Ngeri! Setahun DPKP Surabaya Evakuasi 297 Ular di Permukiman Warga
Jum'at, 13 Januari 2023 - 07:21 WIB
"Karena mengganggu atau warga takut disengat, sehingga mereka meminta bantuan melalui Command Center 112. Dan keberadaan tawon vespa ini juga berbahaya, sengatannya bisa mematikan," kata dia.
Menurutnya, evakuasi tawon vespa maupun ular liar, tak hanya diminta oleh warga yang tinggal di kawasan pinggiran Kota Surabaya. Sebab, banyak pula laporan atau permintaan dari warga untuk mengevakuasi hewan liar di kawasan tengah kota.
"Jadi permintaan evakuasi hewan liar ini bukan hanya ada di pinggiran kota. Di gorong-gorong kawasan Basuki Rahmat juga pernah ada permintaan evakuasi ular jenis piton sepanjang 3 meter lebih," paparnya.
Bahkan, kata Dedik, juga pernah ada permintaan evakuasi ular sepanjang 3 meter lebih di kawasan Tegalsari Surabaya. Saat itu, evakuasi ular jenis piton dilakukan petugas DPKP di atas plafon rumah seorang warga. "Itu ularnya berada di atas rumah. Ketika dilakukan evakuasi, ularnya jatuh ke bawah dan sampai jebol plafonnya. Dan panjang ularnya itu sekitar 3 meter lebih," ujarnya.
Dari 297 kejadian evakuasi ular pada tahun 2022, Dedik menyebutkan, yang paling banyak adalah jenis sanca kembang atau piton. Selain piton, ada pula jenis ular lain yang pernah dievakuasi DPKP Surabaya. "Kebanyakan itu ular jenis sanca kembang atau piton. Kemudian ular kobra, ular weling dan ular hijau," terang dia.
Mantan Kepala Bagian Pemerintahan Kota Surabaya ini juga menjabarkan bahwa setelah berhasil dievakuasi, hewan liar tersebut selanjutnya diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kota Surabaya. Namun, ada pula hewan liar seperti ular yang diminta oleh komunitas pecinta satwa.
"Setelah dievakuasi biasanya langsung dibawa rekan-rekan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk kemudian diserahkan ke BKSDA. Kadang ada juga yang diminta oleh komunitas-komunitas pecinta reptil," sebutnya.
Sementara para personel yang melakukan evakuasi hewan seperti reptil, sebelumnya juga telah terlatih. Tak hanya itu, Dedik menyebut, para personel ini juga dilengkapi dengan peralatan pendukung seperti baju anti lebah hingga snake stick atau tongkat penjepit ular.
"Jadi ada salah satu petugas kami yang mempunyai sertifikat reptil Internasional. Dan itu ilmunya dibagi-bagikan ke teman-teman lain, dilatih dan akhirnya bisa semua. Peralatan-peralatan kita juga lengkap, seperti baju anti lebah dan snake stick yang kita bagikan ke pos-pos rayon," pungkasnya.
Menurutnya, evakuasi tawon vespa maupun ular liar, tak hanya diminta oleh warga yang tinggal di kawasan pinggiran Kota Surabaya. Sebab, banyak pula laporan atau permintaan dari warga untuk mengevakuasi hewan liar di kawasan tengah kota.
"Jadi permintaan evakuasi hewan liar ini bukan hanya ada di pinggiran kota. Di gorong-gorong kawasan Basuki Rahmat juga pernah ada permintaan evakuasi ular jenis piton sepanjang 3 meter lebih," paparnya.
Bahkan, kata Dedik, juga pernah ada permintaan evakuasi ular sepanjang 3 meter lebih di kawasan Tegalsari Surabaya. Saat itu, evakuasi ular jenis piton dilakukan petugas DPKP di atas plafon rumah seorang warga. "Itu ularnya berada di atas rumah. Ketika dilakukan evakuasi, ularnya jatuh ke bawah dan sampai jebol plafonnya. Dan panjang ularnya itu sekitar 3 meter lebih," ujarnya.
Dari 297 kejadian evakuasi ular pada tahun 2022, Dedik menyebutkan, yang paling banyak adalah jenis sanca kembang atau piton. Selain piton, ada pula jenis ular lain yang pernah dievakuasi DPKP Surabaya. "Kebanyakan itu ular jenis sanca kembang atau piton. Kemudian ular kobra, ular weling dan ular hijau," terang dia.
Mantan Kepala Bagian Pemerintahan Kota Surabaya ini juga menjabarkan bahwa setelah berhasil dievakuasi, hewan liar tersebut selanjutnya diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kota Surabaya. Namun, ada pula hewan liar seperti ular yang diminta oleh komunitas pecinta satwa.
"Setelah dievakuasi biasanya langsung dibawa rekan-rekan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk kemudian diserahkan ke BKSDA. Kadang ada juga yang diminta oleh komunitas-komunitas pecinta reptil," sebutnya.
Sementara para personel yang melakukan evakuasi hewan seperti reptil, sebelumnya juga telah terlatih. Tak hanya itu, Dedik menyebut, para personel ini juga dilengkapi dengan peralatan pendukung seperti baju anti lebah hingga snake stick atau tongkat penjepit ular.
"Jadi ada salah satu petugas kami yang mempunyai sertifikat reptil Internasional. Dan itu ilmunya dibagi-bagikan ke teman-teman lain, dilatih dan akhirnya bisa semua. Peralatan-peralatan kita juga lengkap, seperti baju anti lebah dan snake stick yang kita bagikan ke pos-pos rayon," pungkasnya.
tulis komentar anda