hanya menantu Senopati Kediri terluka. Wiramenggala setelah itu kembali ke Mataram bersama Senapati Kediri dan berhenti di Jagaraga.

Pada waktu itu konon, Tumenggung Alapalap terus bergerak ke Rawa dan melakukan penjarahan. Setelah itu ia juga bergabung di Jagaraga, lalu bersama-sama mereka bergerak menuju Mataram.

Hasil jarahan diperlihatkan kepada Senopati, dan sekutu-sekutu baru diperkenalkan. Mereka memperoleh rumah dan pakaian bagus. Senopati Kediri diterima oleh raja sebagai anak dan memperoleh tanah 1.500 petak, demiki- an pula saudara-saudaranya.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1939 seconds (0.1#10.140)