Kisah Gerakan Penculikan KSAD A.H Nasution karena Banyak Tentara Hidup Miskin
loading...
A
A
A
BLITAR - Abdul Haris Nasution pernah diculik oleh sejumlah perwira RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) yang kelak menjadi Kopassus (Komando Pasukan Khusus).
Pada peristiwa tahun 1956 itu, Nasution masih menjabat sebagai KSAD dengan pangkat Kolonel. Gerakan penculikan Nasution didorong oleh situasi kesejahteraan pasukan yang tidak terurus.
Banyak tentara mengalami kesulitan hidup, yakni terlilit masalah ekonomi. Kemudian ditambah lagi kondisi asrama RPKAD di Batujajar, Jawa Barat yang memprihatinkan. Penculikan Nasution diharapkan akan memantik reaksi Presiden Soekarno atau Bung Karno dan melakukan pembenahan.
Targetnya, kabinet dan DPR dibubarkan dan kemudian dibentuk kabinet baru di mana susunannya diisi oleh orang-orang Partai Masyumi. Begitu pula jabatan KSAD juga diganti.
“Rencana penculikan itu dirancang oleh Zulkifli Lubis, mantan Wakil KSAD sehingga Nasution menyebutnya peristiwa Lubis,” demikian dikutip dari buku Legenda Pasukan Komando (2017).
Aksi penculikan melibatkan perwira RPKAD, yakni salah satunya Komandan RPKAD Mayor Djaelani. Selain itu Zulkifli Lubis juga mengajak Letnan Kolonel Kemal Idris selaku Komandan Resimen Infantri ke-19 Cirebon dan Mayor Soewarto Komandan Resimen Infrantri ke-11 Tasikmalaya.
Aksi berlangsung mencekam. Sejumlah perwira RPKAD yang tidak sejalan dengan aksi penculikan Nasution melakukan perlawanan. Bahkan Mayor Djaelani pada saat itu hendak diringkus oleh pasukannya sendiri.
Baku tembak tak terelakkan. Sejumlah perwira ditangkap oleh para bintara yang menolak gerakan penculikan Nasution. Letnan II L.B Moerdani atau Benny Moerdani yang tidak tahu duduk permasalahan sempat mendapat todongan senjata pada wajahnya.
Pada peristiwa tahun 1956 itu, Nasution masih menjabat sebagai KSAD dengan pangkat Kolonel. Gerakan penculikan Nasution didorong oleh situasi kesejahteraan pasukan yang tidak terurus.
Banyak tentara mengalami kesulitan hidup, yakni terlilit masalah ekonomi. Kemudian ditambah lagi kondisi asrama RPKAD di Batujajar, Jawa Barat yang memprihatinkan. Penculikan Nasution diharapkan akan memantik reaksi Presiden Soekarno atau Bung Karno dan melakukan pembenahan.
Targetnya, kabinet dan DPR dibubarkan dan kemudian dibentuk kabinet baru di mana susunannya diisi oleh orang-orang Partai Masyumi. Begitu pula jabatan KSAD juga diganti.
“Rencana penculikan itu dirancang oleh Zulkifli Lubis, mantan Wakil KSAD sehingga Nasution menyebutnya peristiwa Lubis,” demikian dikutip dari buku Legenda Pasukan Komando (2017).
Aksi penculikan melibatkan perwira RPKAD, yakni salah satunya Komandan RPKAD Mayor Djaelani. Selain itu Zulkifli Lubis juga mengajak Letnan Kolonel Kemal Idris selaku Komandan Resimen Infantri ke-19 Cirebon dan Mayor Soewarto Komandan Resimen Infrantri ke-11 Tasikmalaya.
Aksi berlangsung mencekam. Sejumlah perwira RPKAD yang tidak sejalan dengan aksi penculikan Nasution melakukan perlawanan. Bahkan Mayor Djaelani pada saat itu hendak diringkus oleh pasukannya sendiri.
Baku tembak tak terelakkan. Sejumlah perwira ditangkap oleh para bintara yang menolak gerakan penculikan Nasution. Letnan II L.B Moerdani atau Benny Moerdani yang tidak tahu duduk permasalahan sempat mendapat todongan senjata pada wajahnya.