Pemuda Berperan Penting dalam Menangkal Paham Radikal-Intoleran
loading...
A
A
A
DEPOK - Generasi muda dalam tahap mencari jati diri sangat mudah dipengaruhi. Sehingga generasi muda menjadi salah satu kelompok yang paling rentan terpapar paham radikalisme, intoleransi dan terorisme. Oleh karena itu pelibatan generasi muda sangat penting untuk menangkal penyebaran paham radikalisme.
Hal itu disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid saat diskusi pelibatan pemuda dalam pencegahan radikalisme dan terorisme dengan pitutur kebangsaan yang digelar di GOR Balai Rakyat Depok II, Sukmajaya, Depok.
“Pelibatan pemuda sangat penting dan sangat vital. Karena berdasarkan hasil survei tahun 2020 lalu, sebanyak 12,2% masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori indeks potensi radikalisme didominasi para generasi muda, Dari 12, 2% itu, 85% adalah generasi muda yaitu generasi milenial antara umur 20 sampai 39 tahun. Kemduian yang kedua diikuit Generasi Z yaitu umur 14 sampai 19 tahun,” ujar Ahmad Nurwakhid dikutip Rabu (20/4/2022).
Oleh karena itu, penting sekali peranan kaum pemuda ini dilibatkan di dalam kontra radikalisasi, baik itu kontra ideologi, kontra propaganda maupun kontra narasi terutama di dunia maya. Sebab, sebaran paham intoleransi dan radikalisme itu lebih banyak didominasi melalui dunia maya.
“Karena hasil surveri dari lembaga survei Setara Institute itu di tahun 2019-2020 an itu konten-konten keagamaan di dunia maya di dominasi sekitar 67 persen yang mana isinya tentang konten-konten keagamaan yang intoleran dan radikal. Sehingga banyak menyasar anak-anak muda terutama generasi milenial maupun generasi Z yang mayoritas menggunakan gadged atau menggunakan fasilitas dunia media sosial,” ujarnya.
Mantan Kabagbanops Densus 88/Anti Teror Polri ini mengatakan, dalam menjalankan misi untuk merekrut para generasi muda, kelompok radikal ini sering kali memanipulasi, mendistorsi dan mempolitisasi agama.
“Mereka menggunakan strategi taqiyah, di mana taqiyah ini berkamuflase untuk bersiasat menyembunyikan jati dirinya dan tamkin. Di mana Tamkin ini adalah upaya untuk mempengaruhi atau penguasaan wilayah maupun pengawasan pengaruh di seluruh lini,” ujar mantan Kalpolres Jembrana ini.
Bahkan kelompok radikal terorisme ini menurutnya juga cenderung menggunakan trik-trik atau teknik-teknik yang digunakan era komunisme jaman PKI pada masa lalu dengan menguasai kota.
“Kebetulan Kota Depok ini merupakan satu di antara beberapa daerah atau kota penyangga ibukota, Sehingga kecenderungan akan digunakan sebagai area untuk penyebarluasan atau area radikalisasi,” ujarnya.
Oleh karena itu menurutnya perlunya kolaborasi antara pemerintah daerah dan para stakeholder terkait dalam melindungi generasi muda dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme ini
“Tidak hanya Depok, tetapi oleh seluruh kota terutama yang di daerah penyangga (ibukota). Pertama, memutus media propaganda mereka terutama melalui dunia maya. Dengan memutus propaganda di dunia maya yang kemudian memutus kaderisasi dan juga memutus logistik,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan memutus propaganda di dunia maya pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kominfo, media radio, televisi ataupun media cetak maupun online lainnya. “Ini agar media-media ini tidak menyebar luaskan konten-konten intoleran dan radikal terutama konten-konten keagamaan,” katanya.
Selain itu pihaknya juga melibatkan ormas, civitas akademika dan juga komunitas, baik itu komunitas budaya, seni maupun komunitas keagamaan, pemuda, forum rektor, dosen dan sebagainya. Pihaknya juga melibatkan pengusaha atau pelaku ekonomi bisnis seperti perusahaan swasta ataupun yang tergabung dalam BUMN. Perlunya melibatkan pengusaha atau pelaku bisnis ini agar jangan sampai dana dana CSR-perusahaan tersebut nantinya digunakan untuk didistribusikan ke kelompok radikal atau intoleran.
“Kelompok radikal intoleran ini paling pandai bertaqiyah, paling pandai membuat proposal untuk mengelabui aktivitas radikalisme nya dengan kegiatan keagamaan, sosial maupun kegiatan kemanusiaan. Nah sementara para pengusaha ininggakngerti. Karena pengusaha ini ngertinya karena pakai ‘casing’-nya, sosial, agama. Akhirnya dibantu, padahal itu untuk kepentingan radikalisme dan terorisme,” ungkapnya.
Selain itu pihaknya juga melakukan kerjasama dengan dunia pendidikan untuk membuat kurikulum seperti yang telah dicanagkan Mendikbud dengan membuat tiga pantang yaitu pantang intoleransi, pantang bullying dan pantang kekerasan seksual.
