Putar Rekaman CCTV, Anggota TGIPF Melihat Detik-detik Penonton Meregang Nyawa
Senin, 10 Oktober 2022 - 14:35 WIB
SURABAYA - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) menyaksikan rekaman kamera pengintai atau CCTV terkait tragedi Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Dalam rekaman itu tampak banyak orang berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh pingsan, terhimpit dan terinjak-injak karena efek gas airmata.
"Miris sekali, saya melihat detik-detik penonton meregang nyawa, terlihat sekali di CCTV. Tadi saya lihat CCTV, utamanya di pintu 13 (Stadion Kanjuruhan). Mengerikan sekali. Jadi situasinya adalah pintu terbuka tapi sangat kecil. Pintu itu pintuk masuk terpaksa jadi pintu keluar," kata anggota TGIPF, Nugroho Setiawan, Senin (10/10/2022).
Baca juga: Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan dapat Bansos dari PMK
Mantan anggota PSSI dengan lisensi FIFA Security ini menyimpulkan, Stadion Kanjuruhan ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk. Namun, untuk medium atau low risk match, masih memungkinan.
"Harus ada kalkulasi sangat konkret cara untuk mengeluarkan dalam keadaan darurat. Yang saya lihat pintu masuk jadi pintu keluar. Tapi itu tidak memadai. Kemudian tidak ada pintu darurat," terangnya.
Ke depan, kata dia, perbaikannya adalah mengubah struktur pintu stadiopn. Kemudian mempertimbangkan aspek akses seperti anak tangga. Anak tangga ini harus dibangun secara memadai agar mudah untuk berlari, baik naik atau turun. Anak tangga Stadion Kanjuruhan tidak terlalu ideal.
"Kami juga temui para korban dan menyaksikan perubahan fenomena luka dari menghitam menjadi memerah. Recovery paling cepat satu bulan. Jadi kandungan gas air mata ini sangat luar biasa," ujarnya.
TGIPF juga bertemu dengan beberapa pihak seperti dengan tim Steward yang melakukan penyelamatan ketika tragedi Kanjuruhan berlangsung. TGIPF juga bertemu dari unsur TNI. "Evakuasi (para korban) dilakukan oleh TNI dari juga dari tim Steward. Tapi ranah saya pada infrastruktur. Jadi seperti tadi, perlu perbaikan ke depan," tandasnya
Dalam rekaman itu tampak banyak orang berebut keluar, sementara sebagian sudah jatuh pingsan, terhimpit dan terinjak-injak karena efek gas airmata.
"Miris sekali, saya melihat detik-detik penonton meregang nyawa, terlihat sekali di CCTV. Tadi saya lihat CCTV, utamanya di pintu 13 (Stadion Kanjuruhan). Mengerikan sekali. Jadi situasinya adalah pintu terbuka tapi sangat kecil. Pintu itu pintuk masuk terpaksa jadi pintu keluar," kata anggota TGIPF, Nugroho Setiawan, Senin (10/10/2022).
Baca juga: Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan dapat Bansos dari PMK
Mantan anggota PSSI dengan lisensi FIFA Security ini menyimpulkan, Stadion Kanjuruhan ini tidak layak untuk menggelar pertandingan high risk. Namun, untuk medium atau low risk match, masih memungkinan.
"Harus ada kalkulasi sangat konkret cara untuk mengeluarkan dalam keadaan darurat. Yang saya lihat pintu masuk jadi pintu keluar. Tapi itu tidak memadai. Kemudian tidak ada pintu darurat," terangnya.
Ke depan, kata dia, perbaikannya adalah mengubah struktur pintu stadiopn. Kemudian mempertimbangkan aspek akses seperti anak tangga. Anak tangga ini harus dibangun secara memadai agar mudah untuk berlari, baik naik atau turun. Anak tangga Stadion Kanjuruhan tidak terlalu ideal.
"Kami juga temui para korban dan menyaksikan perubahan fenomena luka dari menghitam menjadi memerah. Recovery paling cepat satu bulan. Jadi kandungan gas air mata ini sangat luar biasa," ujarnya.
TGIPF juga bertemu dengan beberapa pihak seperti dengan tim Steward yang melakukan penyelamatan ketika tragedi Kanjuruhan berlangsung. TGIPF juga bertemu dari unsur TNI. "Evakuasi (para korban) dilakukan oleh TNI dari juga dari tim Steward. Tapi ranah saya pada infrastruktur. Jadi seperti tadi, perlu perbaikan ke depan," tandasnya
(msd)
tulis komentar anda