Ketum Muhammadiyah: Tarawih di Rumah Ikhtiar Mencegah Wabah Meluas
Rabu, 22 April 2020 - 14:32 WIB
JAKARTA -
Ramadhan sudah di depan mata. Namun, Ramadhan tahun ini cukup berat, khususnya bagi umat Islam lantaran situasi yang tidak normal. Tantangannya adalah mengubah pelaksanaan ibadah yang biasa dilakukan secara berjamaah di masjid menjadi ibadah yang dilakukan di rumah, seperti salat tarawih.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengakui masih ada kecenderungan sebagian umat Islam yang menginginkan salat berjamaah di masjid, terlebih ketika Ramadhan tiba. Karena itu, dia mengingatkan bahwa umat Islam mesti berpikir dan bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan lebih luas, terlebih dalam situasi darurat pandemi corona saat ini.
"Ini bukan soal takut atau berani hadapi wabah, tetapi soal ikhtiar yang dari segi agama maupun ilmu dibenarkan untuk usaha mencegah datangnya wabah agar tidak semakin luas," ujar Haedar di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Dia mengingatkan, pilihan ibadah di rumah sudah berlaku di seluruh dunia Islam. Baru belakangan saja Raja Salman di Arab Saudi membolehkan Masjdil Haram dan Masjid Nabawi untuk salat tarawih. Itu pun dengan batasan sangat ketat.
Menurut Haedar, dalam keadaan darurat seyogyanya umat Islam bersedia mengikuti mayoritas pandangan selama wabah virus corona ibadah dilakukan di rumah dengan khusyuk dan berjamaah dengan anggota keluarga.
"Ingat, Nabi hanya satu kali tarawih di masjid. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama. Kenapa begitu ngotot tarawih berjamaah harus di masjid dalam suasana saat wabah meluas?" kata Haedar.
Dia pun mencontohkan situasi di Amerika Serikat yang menunjukkan virus corona tidak bisa diremehkan. Di negara maju itu wabah virus corona menyebar luas dengan jumlah orang meninggal cukup tinggi.
Indonesia yang jelas berada di bawah AS dalam beberapa hal jelas harus lebih waspada dan melakukan pencegahan jangan sampai ada ledakan jumlah pasien positif virus corona. "Jangan semuanya disikapi seolah normal, karena kondisi saat ini darurat," ucapnya.
Ramadhan sudah di depan mata. Namun, Ramadhan tahun ini cukup berat, khususnya bagi umat Islam lantaran situasi yang tidak normal. Tantangannya adalah mengubah pelaksanaan ibadah yang biasa dilakukan secara berjamaah di masjid menjadi ibadah yang dilakukan di rumah, seperti salat tarawih.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengakui masih ada kecenderungan sebagian umat Islam yang menginginkan salat berjamaah di masjid, terlebih ketika Ramadhan tiba. Karena itu, dia mengingatkan bahwa umat Islam mesti berpikir dan bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan lebih luas, terlebih dalam situasi darurat pandemi corona saat ini.
"Ini bukan soal takut atau berani hadapi wabah, tetapi soal ikhtiar yang dari segi agama maupun ilmu dibenarkan untuk usaha mencegah datangnya wabah agar tidak semakin luas," ujar Haedar di Jakarta, Selasa (21/4/2020).
Dia mengingatkan, pilihan ibadah di rumah sudah berlaku di seluruh dunia Islam. Baru belakangan saja Raja Salman di Arab Saudi membolehkan Masjdil Haram dan Masjid Nabawi untuk salat tarawih. Itu pun dengan batasan sangat ketat.
Menurut Haedar, dalam keadaan darurat seyogyanya umat Islam bersedia mengikuti mayoritas pandangan selama wabah virus corona ibadah dilakukan di rumah dengan khusyuk dan berjamaah dengan anggota keluarga.
"Ingat, Nabi hanya satu kali tarawih di masjid. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama. Kenapa begitu ngotot tarawih berjamaah harus di masjid dalam suasana saat wabah meluas?" kata Haedar.
Dia pun mencontohkan situasi di Amerika Serikat yang menunjukkan virus corona tidak bisa diremehkan. Di negara maju itu wabah virus corona menyebar luas dengan jumlah orang meninggal cukup tinggi.
Indonesia yang jelas berada di bawah AS dalam beberapa hal jelas harus lebih waspada dan melakukan pencegahan jangan sampai ada ledakan jumlah pasien positif virus corona. "Jangan semuanya disikapi seolah normal, karena kondisi saat ini darurat," ucapnya.
(muh)
tulis komentar anda