Pilu dan Diselimuti Kesedihan, Begini Gambaran Istana Majapahit saat Raden Wijaya Mangkat

Senin, 06 Maret 2023 - 10:03 WIB
loading...
Pilu dan Diselimuti Kesedihan, Begini Gambaran Istana Majapahit saat Raden Wijaya Mangkat
Situasi Istana Majapahit, hasil pencitraan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang diunggak akun Instagram @ainusantara, Raja Majapahit, Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana mangkat. Foto/Instagram/@ainusantara
A A A
Sang raja terlihat terbaring lemah di peraduan. Sisa kegagahannya masih terpancar, meskipun kian memudar. Sejumlah petinggi Kerajaan Majapahit, nampak duduk dengan khusyuk menemani tubuh lemah Sang Kertarajasa Jayawardhana.



Kegelisahan melanda seluruh negeri Majapahit. Rakyat dari berbagai golongan beramai-ramai mendatangi Alun-alun Majapahit, untuk menggelar doa bersama demi kesembuhan Raden Wijaya, pendiri dan juga raja pertama Majapahit.



Para prajurit kerajaan yang biasanya tampil gagah berani, kini juga dilingkupi kegelisahan dan kesedihan. Mereka sangat berharap Raja Majapahit yang telah belasan tahun menjadi junjungannya, segera bisa kembali ke tahtanya dan memimpin roda pemerintahan.



Berbagai upaya telah dilakukan oleh para dukun, tabib, dan ahli obat-obatan, untuk dapat menyembuhkan sang raja. Sayangnya, upaya keras itu belum membuahkan hasil. Sang pencipta lebih mencintai Raja Majapahit tersebut, hingga memanggilnya kembali dalam keabadian.

Suasana hening begitu terasa di pusat hingga pinggiran Majapahit, saat Kertarajasa Jayawardhana mangkat. Warga berdiri berjajar di tepi jalan untuk memberikan penghormatan terakhir, saat iring-iringan prajurit mengantarkan jenazah sang raja ke tempat peristirahatan terakhir di Candi Simping.

Suasana Majapahit, kala Raden Wijaya yang memiliki gelar Kertarajasa Jayawardhana mangkat, begitu syahdu dan pilu digambarkan dalam video yang berisi rangkaian potongan-potongan gambar hasil pencitraan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang diunggah akun Instagram @ainusantara.

Pilu dan Diselimuti Kesedihan, Begini Gambaran Istana Majapahit saat Raden Wijaya Mangkat


Dalam unggahannya tersebut, akun @ainusantara menyematkan keterangan "Royal ceremony funeral of Kertarajasa Jayawardhana, based on Gajah Mada Series". Unggahan itu menggambarkan bagaimana rakyat sangat kehilangan Raden Wijaya, dan keagungan serta khusyukan dalam upacara untuk penghormatan terakhir kepada Raden Wijaya.

Dalam tulisannya yang berjudul "Sejarah Perkembangan Majapahit", dan diterbitkan dalam buku "700 Tahun Majapahit (1293-1993) Suatu Bunga Rampai", Riboet Darmosoetopo menyebutkan, ada dua versi tentang mangkatnya Raden Wijaya. Yakni versi Kitab Pararaton, dan versi Kitab Negarakertagama.

Dalam Kitab Pararaton disebutkan: "...noktasira, dhinarma ring antapura i caka 1267". Yakni, Raden Wijaya mangkat pada tahun 1267 Saka atau 1345 Masehi, dan didharmakan di Antapura.



Sementara veri Kitab Negarakertagama, disebutkan Raden Wijaya mangkat pada tahun 1231 Saka, atau 1309 Masehi, dan didharmakan di Candi Simping yang bersifat Ciwaistis. Sedangkan di Antapura bersifat Budhistis.

Dari catatan Riboet Darmosoetopo, disebutkan Raden Wijaya memerintah Kerajaan Majapahit pada tahun 1216-1231 Saka, atau 1293-1309 Masehi. Dia naik tahta dan mulai memerintah Majapahit pada tahun 1216 Saka, atau tahun 1293 Masehi.

Antara Kitab Pararaton dengan Kitab Negarakertagama, menyebutkan tahun yang sama dalam pengangkatan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit. Dalam Kitab Pararaton disebutkan: "Samangka raden wijaya ajejeneng prabu i saka rasa rupa dwi sitangsu".

Pilu dan Diselimuti Kesedihan, Begini Gambaran Istana Majapahit saat Raden Wijaya Mangkat


Sedangkan dalam Kitab Pararaton, saat penahbisan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit, disebutkan: "...ri pjah nrpa jayakatwan awa tikang jagat alilan masa rupa rawi sakabda rika nararyya sira ratu siniwin pura ri majapahit tanuraga jayaripu tinlah nrpa krtarajasa jayawardhana nrpati".

