Tak Terdeteksi Gempa Vulkanik, PVMBG Sebut Aktivitas Magma ke Puncak Semeru Skala Rendah
Minggu, 05 Desember 2021 - 09:20 WIB
BANDUNG - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menyebut, aktivitas kegempaan di Gunung Semeru didominasi gempa permukaan. Sementara gempa vulkanik yang biasanya menjadi penyebab terjadinya letusan akibat magma, tercatat sangat rendah.
Kepala PVMBG Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Andiani mengatakan, sebelum terjadi guguran awan panas, pihaknya merekam gempa permukaan. Di mana, selama 1 hingga 30 November 2021 didominasi oleh gempa-gempa permukan berupa gempa letusan dengan rata-rata 50 kejadian per hari. Sedangkan gempa guguran pada 1 dan 3 Desember 2021, masing-masing empat kali kejadian.
Baca juga: Fakta-fakta Mahasiswa UB Malang Tewas Bunuh Diri, Nomor 3 Mengerikan
"Sedangkan gempa-gempa vulkanik seperti gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor yang mengindikasikan kenaikkan magma ke permukaan Gunung Semeru, terekam dengan jumlah sangat rendah," jelas dia dalam keterangan persnya, Minggu (5/12/2021).
Hal ini juga yang diprediksi menjadi karakteristik erupsi Gunung Semeru. Di mana, letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian. Yaitu berupa penghancuran kubah atau lidah lava, serta pembentukan kubah lava atau lidah lava baru.
"Penghancuran kubah atau lidah lava ini yang mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru," beber dia.
Diketahui, Gunung api Semeru memiliki tipe strato dengan kubah lava, dengan puncak tertinggi Mahameru (3676 mdpl). secara administratif terletak di Kabupaten Malang dan Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Aktivitas Gunung Semeru saat ini terdapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913.
Pemantauan PVMBG selama 1 hingga 30 November 2021, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati hembusan gas dari kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal tinggi sekitar 100-600 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 20-32°C.
Erupsi masih terjadi tidak menerus, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu dengan tinggi maksimum 300 hingga 600 m dari atas kawah/puncak.
Pada 1 Desember 2021 terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur 1700 m dari puncak, atau 700 m dari ujung aliran lava, dengan arah luncuran ke tenggara. Pasca kejadian awan panas guguran terjadi guguran lava dengan jarak dan arah luncur tidak teramati.
Baca juga: Siskaee Wanita Pamer Payudara di Bandara YIA Ditangkap di Stasiun Kereta Bandung
Pada 4 Desember 2021 mulai pukul 13.30 WIB terekam getaran banjir, kemudian pada pukul 14.50 WIB teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 4 km dari puncak atau 2 km dari ujung aliran lava ke arah tenggara (Besuk Kobokan), tetapi hingga saat ini sebaran dan jarak luncur detail belum dapat dipastikan
Kepala PVMBG Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Andiani mengatakan, sebelum terjadi guguran awan panas, pihaknya merekam gempa permukaan. Di mana, selama 1 hingga 30 November 2021 didominasi oleh gempa-gempa permukan berupa gempa letusan dengan rata-rata 50 kejadian per hari. Sedangkan gempa guguran pada 1 dan 3 Desember 2021, masing-masing empat kali kejadian.
Baca juga: Fakta-fakta Mahasiswa UB Malang Tewas Bunuh Diri, Nomor 3 Mengerikan
"Sedangkan gempa-gempa vulkanik seperti gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor yang mengindikasikan kenaikkan magma ke permukaan Gunung Semeru, terekam dengan jumlah sangat rendah," jelas dia dalam keterangan persnya, Minggu (5/12/2021).
Hal ini juga yang diprediksi menjadi karakteristik erupsi Gunung Semeru. Di mana, letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian. Yaitu berupa penghancuran kubah atau lidah lava, serta pembentukan kubah lava atau lidah lava baru.
"Penghancuran kubah atau lidah lava ini yang mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru," beber dia.
Diketahui, Gunung api Semeru memiliki tipe strato dengan kubah lava, dengan puncak tertinggi Mahameru (3676 mdpl). secara administratif terletak di Kabupaten Malang dan Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Aktivitas Gunung Semeru saat ini terdapat di Kawah Jonggring Seloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913.
Pemantauan PVMBG selama 1 hingga 30 November 2021, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati hembusan gas dari kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal tinggi sekitar 100-600 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Suhu udara sekitar 20-32°C.
Erupsi masih terjadi tidak menerus, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu dengan tinggi maksimum 300 hingga 600 m dari atas kawah/puncak.
Pada 1 Desember 2021 terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur 1700 m dari puncak, atau 700 m dari ujung aliran lava, dengan arah luncuran ke tenggara. Pasca kejadian awan panas guguran terjadi guguran lava dengan jarak dan arah luncur tidak teramati.
Baca juga: Siskaee Wanita Pamer Payudara di Bandara YIA Ditangkap di Stasiun Kereta Bandung
Pada 4 Desember 2021 mulai pukul 13.30 WIB terekam getaran banjir, kemudian pada pukul 14.50 WIB teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 4 km dari puncak atau 2 km dari ujung aliran lava ke arah tenggara (Besuk Kobokan), tetapi hingga saat ini sebaran dan jarak luncur detail belum dapat dipastikan
(msd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda