Kisah Wanita-wanita Pemberani yang Terjun ke Medan Perang Bersama Pangeran Diponegoro Melawan Belanda
Kamis, 09 Juni 2022 - 07:42 WIB
Raden Ayu Yudokusumo, yang merupakan salah seorang putri Sultan Hamengkubuwono I, dan menikah dengan seorang bupati mancanagara Jogjakarta. Dikenal menjadi otak serangan atas komunitas Tionghoa di Ngawi, pada 17 September 1825, dari pusat pertahanannya di Muneng, kabupaten suaminya di timur kali Madiun.
Dia kemudian bergabung pada pasukan Raden Sosrodilogo di Jipang-Rajekwesi, yang kini Bojonegoro, pada November 1827-Maret 1828. Ketika menyerah pada bulan Oktober 1828, dicatat bahwa ia bersama sisa keluarganya yang lain mencukur habis rambutnya sebagai tanda kesetiaannya pada perang suci.
Perjuangan Raden Ayu Yudokusumo memunculkan semangat kaum perempuan lain mengangkat senjata. Di Ngawi dan pos cukai terdekat di Kudur Brubuh, Bengawan Solo, seorang perempuan peranakan Jawa Tionghoa, berperan penting membentuk pasukan keamanan mempertahankan tanah mereka, menyusul manuver Raden Ayu Yudokusumo.
Para perempuan lain di desa-desa sekitar Jogjakarta, juga dilaporkan menyiapkan bubuk mesiu. Bahkan perempuan-perempuan ini juga membawa barang berharga ke medan perang, dengan mengenakan seragam tempur seperti halnya kaum pria.
Dia kemudian bergabung pada pasukan Raden Sosrodilogo di Jipang-Rajekwesi, yang kini Bojonegoro, pada November 1827-Maret 1828. Ketika menyerah pada bulan Oktober 1828, dicatat bahwa ia bersama sisa keluarganya yang lain mencukur habis rambutnya sebagai tanda kesetiaannya pada perang suci.
Baca Juga
Perjuangan Raden Ayu Yudokusumo memunculkan semangat kaum perempuan lain mengangkat senjata. Di Ngawi dan pos cukai terdekat di Kudur Brubuh, Bengawan Solo, seorang perempuan peranakan Jawa Tionghoa, berperan penting membentuk pasukan keamanan mempertahankan tanah mereka, menyusul manuver Raden Ayu Yudokusumo.
Para perempuan lain di desa-desa sekitar Jogjakarta, juga dilaporkan menyiapkan bubuk mesiu. Bahkan perempuan-perempuan ini juga membawa barang berharga ke medan perang, dengan mengenakan seragam tempur seperti halnya kaum pria.
(eyt)
tulis komentar anda