Dalam Kidung Harsawijaya, disebutkan Raden Wijaya naik tahta pada purneng kartika nasa panca dasi 1215 Saka. Yakni pada tanggal 15 saat bulan purnama kartika tahun 1215 Saka. Atau tepatnya pada 12 Juni 1293 Masehi. Pada prasasti Kudadu, disebutkan pada bulan Bhadrawapada 1216 Saka atau 1294 Masehi, Raden Wijaya telah disebut sebagai Kartarajasajaya Wardhananamarajabhisek.

Raden Wijaya ternyata memiliki garis keturunan dari Ken Arok dan Ken Dedes. Riboet Darmosoetopo menyebutkan, Raden Wijaya merupakan anak dari Dyah Lembu Tal. Artinya, Raden Wijaya juga merupakan cucu dari Mahisa Campaka atau Narasinghamurti.



Bila dirunut lebih ke atas lagi, buyut Raden Wijaya adalah Mahisa Wongteleng yang merupakan putra hasil pernikahan dari Ken Arok dan Ken Dedes, dan ditahbiskan sebagai putra mahkota Kerajaan Singasari, sebelum akhirnya Ken Arok tewas dibunuh Anusapati yang merupakan anak hasil pernikahan Ken Dedes dengan Tunggul Ametung.

Awal masuknya Raden Wijaya di lingkungan Kerajaan Singasari, disebut oleh Riboet Darmosoetopo, menjadi abdi saat Kerajaan Singasari dipimpin Raja Kertanegara. Saat itu, Raden Wijaya mendapatkan kepercayaan untuk mempin prajurit Singasari.

Bahkan, saat Kerajaan Singasari diserah oleh Jayakatwang, Raden Wijaya juga diperintahkan oleh Kertanegara untuk menghadapi serangan tersebut. Saat serangan Jayakatwang menghancurkan Istana Singasari, hingga berhasil membunuh Kertanegara, seluruh putri Kertanegara yang berjumlah empat orang dan hendak dinikahkan dengan Raden Wijaya, ditawan pasukan Jayakatwang.

Pilu dan Diselimuti Kesedihan, Begini Gambaran Istana Majapahit saat Raden Wijaya Mangkat


Raden Wijaya akhirnya berhasil merebut putri tertua, dan melarikan diri bersama 12 prajuritnya yang sangat setia, untuk selanjutnya menyeberang ke Madura berlindung di Adipati Sumenep, Arya Wiraraja. Saat bertemu Arya Wiraraja, Raden Wijaya disarankan untuk menghamba pada Jayakatwang, dan meminta untuk membuka hutan Terik.

Setelah permintaan itu disetujui Jayakatwang, Raden Wijaya dibantu orang-orang suruhan Araya Wiraraja dari Madura, membuka wilayah hutan Terik menjadi kota. Saat pasukan Tartar yang dipimpin Shih-pi, Ike Mese, dan Kau Hsing memasuki Pulau Jawa, untuk menyerang Kerajaan Singasari, dimanfaatkan Raden Wijaya untuk menjadi kekuatan menyerang Jayakatwang.

Pemimpin pasukan Tartar tidak mengetahui bila Raja Kertanegara yang telah menghina utusan Kaisar Kubhilai Khan, Meng Chi telah meninggal dunia. Serangan mematikan hasil persekutuan pasukan Tartar dengan pasukan Raden Wijaya, membuat pasukan Jayakatwang hancur lebur, dan Jayakatwang melarikan diri ke Junggaluh.



Setelah berhasil menghancurkan Kerajaan Kediri di bawah kekuasaan Jayakatwang, Raden Wijaya balik menyerang pasukan Tartar. Akibat serangan balik cepat yang tidak pernah diduga sebelumnya, membuat pasukan Tartar hancur dan banyak yang tewas. Hanya sedikit dari pasukan Tartar yang akhirnya bisa pulang ke China.

Kemenangan-kemenangan itu menghantarkan Raden Wijaya untuk mendirikan Kerajaan Majapahit, dan naik tahta sebagai raja. Selama memimpin Kerajaan Majapahit, tak selamanya dapat berjalan mulus. Sejumlah pemberontakan menghantam kekuatan Majapahit.

Pilu dan Diselimuti Kesedihan, Begini Gambaran Istana Majapahit saat Raden Wijaya Mangkat


Bahkan, pemberontakan itu banyak dilakukan oleh teman-teman seperjuangan Raden Wijaya sendiri. Berbagai alasan menjadi dasar pemberontakan itu pecah, salah satunya ketidak puasan mereka karena tidak mendapatkan jabatan yang layak di Majapahit.

Salah satunya adalah pemberontakan Ranggalawe, yang memicu terjadinya perang pada tahun 1217 Saka atau tahun 1295 Masehi, saat Majapahit masih seumur jagung. Ranggalawe yang merupakan putra Arya Wiraraja, dan menjabat sebagai Adipati Tuban. Setelah itu terjadi pemberontakan Lembu Sora, dan Panjurudemung. Namun semuanya bisa diredam oleh Raden Wijaya, hingga akhirnya mangkat.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2041 seconds (0.1#10.140)