Tumenggung Jalil, Pejuang Kalimantan Selatan yang Kepalanya Disimpan di Negeri Belanda
Kamis, 07 Juli 2022 - 05:32 WIB
Tetapi di sisi lain, masyarakat sangat menaruh harapan kepada Mangkubumi, Pangeran Hidayat. Hal ini memantik perselisihan antara Sultan Tamjidillah dengan Pangeran Hidayat, dan memicu terjadinya perang saudara.
Perlawanan timbul pertama kali di Banua Lima, di daerah Banjarmasin, dengan tokoh utamanya Tumenggung Jalil.
Daerah Banua Lima ini dipimpin oleh Kiai Adipati Danureja. Pemerintahan Danureja juga kurang disenangi rakyat, karena sewenang-wenang. Mereka mengorganisir perampokan dan penjualan budak ke daerah Pasir.
Siapapun yang berani melawan perintahnya, akan dihukum mati. Namun, tidak ada yang berani mengadukannya. Semua takut. Kecuali Tumenggung Jalil. Hubungan Jalil dengan Danureja memang sangat buruk.
Dia sangat mendendam kepada Danureja, karena ayahnya dihukum mati oleh Danuraja. Konflik antara Tumenggung Jalil dengan Danureja pun menemui momentumnya saat dikeluarkan kebijakan penarikan uang kepala.
Tumenggung Jalil dengan tegas menolak penarikan uang itu. Akibat ulahnya itu, Jalil diadukan kepada Sultan di Banjarmasin. Dia lalu dipanggil, tetapi dua kali tidak mau datang. Hal ini membuat Jalil semakin dibenci.
Wakil Danureja di Banua Lima, Tumenggung Ngabehi Jaya Negara, bahkan mengancam jika Jalil tetap tidak mau memberikan uang kepala akan diberikan tindakan tegas dengan kekerasan. Tetapi Jalil tidak gentar.
Ancaman itu dibuktikan dengan memburu Jalil hidup atau mati. Namun, para pemburu itu tewas ditangan Jalil. Perlawanan ini dikenal juga dengan Pemberontakan Banua Lima. Setiap pemberontakan, ditumpas oleh Belanda.
Perlawanan timbul pertama kali di Banua Lima, di daerah Banjarmasin, dengan tokoh utamanya Tumenggung Jalil.
Daerah Banua Lima ini dipimpin oleh Kiai Adipati Danureja. Pemerintahan Danureja juga kurang disenangi rakyat, karena sewenang-wenang. Mereka mengorganisir perampokan dan penjualan budak ke daerah Pasir.
Siapapun yang berani melawan perintahnya, akan dihukum mati. Namun, tidak ada yang berani mengadukannya. Semua takut. Kecuali Tumenggung Jalil. Hubungan Jalil dengan Danureja memang sangat buruk.
Dia sangat mendendam kepada Danureja, karena ayahnya dihukum mati oleh Danuraja. Konflik antara Tumenggung Jalil dengan Danureja pun menemui momentumnya saat dikeluarkan kebijakan penarikan uang kepala.
Tumenggung Jalil dengan tegas menolak penarikan uang itu. Akibat ulahnya itu, Jalil diadukan kepada Sultan di Banjarmasin. Dia lalu dipanggil, tetapi dua kali tidak mau datang. Hal ini membuat Jalil semakin dibenci.
Wakil Danureja di Banua Lima, Tumenggung Ngabehi Jaya Negara, bahkan mengancam jika Jalil tetap tidak mau memberikan uang kepala akan diberikan tindakan tegas dengan kekerasan. Tetapi Jalil tidak gentar.
Ancaman itu dibuktikan dengan memburu Jalil hidup atau mati. Namun, para pemburu itu tewas ditangan Jalil. Perlawanan ini dikenal juga dengan Pemberontakan Banua Lima. Setiap pemberontakan, ditumpas oleh Belanda.
tulis komentar anda