Korban Pemerkosaan di Grobogan Depresi hingga Keluar Sekolah, 4 Kali Lapor Polisi Tidak Ditanggapi
Sabtu, 09 April 2022 - 12:34 WIB
GROBOGAN - Seorang anak perempuan di Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, depresi hingga keluar dari sekolah, setelah diperkosa berkali-kali oleh ayah tirinya. Korban juga terus ketakutan, karena diancam akan dibunuh.
Ironisnya, setelah peristiwa itu dilaporkan ke polisi oleh ayah kandung korban yang dilengkapi dengan visum, tidak ada tanggapan apa-apa. Bahkan, setelah empat kali ayah korban melapor, juga tidak ada tanggapan dari polisi.
"Saya sudah tiga bulan tidak sekolah, saya malu dan takut dengan ayah tiri saya," kata korban, Sabtu (9/4/2022).
Korban merupakan santri di sebuah pondok pesantren Tegowanu, Grobogan, Jawa Tengah. Sebelumnya, dia tinggal di rumah ayah tirinya, di Desa Tanggungharjo, Kecamatan Tanggunharjo, Grobogan, Jawa Timur.
Sementara itu, ayah kandung korban, Damsiri mengatakan, sejak masuk ke pondok pesantren korban tinggal di rumah ayah tirinya bersama ibu kandungnya. Karena jarak pondok dengan rumah ayah tirinya sangat dekat.
"Selama belajar di pondok, korban wajib tinggal di asrama dan mendapatkan kunjungan keluarga dua minggu sekali. Setiap berkunjung, ayah tirinya memaksa menjemputnya pulang, lalu diperkosa berulang-ulang," sambungnya.
Setelah itu, korban dikembalikan lagi ke pondok pesantren. Mendapat perlakuan itu, korban sangat trauma sekali.
Ironisnya, setelah peristiwa itu dilaporkan ke polisi oleh ayah kandung korban yang dilengkapi dengan visum, tidak ada tanggapan apa-apa. Bahkan, setelah empat kali ayah korban melapor, juga tidak ada tanggapan dari polisi.
"Saya sudah tiga bulan tidak sekolah, saya malu dan takut dengan ayah tiri saya," kata korban, Sabtu (9/4/2022).
Korban merupakan santri di sebuah pondok pesantren Tegowanu, Grobogan, Jawa Tengah. Sebelumnya, dia tinggal di rumah ayah tirinya, di Desa Tanggungharjo, Kecamatan Tanggunharjo, Grobogan, Jawa Timur.
Sementara itu, ayah kandung korban, Damsiri mengatakan, sejak masuk ke pondok pesantren korban tinggal di rumah ayah tirinya bersama ibu kandungnya. Karena jarak pondok dengan rumah ayah tirinya sangat dekat.
"Selama belajar di pondok, korban wajib tinggal di asrama dan mendapatkan kunjungan keluarga dua minggu sekali. Setiap berkunjung, ayah tirinya memaksa menjemputnya pulang, lalu diperkosa berulang-ulang," sambungnya.
Setelah itu, korban dikembalikan lagi ke pondok pesantren. Mendapat perlakuan itu, korban sangat trauma sekali.
tulis komentar anda