Pemuda Berperan Penting dalam Menangkal Paham Radikal-Intoleran
Rabu, 20 April 2022 - 04:09 WIB
Bahkan kelompok radikal terorisme ini menurutnya juga cenderung menggunakan trik-trik atau teknik-teknik yang digunakan era komunisme jaman PKI pada masa lalu dengan menguasai kota.
“Kebetulan Kota Depok ini merupakan satu di antara beberapa daerah atau kota penyangga ibukota, Sehingga kecenderungan akan digunakan sebagai area untuk penyebarluasan atau area radikalisasi,” ujarnya.
Oleh karena itu menurutnya perlunya kolaborasi antara pemerintah daerah dan para stakeholder terkait dalam melindungi generasi muda dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme ini
“Tidak hanya Depok, tetapi oleh seluruh kota terutama yang di daerah penyangga (ibukota). Pertama, memutus media propaganda mereka terutama melalui dunia maya. Dengan memutus propaganda di dunia maya yang kemudian memutus kaderisasi dan juga memutus logistik,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan memutus propaganda di dunia maya pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kominfo, media radio, televisi ataupun media cetak maupun online lainnya. “Ini agar media-media ini tidak menyebar luaskan konten-konten intoleran dan radikal terutama konten-konten keagamaan,” katanya.
Selain itu pihaknya juga melibatkan ormas, civitas akademika dan juga komunitas, baik itu komunitas budaya, seni maupun komunitas keagamaan, pemuda, forum rektor, dosen dan sebagainya. Pihaknya juga melibatkan pengusaha atau pelaku ekonomi bisnis seperti perusahaan swasta ataupun yang tergabung dalam BUMN. Perlunya melibatkan pengusaha atau pelaku bisnis ini agar jangan sampai dana dana CSR-perusahaan tersebut nantinya digunakan untuk didistribusikan ke kelompok radikal atau intoleran.
“Kelompok radikal intoleran ini paling pandai bertaqiyah, paling pandai membuat proposal untuk mengelabui aktivitas radikalisme nya dengan kegiatan keagamaan, sosial maupun kegiatan kemanusiaan. Nah sementara para pengusaha ininggakngerti. Karena pengusaha ini ngertinya karena pakai ‘casing’-nya, sosial, agama. Akhirnya dibantu, padahal itu untuk kepentingan radikalisme dan terorisme,” ungkapnya.
Selain itu pihaknya juga melakukan kerjasama dengan dunia pendidikan untuk membuat kurikulum seperti yang telah dicanagkan Mendikbud dengan membuat tiga pantang yaitu pantang intoleransi, pantang bullying dan pantang kekerasan seksual.
“Pantang intoleransi ini adalah pantang radikalisme dan terorisme. Karena intoleransi adalah watak dasar radikalisme itu sendiri,” ujarnya.
Untuk itulah menurutnya perlunya pelibatan kaum pemuda dalam mencegahan penyebaran intoleransi, radikalime dan terorisme untuk perwujudan pembangunan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Karena Indonesia ingin mewujudkan NKRI dengan cita-cita dan tujuan nasional program Indonesia Emas 2045.
“Kebetulan Kota Depok ini merupakan satu di antara beberapa daerah atau kota penyangga ibukota, Sehingga kecenderungan akan digunakan sebagai area untuk penyebarluasan atau area radikalisasi,” ujarnya.
Oleh karena itu menurutnya perlunya kolaborasi antara pemerintah daerah dan para stakeholder terkait dalam melindungi generasi muda dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme ini
“Tidak hanya Depok, tetapi oleh seluruh kota terutama yang di daerah penyangga (ibukota). Pertama, memutus media propaganda mereka terutama melalui dunia maya. Dengan memutus propaganda di dunia maya yang kemudian memutus kaderisasi dan juga memutus logistik,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan memutus propaganda di dunia maya pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kominfo, media radio, televisi ataupun media cetak maupun online lainnya. “Ini agar media-media ini tidak menyebar luaskan konten-konten intoleran dan radikal terutama konten-konten keagamaan,” katanya.
Selain itu pihaknya juga melibatkan ormas, civitas akademika dan juga komunitas, baik itu komunitas budaya, seni maupun komunitas keagamaan, pemuda, forum rektor, dosen dan sebagainya. Pihaknya juga melibatkan pengusaha atau pelaku ekonomi bisnis seperti perusahaan swasta ataupun yang tergabung dalam BUMN. Perlunya melibatkan pengusaha atau pelaku bisnis ini agar jangan sampai dana dana CSR-perusahaan tersebut nantinya digunakan untuk didistribusikan ke kelompok radikal atau intoleran.
“Kelompok radikal intoleran ini paling pandai bertaqiyah, paling pandai membuat proposal untuk mengelabui aktivitas radikalisme nya dengan kegiatan keagamaan, sosial maupun kegiatan kemanusiaan. Nah sementara para pengusaha ininggakngerti. Karena pengusaha ini ngertinya karena pakai ‘casing’-nya, sosial, agama. Akhirnya dibantu, padahal itu untuk kepentingan radikalisme dan terorisme,” ungkapnya.
Selain itu pihaknya juga melakukan kerjasama dengan dunia pendidikan untuk membuat kurikulum seperti yang telah dicanagkan Mendikbud dengan membuat tiga pantang yaitu pantang intoleransi, pantang bullying dan pantang kekerasan seksual.
“Pantang intoleransi ini adalah pantang radikalisme dan terorisme. Karena intoleransi adalah watak dasar radikalisme itu sendiri,” ujarnya.
Untuk itulah menurutnya perlunya pelibatan kaum pemuda dalam mencegahan penyebaran intoleransi, radikalime dan terorisme untuk perwujudan pembangunan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Karena Indonesia ingin mewujudkan NKRI dengan cita-cita dan tujuan nasional program Indonesia Emas 2045.
tulis komentar anda