“Pantang intoleransi ini adalah pantang radikalisme dan terorisme. Karena intoleransi adalah watak dasar radikalisme itu sendiri,” ujarnya.
Untuk itulah menurutnya perlunya pelibatan kaum pemuda dalam mencegahan penyebaran intoleransi, radikalime dan terorisme untuk perwujudan pembangunan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Karena Indonesia ingin mewujudkan NKRI dengan cita-cita dan tujuan nasional program Indonesia Emas 2045.
“Ini menjadi tugas bersama bagaimana generasi muda kita ini jangan sampai terkontaminasi terhadap paham radikalisme dan intoleran. Karena begitu dia terpapar paham ekstrimisme radikalisme dan intoleransi maka dia akan merusak masa depan dan rusak akhlaknya. Karena mindsetnya mengganti ideologi negara, memberontak dan mengganti ideologi negara menurut versi mereka," pungkasnya.
Sementara Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartanto yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Depok melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) akan terus membuat berbagai kegiatan bagi kaum pemuda agar terhindar dari penyebaran paham intoleran, radikalisme dan terorisme.
“Tentunya kita membuat kegiatan-kegiatan di Kesbangpol dan berbagai hal dari mulai pelatihan kepemimpinan dan juga tentang kesatuan dan persatuan bangsa,” ujarnya.
Bahkan pihaknya juga akan melibatkan pula anggota DPR RI terhadap pemahaman terhadap empat pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. “Saya berharap temen-temen DPR RI yang dari Dapil Depok-Bekasi ini punya kegiatan terkait masalah empat pilar agar bisa dimaksimalkan di kota Depok ini,” ujarnya
Selain itu pihaknya juga akan mengajak seluruh komponen masyarakat dalam melindungi generasi muda di wilayahnya agar terbebas dari paham radikalisme dan terorisme. Karena dalam konsep pembangunan di Kota Depok pihaknya menggunakan konsep yang berkolaborasi dan partisipasi yang diantaranya melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
“Maka semua akan digawangi oleh Kesbangpol dan FKUB. Jadi kamiInsya Allahbisa menyatukan semua komponen melalui dua lembaga itu baik Kesbangpol maupun melalui FKUB,” tandasnya.
Sementara itu Ketua FKPT Jawa Barat, Iip Hidajat mengatakan bahwa pihaknya sengaja menggelar acara dengan melibatkan kaum pemuda di Depok dikarenakan sempat ada pemberitaan bahwa Depok menjadi kota intoleran.
“Untuk itu hari ini kita kumpul di sini dengan semua unsur semua kekuatan untuk melihat dan menyatukan persepsi lagi,” tegasnya.
Hal itu disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penaggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid saat diskusi pelibatan pemuda dalam pencegahan radikalisme dan terorisme dengan pitutur kebangsaan yang digelar di GOR Balai Rakyat Depok II, Sukmajaya, Depok.
“Pelibatan pemuda sangat penting dan sangat vital. Karena berdasarkan hasil survei tahun 2020 lalu, sebanyak 12,2% masyarakat Indonesia yang masuk dalam kategori indeks potensi radikalisme didominasi para generasi muda, Dari 12, 2% itu, 85% adalah generasi muda yaitu generasi milenial antara umur 20 sampai 39 tahun. Kemduian yang kedua diikuit Generasi Z yaitu umur 14 sampai 19 tahun,” ujar Ahmad Nurwakhid dikutip Rabu (20/4/2022).
Oleh karena itu, penting sekali peranan kaum pemuda ini dilibatkan di dalam kontra radikalisasi, baik itu kontra ideologi, kontra propaganda maupun kontra narasi terutama di dunia maya. Sebab, sebaran paham intoleransi dan radikalisme itu lebih banyak didominasi melalui dunia maya.
“Karena hasil surveri dari lembaga survei Setara Institute itu di tahun 2019-2020 an itu konten-konten keagamaan di dunia maya di dominasi sekitar 67 persen yang mana isinya tentang konten-konten keagamaan yang intoleran dan radikal. Sehingga banyak menyasar anak-anak muda terutama generasi milenial maupun generasi Z yang mayoritas menggunakan gadged atau menggunakan fasilitas dunia media sosial,” ujarnya.
Mantan Kabagbanops Densus 88/Anti Teror Polri ini mengatakan, dalam menjalankan misi untuk merekrut para generasi muda, kelompok radikal ini sering kali memanipulasi, mendistorsi dan mempolitisasi agama.
“Mereka menggunakan strategi taqiyah, di mana taqiyah ini berkamuflase untuk bersiasat menyembunyikan jati dirinya dan tamkin. Di mana Tamkin ini adalah upaya untuk mempengaruhi atau penguasaan wilayah maupun pengawasan pengaruh di seluruh lini,” ujar mantan Kalpolres Jembrana ini.
Bahkan kelompok radikal terorisme ini menurutnya juga cenderung menggunakan trik-trik atau teknik-teknik yang digunakan era komunisme jaman PKI pada masa lalu dengan menguasai kota.
