Kisah Pangeran Samudro, Putra Raja Majapahit Terakhir yang Dimakamkan di Gunung Kemukus
Rabu, 14 Desember 2022 - 08:09 WIB
Setelah cukup lama, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dan sampai di suatu tempat di padang yang sekarang dikenal dengan nama Dusun Kabar, Desa Bogorame (Gemolong). Di tempat inilah Pangeran Samudro terserang sakit.
Dalam kondisi sakit panas, perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Dukuh Doyong, sekarang wilayah Kecamatan Miri. Karena sakit yang diderita semakin parah, Pangeran Samudro memutuskan untuk beristirahat di dukuh tersebut.
Rupanya Pangeran Samudro sudah tak berdaya dengan sakit demam yang dialaminya. Ia pun memerintahkan salah seorang abdinya untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan di Demak. Namun, saat abdinya masih di Demak, Pangeran Samudro sudah meninggal.
Mengetahui hal itu, Sultan Demak memerintahkan jasad Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan di sebelah barat dukuh tersebut. Tempat pemakamannya kemudian diberi nama Dukuh Samudro yang sampai kini terkenal dengan nama Dukuh Mudro.
Kabar meninggalnya Pangeran Samudro membuat sedih R.Ay. Ontrowulan. Betapa kagetnya sang ibu mendengar kabar itu. R.Ay. Ontrowulan memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan, ditemani oleh abdi Pangeran Samudro yang setia.
Sesampainya di makam putranya, ibunda pangeran langsung merebahkan badannya sambil merangkul pusara putra satu-satunya yang amat dicintainya. Begitu besar kasihnya terhadap Pangeran Samudro, ibunda Ontrowulan tidak mau pulang. Ia berniat merawat makam putranya tersebut. Kerinduan untuk menjumpai dan memeluk putranya makin lama makin tak tertahan.
Hingga suatu ketika, terjadilah pertemuan dan dialog secara gaib dengan putranya. “Oh Ananda begitu sampai hati meninggalkan aku dan siapa lagi yang kutunjuk sebagai gantimu, hanya engkau satu-satunya putraku dan aku tidak dapat berpisah denganmu”.
Dijawab, Pangeran Samudro, “Oh Ibunda, Bunda tentu tidak dapat berkumpul dengan ananda sebab Ibunda masih berbadan jasmani dan selama belum melepas raga, untuk itu harus bersuci terlebih dahulu di sebuah “sendang” yang letaknya tidak jauh dari tempat ini”.
Setelah sadar dari percakapan gaib itu, Ontrowulan bangkit dan pergi ke sendang yang dikatakan putranya untuk mensucikan diri. Konon, setelah dia menyucikan diri, raganya lenyap. Diyakini, cintanya dan kerinduan yang begitu besar, mengantar sukmanya untuk bertemu putranya.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, pepohonan indah Nagasari yang berada di sekitar Sendang Ontrowulon, berasal dari bunga-bunga perhiasan rambut ibu pangeran. Saat rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan, jatuhlah bunga-bunga penghias rambutnya dan tumbuh menjadi pepohonan indah. Sendang Ontrowulan itu sendiri berada sekitar 300 meter dari pemakaman Pangeran Samudro.
Dalam kondisi sakit panas, perjalanan tetap dilanjutkan sampai ke Dukuh Doyong, sekarang wilayah Kecamatan Miri. Karena sakit yang diderita semakin parah, Pangeran Samudro memutuskan untuk beristirahat di dukuh tersebut.
Rupanya Pangeran Samudro sudah tak berdaya dengan sakit demam yang dialaminya. Ia pun memerintahkan salah seorang abdinya untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan di Demak. Namun, saat abdinya masih di Demak, Pangeran Samudro sudah meninggal.
Mengetahui hal itu, Sultan Demak memerintahkan jasad Pangeran Samudro dimakamkan di perbukitan di sebelah barat dukuh tersebut. Tempat pemakamannya kemudian diberi nama Dukuh Samudro yang sampai kini terkenal dengan nama Dukuh Mudro.
Kabar meninggalnya Pangeran Samudro membuat sedih R.Ay. Ontrowulan. Betapa kagetnya sang ibu mendengar kabar itu. R.Ay. Ontrowulan memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan, ditemani oleh abdi Pangeran Samudro yang setia.
Sesampainya di makam putranya, ibunda pangeran langsung merebahkan badannya sambil merangkul pusara putra satu-satunya yang amat dicintainya. Begitu besar kasihnya terhadap Pangeran Samudro, ibunda Ontrowulan tidak mau pulang. Ia berniat merawat makam putranya tersebut. Kerinduan untuk menjumpai dan memeluk putranya makin lama makin tak tertahan.
Hingga suatu ketika, terjadilah pertemuan dan dialog secara gaib dengan putranya. “Oh Ananda begitu sampai hati meninggalkan aku dan siapa lagi yang kutunjuk sebagai gantimu, hanya engkau satu-satunya putraku dan aku tidak dapat berpisah denganmu”.
Dijawab, Pangeran Samudro, “Oh Ibunda, Bunda tentu tidak dapat berkumpul dengan ananda sebab Ibunda masih berbadan jasmani dan selama belum melepas raga, untuk itu harus bersuci terlebih dahulu di sebuah “sendang” yang letaknya tidak jauh dari tempat ini”.
Setelah sadar dari percakapan gaib itu, Ontrowulan bangkit dan pergi ke sendang yang dikatakan putranya untuk mensucikan diri. Konon, setelah dia menyucikan diri, raganya lenyap. Diyakini, cintanya dan kerinduan yang begitu besar, mengantar sukmanya untuk bertemu putranya.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, pepohonan indah Nagasari yang berada di sekitar Sendang Ontrowulon, berasal dari bunga-bunga perhiasan rambut ibu pangeran. Saat rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan, jatuhlah bunga-bunga penghias rambutnya dan tumbuh menjadi pepohonan indah. Sendang Ontrowulan itu sendiri berada sekitar 300 meter dari pemakaman Pangeran Samudro.
Lihat Juga :
tulis komentar anda