Suku Dayak dan Melayu Gelar Ritual Awali Festival Danau Sentarum
Kamis, 01 Desember 2022 - 19:36 WIB
KAPUAS HULU - Suku Dayak dan suku Melayu di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat menggelar ritual tolak bala untuk menadai dimulainya festival Danau Sentarum. Festival ini berlangsung selama empat hari, dari 1-4 Desember 2022.
"Ritual adat tolak bala itu dilakukan sebagai salah satu wujud pelestarian tradisi dan meminta restu kepada para leluhur serta meminta kepada sang pencipta alam semesta agar Festival Danau Sentarum berjalan lancar dan diberikan keselamatan," kata Bulen, Camat Batang Lupar.
Bulen mengakui bahwa kearifan lokal berupa adat istiadat serta budaya warisan nenek moyang kedua suku di Kapuas Hulu masih terjaga. Hal itu yang menjadi daya tarik tersendiri dalam Festival Danau Sentarum.
Ritual yang digelar dua suku itu menunjukkan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat terkait pelaksanaan festival. Dia menjelaskan, terkait ritual tolak bala (pamindara) itu, suku Melayu melakukannya di Danau Sentarum.
Sedangkan suku Dayak Iban di daratan perbatasan Badau dan Lanjak, dan suku Dayak Tamambaloh di perbatasan Lanjak dan Embaloh Hulu.
"Kami lakukan ritual itu secara serentak di lokasi yang berbeda, termasuk saya juga ikut langsung dalam ritual tolak bala itu," kata Bulen.
Menurut camat, masyarakat di sekitar kawasan Danau Sentarum sangat mendukung pelaksanaan festival. Kendati ada keterbatasan, masyarakat cukup antusias dalam persiapan Festival Danau Sentarum.
"Saat ini debit air di Danau Sentarum cukup tinggi. Memang ada sejumlah rumah warga sempat terendam banjir. Namun masyarakat tetap siap mendukung Festival Danau Sentarum," katanya.
Lihat Juga: Kisah Letkol Dhomber, Putra Dayak yang Nyamar Jadi Orang Filipina dalam Upaya Merebut Kalimantan
"Ritual adat tolak bala itu dilakukan sebagai salah satu wujud pelestarian tradisi dan meminta restu kepada para leluhur serta meminta kepada sang pencipta alam semesta agar Festival Danau Sentarum berjalan lancar dan diberikan keselamatan," kata Bulen, Camat Batang Lupar.
Bulen mengakui bahwa kearifan lokal berupa adat istiadat serta budaya warisan nenek moyang kedua suku di Kapuas Hulu masih terjaga. Hal itu yang menjadi daya tarik tersendiri dalam Festival Danau Sentarum.
Ritual yang digelar dua suku itu menunjukkan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat terkait pelaksanaan festival. Dia menjelaskan, terkait ritual tolak bala (pamindara) itu, suku Melayu melakukannya di Danau Sentarum.
Sedangkan suku Dayak Iban di daratan perbatasan Badau dan Lanjak, dan suku Dayak Tamambaloh di perbatasan Lanjak dan Embaloh Hulu.
"Kami lakukan ritual itu secara serentak di lokasi yang berbeda, termasuk saya juga ikut langsung dalam ritual tolak bala itu," kata Bulen.
Menurut camat, masyarakat di sekitar kawasan Danau Sentarum sangat mendukung pelaksanaan festival. Kendati ada keterbatasan, masyarakat cukup antusias dalam persiapan Festival Danau Sentarum.
"Saat ini debit air di Danau Sentarum cukup tinggi. Memang ada sejumlah rumah warga sempat terendam banjir. Namun masyarakat tetap siap mendukung Festival Danau Sentarum," katanya.
Lihat Juga: Kisah Letkol Dhomber, Putra Dayak yang Nyamar Jadi Orang Filipina dalam Upaya Merebut Kalimantan
(don)
tulis komentar anda