“Kebetulan Kota Depok ini merupakan satu di antara beberapa daerah atau kota penyangga ibukota, Sehingga kecenderungan akan digunakan sebagai area untuk penyebarluasan atau area radikalisasi,” ujarnya.
Oleh karena itu menurutnya perlunya kolaborasi antara pemerintah daerah dan para stakeholder terkait dalam melindungi generasi muda dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme ini
“Tidak hanya Depok, tetapi oleh seluruh kota terutama yang di daerah penyangga (ibukota). Pertama, memutus media propaganda mereka terutama melalui dunia maya. Dengan memutus propaganda di dunia maya yang kemudian memutus kaderisasi dan juga memutus logistik,” ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan memutus propaganda di dunia maya pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak seperti Kominfo, media radio, televisi ataupun media cetak maupun online lainnya. “Ini agar media-media ini tidak menyebar luaskan konten-konten intoleran dan radikal terutama konten-konten keagamaan,” katanya.
Selain itu pihaknya juga melibatkan ormas, civitas akademika dan juga komunitas, baik itu komunitas budaya, seni maupun komunitas keagamaan, pemuda, forum rektor, dosen dan sebagainya. Pihaknya juga melibatkan pengusaha atau pelaku ekonomi bisnis seperti perusahaan swasta ataupun yang tergabung dalam BUMN. Perlunya melibatkan pengusaha atau pelaku bisnis ini agar jangan sampai dana dana CSR-perusahaan tersebut nantinya digunakan untuk didistribusikan ke kelompok radikal atau intoleran.
“Kelompok radikal intoleran ini paling pandai bertaqiyah, paling pandai membuat proposal untuk mengelabui aktivitas radikalisme nya dengan kegiatan keagamaan, sosial maupun kegiatan kemanusiaan. Nah sementara para pengusaha ininggakngerti. Karena pengusaha ini ngertinya karena pakai ‘casing’-nya, sosial, agama. Akhirnya dibantu, padahal itu untuk kepentingan radikalisme dan terorisme,” ungkapnya.
Selain itu pihaknya juga melakukan kerjasama dengan dunia pendidikan untuk membuat kurikulum seperti yang telah dicanagkan Mendikbud dengan membuat tiga pantang yaitu pantang intoleransi, pantang bullying dan pantang kekerasan seksual.
“Pantang intoleransi ini adalah pantang radikalisme dan terorisme. Karena intoleransi adalah watak dasar radikalisme itu sendiri,” ujarnya.
Untuk itulah menurutnya perlunya pelibatan kaum pemuda dalam mencegahan penyebaran intoleransi, radikalime dan terorisme untuk perwujudan pembangunan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Karena Indonesia ingin mewujudkan NKRI dengan cita-cita dan tujuan nasional program Indonesia Emas 2045.
“Ini menjadi tugas bersama bagaimana generasi muda kita ini jangan sampai terkontaminasi terhadap paham radikalisme dan intoleran. Karena begitu dia terpapar paham ekstrimisme radikalisme dan intoleransi maka dia akan merusak masa depan dan rusak akhlaknya. Karena mindsetnya mengganti ideologi negara, memberontak dan mengganti ideologi negara menurut versi mereka," pungkasnya.
Sementara Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartanto yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa Pemerintah Kota Depok melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) akan terus membuat berbagai kegiatan bagi kaum pemuda agar terhindar dari penyebaran paham intoleran, radikalisme dan terorisme.
“Tentunya kita membuat kegiatan-kegiatan di Kesbangpol dan berbagai hal dari mulai pelatihan kepemimpinan dan juga tentang kesatuan dan persatuan bangsa,” ujarnya.
Bahkan pihaknya juga akan melibatkan pula anggota DPR RI terhadap pemahaman terhadap empat pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. “Saya berharap temen-temen DPR RI yang dari Dapil Depok-Bekasi ini punya kegiatan terkait masalah empat pilar agar bisa dimaksimalkan di kota Depok ini,” ujarnya
Selain itu pihaknya juga akan mengajak seluruh komponen masyarakat dalam melindungi generasi muda di wilayahnya agar terbebas dari paham radikalisme dan terorisme. Karena dalam konsep pembangunan di Kota Depok pihaknya menggunakan konsep yang berkolaborasi dan partisipasi yang diantaranya melibatkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
“Maka semua akan digawangi oleh Kesbangpol dan FKUB. Jadi kamiInsya Allahbisa menyatukan semua komponen melalui dua lembaga itu baik Kesbangpol maupun melalui FKUB,” tandasnya.
Sementara itu Ketua FKPT Jawa Barat, Iip Hidajat mengatakan bahwa pihaknya sengaja menggelar acara dengan melibatkan kaum pemuda di Depok dikarenakan sempat ada pemberitaan bahwa Depok menjadi kota intoleran.
“Untuk itu hari ini kita kumpul di sini dengan semua unsur semua kekuatan untuk melihat dan menyatukan persepsi lagi,” tegasnya.
(shf)