Taktik Bung Tomo dan Siasat Kolonel Sungkono Bakar Semangat Arek Suroboyo Jihad di Pertempuran 10 November
Rabu, 10 November 2021 - 06:57 WIB
Sungkono begitu dominan dalam perannya di depan arek-arek Suroboyo yang sedang mendidih dalam perang mempertahankan Surabaya. Sungkono berada dalam posisi Panglima Angkatan Pertahanan Surabaya. Dalam perang tersebut, Sungkono mengambil posisi sebagai komandan pertempuran. Medan perang menjadi dapur nasionalime baginya.
Bukan cuma pemberi komando atau perancang strategi yang ulung, Sungkono juga berhasil menempatkan diri sebagai inspirasi pertempuran. Di tengah pertempuran Surabaya, para pejuang bangsa sempat mengalami tekanan ketika tentara sekutu mengultimatum Indonesia, khususnya Surabaya.
Sungkono memutuskan naik mimbar ketika melihat pasukannya mulai kendor. Dalam pidatonya, Sungkono berseru di hadapan para pejuang, ia akan melawan tentara sekutu meski sendirian. Pidato itu lah yang menginspirasi semangat ribuan arek Surabaya dan prajuritnya yang tergabung dalam Unit 66.
Baku tembak yang memerahkan telingga terjadi selama 21 hari itu tercatat sebagai salah satu pertempuran paling heroik bagi bangsa Indonesia. Sebuah hari yang jadi puncak pertempuran itu bahkan ditetapkan sebagai Hari Pahlawan, 10 November 1945.
Kedua tokoh pergerakan ini memainkan peran yang berbeda. Bung Tomo mampu mengerakan arek-arek Suroboyo lewat pidato epiknya di radio. Dan Sungkono adalah eksekutor lapangan yang meracik semua strategi perjuangan. Mempertahankan kota dan memukul mundur pasukan sekutu.
Lihat Juga: Komitmen Tuntaskan Permasalahan di Halmahera Tengah, Putra Daerah Edi Langkara Banjir Dukungan
Bukan cuma pemberi komando atau perancang strategi yang ulung, Sungkono juga berhasil menempatkan diri sebagai inspirasi pertempuran. Di tengah pertempuran Surabaya, para pejuang bangsa sempat mengalami tekanan ketika tentara sekutu mengultimatum Indonesia, khususnya Surabaya.
Sungkono memutuskan naik mimbar ketika melihat pasukannya mulai kendor. Dalam pidatonya, Sungkono berseru di hadapan para pejuang, ia akan melawan tentara sekutu meski sendirian. Pidato itu lah yang menginspirasi semangat ribuan arek Surabaya dan prajuritnya yang tergabung dalam Unit 66.
Baku tembak yang memerahkan telingga terjadi selama 21 hari itu tercatat sebagai salah satu pertempuran paling heroik bagi bangsa Indonesia. Sebuah hari yang jadi puncak pertempuran itu bahkan ditetapkan sebagai Hari Pahlawan, 10 November 1945.
Kedua tokoh pergerakan ini memainkan peran yang berbeda. Bung Tomo mampu mengerakan arek-arek Suroboyo lewat pidato epiknya di radio. Dan Sungkono adalah eksekutor lapangan yang meracik semua strategi perjuangan. Mempertahankan kota dan memukul mundur pasukan sekutu.
Lihat Juga: Komitmen Tuntaskan Permasalahan di Halmahera Tengah, Putra Daerah Edi Langkara Banjir Dukungan
(msd)
tulis komentar anda