Dipanggil DPRD Sragen, Oknum Guru Bullying Siswa Tak Berhijab Akhirnya Minta Maaf
Kamis, 17 November 2022 - 07:47 WIB
SRAGEN - Oknum guru SMAN 1 Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah bernama Suwarno meminta maaf terkait perundungan terhadap siswi tak berhijab. Permintaan maaf disampaikan saat guru matematika ini dipanggil Komisi IV DPRD Sragen, Rabu (16/11/2022).
Suwarno didampingi Kepala Sekolah SMAN 1 Sumberlawang, Suranti Tri Umiatsih, dan perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sragen. Sementara Komisi IV dipimpin ketua, Sugiyamto; sekretaris Mualim Sugiono dan beberapa anggota komisi.
Dia menceritakan, kejadian berawal saat menyuruh S (15), siswnya memakai hijab. Peia ini mengaku tak ada niatan untuk memaksa siswinya menggunakan hijab. "Saya tidak menyebut secara individu. Saya hanya memberi nasihat secara umum untuk semua siswa," kata Suwarno di hadapan anggota Komisi IV.
Baca juga: Siswi Tak Berjilbab di-Bully di Sekolah, DPRD Sragen Panggil Oknum Guru
Suwarno menambahkan, S merupakan anak yang pintar dan berprestasi. Dia mengaku tidak mempermasalahkan siswinya tidak memakai hijab. Guru matematika ini berdalih hanya menjelaskan hukum memakai hijab secara umum.
"Saya tidak menegur S dan tidak memaksa untuk memakai hijab, hanya mengingatkan. Saya tidak ada rasa benci atau dendam kepada anak dan Pak Agung (orang tua siswi) baik sebelum kejadian, maupun sesudah kejadian," terangnya.
Guru ini mengaku ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan. Sebab, dia sudah dipanggil oleh Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dinas terkait, dan komisi E DPRD Jawa Tengah.
Suranti Tri Umiatsih mengatakan, setelah kejadian itu, pihak sekolah langsung datang ke rumah S untuk meminta maaf. Bahkan pihak sekolah juga sudah bertemu Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
"Penjelasan dari Bupati sangat mengena. Setelah pertemuan dengan bupati, kami membuat deklarasi dan penandatanganan bahwa kita siap untuk program anti-bullying," kata Suranti saat rapat dengan Komisi IV DPRD Sragen.
Ketua Komisi IV DPRD Sragen, Sugiyamto berharap kejadian perundungan di sekolah tidak terulang lagi di Sragen. Kasus Sumberlawang ini diharapkan terakhir dan semua elemen sekolah harus menyadari. "Intinya kami berkepentingan agar kasusnya tidak terulang di sekolah lain," pungkasnya
Suwarno didampingi Kepala Sekolah SMAN 1 Sumberlawang, Suranti Tri Umiatsih, dan perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sragen. Sementara Komisi IV dipimpin ketua, Sugiyamto; sekretaris Mualim Sugiono dan beberapa anggota komisi.
Dia menceritakan, kejadian berawal saat menyuruh S (15), siswnya memakai hijab. Peia ini mengaku tak ada niatan untuk memaksa siswinya menggunakan hijab. "Saya tidak menyebut secara individu. Saya hanya memberi nasihat secara umum untuk semua siswa," kata Suwarno di hadapan anggota Komisi IV.
Baca juga: Siswi Tak Berjilbab di-Bully di Sekolah, DPRD Sragen Panggil Oknum Guru
Suwarno menambahkan, S merupakan anak yang pintar dan berprestasi. Dia mengaku tidak mempermasalahkan siswinya tidak memakai hijab. Guru matematika ini berdalih hanya menjelaskan hukum memakai hijab secara umum.
"Saya tidak menegur S dan tidak memaksa untuk memakai hijab, hanya mengingatkan. Saya tidak ada rasa benci atau dendam kepada anak dan Pak Agung (orang tua siswi) baik sebelum kejadian, maupun sesudah kejadian," terangnya.
Guru ini mengaku ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan. Sebab, dia sudah dipanggil oleh Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dinas terkait, dan komisi E DPRD Jawa Tengah.
Suranti Tri Umiatsih mengatakan, setelah kejadian itu, pihak sekolah langsung datang ke rumah S untuk meminta maaf. Bahkan pihak sekolah juga sudah bertemu Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati.
"Penjelasan dari Bupati sangat mengena. Setelah pertemuan dengan bupati, kami membuat deklarasi dan penandatanganan bahwa kita siap untuk program anti-bullying," kata Suranti saat rapat dengan Komisi IV DPRD Sragen.
Ketua Komisi IV DPRD Sragen, Sugiyamto berharap kejadian perundungan di sekolah tidak terulang lagi di Sragen. Kasus Sumberlawang ini diharapkan terakhir dan semua elemen sekolah harus menyadari. "Intinya kami berkepentingan agar kasusnya tidak terulang di sekolah lain," pungkasnya
(msd)
tulis komentar anda