Antisipasi Beras Tak Cukup, Risma Siapkan Mie Talas untuk Warga
loading...
A
A
A
SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menyiapkan program kedaulatan pangan untuk menghadapi pandemi COVID-19 . Berbagai makanan pendamping mulai disiapkan seperti mie talas untuk mengantisipasi kebutuhan beras di Kota Pahlawan tak mencukupi.
Risma saat ini mulai menyiapkan program tersebut sebagai pendukung beras atau makanan pokok sehari-hari. Pihaknya juga sudah menyiapkan program kedaulatan pangan dengan cara menanam makanan pendamping beras. Seperti ketela pohon, ketela rambat, tales, sukun, pisang dan makanan lainnya.
Ke depan, harapannya masyarakat tak hanya mengonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. “Saya juga belajar ini bagaimana makanan beras ini bisa dicampur. Kami juga membuat resep mie dari talas, mie dari ketela pohon, mie dari ketela rambat. Sehingga nanti warga mungkin bisa memakan makanan yang selain beras, bisa yang lain,” kata Risma ketika ditemui di Balai Kota Surabaya, Sabtu (18/7/2020). (Baca juga: Positif COVID-19 Blitar Melonjak Jadi 93 Pasien, RS Overload )
Ia melanjutkan, dalam satu bulan kebutuhan beras warga di Surabaya itu sekitar 16.682.060 kilogram. Jika ke depan kebutuhan beras ini tidak segera diantisipasi, ia khawatir hal ini dapat berdampak kurangnya bahan pangan di masyarakat. Terlebih di masa pandemi seperti saat ini. “Jadi karena itu kita siapkan (program kedaulatan pangan),” ucapnya.
Risma tak berharap kebutuhan beras di Kota Surabaya tak mencukupi, namun hal itu dilakukannya sebagai bentuk antisipasi saja. Untuk itu, pihaknya telah melakukan penanaman di beberapa titik lokasi dengan memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. (Baca juga: Bocah SD di Gresik Dinikahkan Siri Usai Diperkosa Perangkat Desa )
“Kita akan tanami juga di Balai Kota, nanti lahan-lahan ini akan kita tanami padi, tales, selain itu kita juga tanam di bekas tanah ganjaran (Bekas Tanah Kas Desa). Kita sudah tanam pisang, sukun, padi, ketela rambat, talas,” katanya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya juga menjalin kerja sama dengan beberapa pihak yang memiliki lahan kosong atau tak terpakai. Nah, lahan-lahan itu kemudian dimanfaatkan sebagai lokasi penanaman. “Jadi kita sudah tanam di lahan-lahan kosong itu. Kita juga pakai alat berat untuk nyemprotnya, ada mobil PMK, mobil tangki air. Ada di beberapa tepi sungai juga kita tanami,” ungkap dia.
Bahkan, pihaknya mengaku telah menjalin kerja sama dengan Surabaya Hotel School (SHS) untuk membuat resep olahan makanan dari berbagai macam bahan pangan itu. Ini dilakukan agar orang tua maupun anak-anak di Surabaya mau mengonsumsi makanan selain beras. “Kita sudah membuat resep, kita kerja sama dengan SHS membuat makanan dari macam-macam ini. Sehingga nanti anak-anak mau untuk memakan ini. Seperti mie dari talas, terus mochi,” terangnya.
Beberapa umbi-umbian yang telah ditanam di beberapa tempat itu rupanya juga telah siap untuk dipanen. Di antaranya, yaitu ketela pohon, ketela rambat, tales, hingga pisang. “Kita sudah mulai menanam mungkin ketela pohon 1,5 bulan yang lalu itu sudah 1 meter. Terus ketela rambat, ubi jalar dan pisang,” ungkapnya.
Risma saat ini mulai menyiapkan program tersebut sebagai pendukung beras atau makanan pokok sehari-hari. Pihaknya juga sudah menyiapkan program kedaulatan pangan dengan cara menanam makanan pendamping beras. Seperti ketela pohon, ketela rambat, tales, sukun, pisang dan makanan lainnya.
Ke depan, harapannya masyarakat tak hanya mengonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari. “Saya juga belajar ini bagaimana makanan beras ini bisa dicampur. Kami juga membuat resep mie dari talas, mie dari ketela pohon, mie dari ketela rambat. Sehingga nanti warga mungkin bisa memakan makanan yang selain beras, bisa yang lain,” kata Risma ketika ditemui di Balai Kota Surabaya, Sabtu (18/7/2020). (Baca juga: Positif COVID-19 Blitar Melonjak Jadi 93 Pasien, RS Overload )
Ia melanjutkan, dalam satu bulan kebutuhan beras warga di Surabaya itu sekitar 16.682.060 kilogram. Jika ke depan kebutuhan beras ini tidak segera diantisipasi, ia khawatir hal ini dapat berdampak kurangnya bahan pangan di masyarakat. Terlebih di masa pandemi seperti saat ini. “Jadi karena itu kita siapkan (program kedaulatan pangan),” ucapnya.
Risma tak berharap kebutuhan beras di Kota Surabaya tak mencukupi, namun hal itu dilakukannya sebagai bentuk antisipasi saja. Untuk itu, pihaknya telah melakukan penanaman di beberapa titik lokasi dengan memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. (Baca juga: Bocah SD di Gresik Dinikahkan Siri Usai Diperkosa Perangkat Desa )
“Kita akan tanami juga di Balai Kota, nanti lahan-lahan ini akan kita tanami padi, tales, selain itu kita juga tanam di bekas tanah ganjaran (Bekas Tanah Kas Desa). Kita sudah tanam pisang, sukun, padi, ketela rambat, talas,” katanya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya juga menjalin kerja sama dengan beberapa pihak yang memiliki lahan kosong atau tak terpakai. Nah, lahan-lahan itu kemudian dimanfaatkan sebagai lokasi penanaman. “Jadi kita sudah tanam di lahan-lahan kosong itu. Kita juga pakai alat berat untuk nyemprotnya, ada mobil PMK, mobil tangki air. Ada di beberapa tepi sungai juga kita tanami,” ungkap dia.
Bahkan, pihaknya mengaku telah menjalin kerja sama dengan Surabaya Hotel School (SHS) untuk membuat resep olahan makanan dari berbagai macam bahan pangan itu. Ini dilakukan agar orang tua maupun anak-anak di Surabaya mau mengonsumsi makanan selain beras. “Kita sudah membuat resep, kita kerja sama dengan SHS membuat makanan dari macam-macam ini. Sehingga nanti anak-anak mau untuk memakan ini. Seperti mie dari talas, terus mochi,” terangnya.
Beberapa umbi-umbian yang telah ditanam di beberapa tempat itu rupanya juga telah siap untuk dipanen. Di antaranya, yaitu ketela pohon, ketela rambat, tales, hingga pisang. “Kita sudah mulai menanam mungkin ketela pohon 1,5 bulan yang lalu itu sudah 1 meter. Terus ketela rambat, ubi jalar dan pisang,” ungkapnya.
(mpw)