Medis dan Masyarakat Diimbau Memahami Bahaya COVID-19
Kamis, 02 Juli 2020 - 13:14 WIB
PADANG - Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat, Dr Andani Eka Putra menilai selama ini telah terjadi gagal paham mengenai COVID-19 di masyarakat.
Menurutnya, gagal paham dan salah kaprah terhadap COVID-19 mengakibatkan kesalahan dalam menanangani virus tersebut.
“Masalah utamanya bagaimana cara kita memahami COVID-19. Hampir semua lini, mulai dari masyarakat, aparatur pemerintah, dan tenaga kesehatan gagal paham mengenai virus Corona,” tegasnya, Kamis (2/7/2020).
Andani melihat, selama ini terjadi ketakutan dan kecemasan tenaga medis saat menangani pasien COVID-19. Tenaga medis menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berlapis-lapis sehingga sulit bernafas.
Begitu juga saat melakukan penguburan jenazah pasien COVID-19. “Bahkan ada petugas medis yang meninggal karena sulit bernafas akibat berlapisnya APD yang digunakan,” jelasnya.
Kemudian Dr Andani juga melihat penggunaan cairan disinfektan yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Disinfektan disebar di jalanan.
Bahkan, ada bilik disinfektan yang cairannya ditembakkan ke tubuh manusia sehingga nantinya akan berakibat pada iritasi dan kanker kulit.
“Untuk kulit ada antiseptik, seharusnya disinfektan disebar di gagang pintu, meja, dan tempat yang mudah tertempelnya virus,” katanya.
Padahal, kata Andani melihat, tahapan pengelolaan pandemi COVID-19 di Kota Padang masih berada di fase pato genesis.
Fase ini kejadian infeksi masih berada di bawah 40 persen. Kasus berat dan kematian masih sedikit, survailance dan diagnostik massif, penanganan awal di rumah sakit, dan pertempuran di lapangan. (Baca juga: KSB Dukung Penerapan Waktu Kerja Operasional PT AMNT Cegah COVID-19)
“Karena itu, untuk memutus mata rantai ini perlu sosialisasi masif di tengah masyarakat, bagaimana masyarakat patuh mengenakan masker, tes PCR masif semua komponen tanpa rapid test, pemberdayaan nagari, dan lainnya, dengan memahami itu semua baru kita bisa bersahabat dengan COVID-19,” pungkasnya.
Menurutnya, gagal paham dan salah kaprah terhadap COVID-19 mengakibatkan kesalahan dalam menanangani virus tersebut.
“Masalah utamanya bagaimana cara kita memahami COVID-19. Hampir semua lini, mulai dari masyarakat, aparatur pemerintah, dan tenaga kesehatan gagal paham mengenai virus Corona,” tegasnya, Kamis (2/7/2020).
Andani melihat, selama ini terjadi ketakutan dan kecemasan tenaga medis saat menangani pasien COVID-19. Tenaga medis menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang berlapis-lapis sehingga sulit bernafas.
Begitu juga saat melakukan penguburan jenazah pasien COVID-19. “Bahkan ada petugas medis yang meninggal karena sulit bernafas akibat berlapisnya APD yang digunakan,” jelasnya.
Kemudian Dr Andani juga melihat penggunaan cairan disinfektan yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Disinfektan disebar di jalanan.
Bahkan, ada bilik disinfektan yang cairannya ditembakkan ke tubuh manusia sehingga nantinya akan berakibat pada iritasi dan kanker kulit.
“Untuk kulit ada antiseptik, seharusnya disinfektan disebar di gagang pintu, meja, dan tempat yang mudah tertempelnya virus,” katanya.
Padahal, kata Andani melihat, tahapan pengelolaan pandemi COVID-19 di Kota Padang masih berada di fase pato genesis.
Fase ini kejadian infeksi masih berada di bawah 40 persen. Kasus berat dan kematian masih sedikit, survailance dan diagnostik massif, penanganan awal di rumah sakit, dan pertempuran di lapangan. (Baca juga: KSB Dukung Penerapan Waktu Kerja Operasional PT AMNT Cegah COVID-19)
“Karena itu, untuk memutus mata rantai ini perlu sosialisasi masif di tengah masyarakat, bagaimana masyarakat patuh mengenakan masker, tes PCR masif semua komponen tanpa rapid test, pemberdayaan nagari, dan lainnya, dengan memahami itu semua baru kita bisa bersahabat dengan COVID-19,” pungkasnya.
(boy)
tulis komentar anda