Kisah Surontanu, Penjahat Sakti Zaman Majapahit di Balik Nama Jombang

Kamis, 09 Maret 2023 - 05:05 WIB
loading...
Kisah Surontanu, Penjahat Sakti Zaman Majapahit di Balik Nama Jombang
Ilustrasi pesilat. Foto: Istimewa
A A A
SURONTANU. Mendengar namanya saja orang sudah ketakutan. Dia adalah sosok penjahat zaman Majapahit paling ditakuti, di Jombang, Jawa Timur. Kesaktiannya tidak ada yang mampu menandingi.

Pada masa Surontanu, Kerajaan Majapahit sudah memasuki masa keruntuhan. Raja Hayam Wuruk sudah tidak lagi menjabat. Takhta kerajaan selanjutnya diemban oleh Prabu Brawijaya V.

Pada masa pemerintahan Brawijaya V, Kerajaan Majapahit mendapat tekanan berat dari dalam. Kediri mulai unjuk gigi, berontak, dan mengambil alih kekuasaan. Sedang Raden Patah mendirikan kerajaan baru.



Ditambah, banteng milik Surontanu mengamuk, lantaran diduga dirasuki siluman. Yang membuat Surontanu sedih, siluman itu menyebarkan penyakit aneh yang mematikan. Siang sakit, malamnya mati dan sebaliknya.

Wabah penyakit ini sulit disembuhkan dan masyarakat menyebutnya pagebluk. Istilah yang ramai digunakan saat wabah Covid-19 melanda dan menyebabkan jutaan orang meninggal dunia.

Dalam cerita rakyat Jawa Timur, kisah ini sangat dikenal. Bahkan, telah menjadi legenda yang sarat kebijakan moral.

Dikisahkan, penyakit itu hanya bisa disembuhkan oleh Kebo Kicak. Maka, diutuslah Kebo Kicak untuk memusnahkan banteng yang diduga telah menyebarkan penyakit pembawa maut bagi warga Jombang tersebut.



Namun, Kebo Kicak manusia durhaka. Dia dikutuk oleh orangtuanya, karena durhaka. Kutukan itu membuat kepala Kebo Kicak seperti kerbau. Sehingga, orang-orang kampung menyebutnya Kebo-kicak.

Setelah mendapat kutukan itu, Kebo Kicak hidup berkelana dari satu kampung ke kampung lain. Pengembaraannya ini membuatnya bertemu dengan seorang kiai dan mendalami ilmu agama, hingga menjadi orang saleh.

Saat terjadi pagebluk, Kebo Kicak diperintahkan oleh gurunya untuk mengatasi persoalan itu. Namun, dia harus terlebih dahulu mengalahkan Surontanu, karena banteng yang telah dirasuki siluman itu miliknya.

Surontano sangat sayang dengan bantengnya itu, sehingga dia akan mati-matian melindungi bantengnya.



Bentrok keduanya pun akhirnya terjadi, di blumbang atau kolam. Keduanya sama-sama sakti dan kuat. Akibat pertarungan itu, air kolam berubah warna, bahkan memancarkan cahaya hijau (ijo) dan merah (abang).

Kolam itu pun kemudian dikenal dengan ijo abang. Masyarakat sekitar menyebutnya Jombang. Selain itu, ada tiga dusun di kawasan ini yang juga disebut-sebut sebagai jejak dari pertarungan dua orang sakti itu.

Ketiganya adalah Dusun Ngelawan, Tembelang, dan Senden. Dusun Ngelawan atau Perlawanan, diduga berasal dari lokasi serangan Kebo Kicak terhadap Surontanu. Disebut Ngelawan, karena di sini terjadi perlawanan sengit.

Sedang Dusun Tembalang berasal dari nama Sapi Pontang atau Tembel dan Belang yang ditemui Kebo Kicak. Dari nama Tembel Belang itu, tempat pertemuan tersebut dikenal menjadi Tembalang.



Sementara Senden atau Bersandar, merupakan hutan yang dijadikan tempat Surontanu untuk beristirahat dalam mengembalikan stamina atau tenaganya melawan Kebo Kicak. Hutan itu kemudian dikenal menjadi Senden.

Demikian, pertarungan Surontanu dengan Kebo Kicak telah menjadi cerita rakyat Jawa Timur. Dari jejak pertarungan dua pendekar sakti ini, lahirlah Jombang. Sampai di sini ulasan Cerita Pagi, semoga bermanfaat.
(san)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1366 seconds (0.1#10.140)