Asal Usul Nama dan Sejarah Pati, Daerah yang Berasal dari Nama Tepung

Jum'at, 24 Februari 2023 - 20:53 WIB
loading...
Asal Usul Nama dan Sejarah Pati, Daerah yang Berasal dari Nama Tepung
Pati merupakan nama sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Foto DOK ist
A A A
JAKARTA - Pati merupakan nama sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah . Luas wilayahnya mencapai 1.503,68 km2 yang terbagi menjadi 21 Kecamatan, 401 desa dan 5 kelurahan.

Batas wilayah Kabupaten Pati adalah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Laut Jawa, sebelah utara dengan Kabupaten Jepara dan Laut Jawa serta di sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora.

Memiliki wilayah yang cukup luas dan berbatasan dengan beberapa wilayah kabupaten yang besar membuat Pati mempunyai sejarah menarik untuk dibahas. Terutama mengenai asal usul dan sejarah berdirinya kabupaten tersebut.

Baca juga : Asal Usul dan Sejarah Penyematan Nama Mojokerto, Daerah Hasil Perebutan 2 Kesultanan

Kota Pati pada zaman dahulu kala adalah sebuah kerajaan sendiri yang saat itu menjadi daerah kekuasaan Majapahit yang kemudian diambil alih oleh Mataram.

Di pantai utara Jawa Tengah di dekat Gunung Muria bagian timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai Adipati wilayah kekuasaannya itu disebut Kadipaten.

Terdapat dua penguasa lokal di wilayah tersebut yaitu satu penguasa Kadipaten paranggaruda dan penguasa Kadipaten Carangsoka. Kadipaten Paranggaruda adipatinya bernama Yudapati. Wilayah kekuasaannya terdiri dari sungai Juwana ke selatan sampai pegunungan Gamping utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan yang memiliki Putra bernama Raden jasari.

Sedangkan penguasa Kadipaten Carangsoka adipatinya bernama Puspa kandung Jaya. Wilayah kekuasaannya meliputi Utara Sungai Juwana sampai pantai utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati carangsoka memiliki seorang putri yang bernama Rara rayungwulan.

Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun damai saling menghormati dan saling menghargai. Bakhan untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, kedua adipati itu sepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya.

Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima. Akan tetapi calon mempelai Putri meminta bebana agar pada saat resepsi pernikahan dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan seorang dalang Kondang yang bernama Safayana.

Baca juga : Asal Usul dan Sejarah Pamekasan, Wilayah di Madura yang Jadi Pangkalan Pemberontak Mataram

Untuk memenuhi beban itu Adipati Paranggaruda menugaskan Panggede Kemaguhan bernama Yuyu Rumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugas itu lebih dulu Yuyu Rumpung berniat untuk melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan menguasai dua pusaka milik Raden Sukmayana di Majasemi.

Dengan bantuan Sondong Majeruk kedua pusaka itu dapat dicurinya. Namun sebelum dua pusaka diserahkan, pusaka tersebut dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari.

Bahkan dikisahkan bahwa Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Kemudian pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Sehingga usaha yang dilakukan Yuyu Rumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu pun gagal.

Walaupun seperti itu di Yuyu Rumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari dalang Sapanyana, agar perkawinan Putra Adipati Paranggaruda tidak mengalami kegagalan dan berhasil dengan baik serta meriah.

Pada malam resepsi perkawinan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka. Acara pagelaran wayang kulit dengan mengundang Ki Dalang Sapanyana pun bisa dipenuhi.

Namun terdapat kejadian diluar dugaan, baru resepsi dimulai tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan dan melarikan diri bersama Dalang Sapanyana.

Resepsi perkawinan antara Raden Jasari dan Rara Rayungwulan pun gagal. Adipati Yudapati merasa sangat dipermalukan, emosi tidak terkendali lagi dan menyatakan peperangan terhadap Adipati Carangsoka.

Dan peperangan tak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka memimpin prajurit Carangsoka, akan tetapi dirinya mengalami luka parah dan akhirnya wafat.

Raden Kembangjaya (adik ipar Raden Sukmayana) meneruskan peperangan Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana. Mereka menggunakan Pusaka milik Raden Sukmayana dan berhasil mengalahkan prajurit Paranggaruda.

Karena jasanya, Raden Sukmayana kemudian diangkat menjadi pengganti Raden Puspa Kandung Jaya dan dinikahkan dengan Rara Rayungwulan. Sedangkan Dalang Sapanyana diangkat menjadi Patih nya dengan nama Singosari yang bertugas untuk mengatur kekuasaannya yang kian melebar ke bagian selatan.

Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri yang kemudian mengganti namanya menjadi Kadipaten Pesantenan dengan gelar Adipati Jayakusuma di Pesantenan.

Kembangjaya melakukan babat alas di Desa Kemiri. Namun setelah kelelahan membabat alas ada seorang penjual dawet yang melewati alas Kemiri tersebut.

Kemudian kembangjaya membeli dan bertanya "Mengapa dawet yang diminum rasanya sangat enak" pedagang dapat menjawab bahwa "dawet tersebut dibuat dari tepung Pati dan dibuat dari santan kelapa yang diperas".

Sejak saat itu Raden Kembangjaya atau kembangjoyo menamai daerah tersebut menjadi Kadipaten Pesantenan yang sekarang menjadi Kabupaten Pati
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1694 seconds (0.1#10.140)