Kehebatan Jung Jawa, Kapal Induk Kerajaan Majapahit yang Menyerang Portugis
Rabu, 22 Desember 2021 - 05:00 WIB
Sejak berabad-abad silam, Indonesia dikenal dengan pelaut-pelautnya yang handal . Mereka merajai ekspedisi laut menyalurkan komoditas rempah-rempah menggunakan kapal-kapal kargo.
Teknologi perkapalan yang luar biasa sudah dimiliki Indonesia sebelum bangsa Eropa menguasainya. Seorang astronomer kesohor dari Yunani bernama Claudius Ptolemaeus mengakui hal ini. Claudius Ptolemaeus menyebutnya kolandiaphonta, yang berarti kapal dari Sumatera atau Jawa.
Mengutip nationalgeographic, sejarahnya dimulai pada era 1500-an ketika orang Jawa dikenal menguasai kawasan Asia Tenggara dengan menguasai jalur rempah antara Maluku, Jawa, dan Malaka. Lambat laun, pelabuhan Malaka juga menjadi pusat perdagangan pada masa itu.
Terpusatnya perdagangan di pelabuhan Nusantara itu menjadi dorongan bagi orang di Jawa untuk terus mengembangkan kapal-kapal besar demi ekspansi kawasan dagangnya.
Pada abad ke-8, perkapalan Nusantara pun mencapai puncak kejayaannya ketika orang Jawa berhasil membuat kapal terbesar dalam sejarah dunia. Orang Jawa menyebutnya “jung”, yang dalam bahasa Jawa kuno berarti perahu.
Baca juga: Tan Peng Nio, Mulan Van Java yang Gagah Berani Melawan Kebengisan Tentara VOC Belanda
Kapal Jung adalah kapal layar tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada jaman dahulu. Jung merupakan kapal laut yang besar biasanya dipakai untuk berdagang dengan jarak yang jauh ataupun untuk berperang. Jung Jawa memiliki sepasang kemudi di buritan, sebuah rumah di atas geladak.
Kapasitas Jung Jawa ini berkisar 200-300 ton dan mampungi mengarungi Laut Jawa, Laut Cina hingga Teluk Benggala. Jung Jawa yang terbesar dapat mencapai hingga 1000 ton, yaitu Jung yang dipakai orang Jawa untuk menyerang Malaka pada tahun 1513. Lambung kapal Jung dibentuk dengan menyambungkan papan-papan pada lunas kapal.
Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi.
Teknologi perkapalan yang luar biasa sudah dimiliki Indonesia sebelum bangsa Eropa menguasainya. Seorang astronomer kesohor dari Yunani bernama Claudius Ptolemaeus mengakui hal ini. Claudius Ptolemaeus menyebutnya kolandiaphonta, yang berarti kapal dari Sumatera atau Jawa.
Mengutip nationalgeographic, sejarahnya dimulai pada era 1500-an ketika orang Jawa dikenal menguasai kawasan Asia Tenggara dengan menguasai jalur rempah antara Maluku, Jawa, dan Malaka. Lambat laun, pelabuhan Malaka juga menjadi pusat perdagangan pada masa itu.
Terpusatnya perdagangan di pelabuhan Nusantara itu menjadi dorongan bagi orang di Jawa untuk terus mengembangkan kapal-kapal besar demi ekspansi kawasan dagangnya.
Pada abad ke-8, perkapalan Nusantara pun mencapai puncak kejayaannya ketika orang Jawa berhasil membuat kapal terbesar dalam sejarah dunia. Orang Jawa menyebutnya “jung”, yang dalam bahasa Jawa kuno berarti perahu.
Baca juga: Tan Peng Nio, Mulan Van Java yang Gagah Berani Melawan Kebengisan Tentara VOC Belanda
Kapal Jung adalah kapal layar tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada jaman dahulu. Jung merupakan kapal laut yang besar biasanya dipakai untuk berdagang dengan jarak yang jauh ataupun untuk berperang. Jung Jawa memiliki sepasang kemudi di buritan, sebuah rumah di atas geladak.
Kapasitas Jung Jawa ini berkisar 200-300 ton dan mampungi mengarungi Laut Jawa, Laut Cina hingga Teluk Benggala. Jung Jawa yang terbesar dapat mencapai hingga 1000 ton, yaitu Jung yang dipakai orang Jawa untuk menyerang Malaka pada tahun 1513. Lambung kapal Jung dibentuk dengan menyambungkan papan-papan pada lunas kapal.
Kemudian disambungkan pada pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, atau paku besi. Ujung haluan dan buritan kapal berbentuk lancip. Kapal ini dilengkapi dengan dua batang kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat. Pelaut Portugis menyebut juncos, pelaut Italia menyebut zonchi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda